SETELAH MEMBACA NOVEL LOOKING FOR ALASKA


IMG_20160322_065539.jpg

Setelah membaca novel Looking for Alaska karya John Green, gue merasakan banyak hal. Mulai dari greget, hampa, rindu, merasa lebih baik, pokoknya campur aduk. Kau pasti akan bertanya, kok bisa begitu?
            Okay, ketahuilah, novel ini bercerita tentang seorang laki-laki remaja ‘Pudge’ (Miles) yang mencari ‘Kemungkinan Besar’. Ia sekolah di sekolah-berasrama, di sana ia bertemu dengan Alaska Young. Cewek yang seksi, kacau, cerdas, menawan, dan sangat memikat. John Green sukses membuat gue jatuh cinta pada Alaska.
            Cerita di novel ini ndak bisa ditebak. Dimulai dari masuknya ‘Pudge’ ke sekolah berasrama dan sekamar dengan ‘Kolonel’. Lalu mereka mengalami masa-masa yang seru ketika juga berteman dengan Alaska, Takumi dan Lara. Sebagaimana seorang remaja, mereka sangat kacau. Mabuk-mabukan, merokok, berciuman, dan seterusnya. Di sisi lain, John Green seperti memberikan cermin kepada gue: ini kehidupanmu, bukan?
            Okay, sampai di sini cerita berlanjut. Mereka berlima mempunyai persembunyian yang mereka namakan ‘lubang merokok’. Di sana mereka sering diskusi, dan merokok tentunya. Pudge yang ndak pernah merokok sama sekali, tampak begitu sulit dalam keadaan tersebut. Awalnya bahkan ia ndak bisa untuk menghisap rokok sekali pun, tapi lama-kelamaan ia terbiasa, bahkan sampai minum minuman keras. Dan hal-hal ini jelas dilarang oleh sekolah, terutama guru yang dijeluki Si Elang itu, jika sampai mengetahui mereka—tertangkap basah—mereka bisa dikeluarkan.
            Kisah percintaan mulai tercium ketika Alaska mencomblangkan Pudge dengan Lara. Dan yeah, akhirnya mereka berpacaran, walau hati Pudge tetap menginginkan Alaska. Tapi sayangnya Alaska sudah mempunyai pacar, Jake. Gue ndak kebayang kalau di posisi Pudge kayak gimana rasanya.
            Di mana letak keseruan di novel ini?
            Okay, jadi begini. Gue merasa letak keseruan di novel ini adalah kehidupan si Pudge itu sendiri. Ia unik dan sangat menggelitik. Ia sangat menyukai kata-kata tarakhir tokoh-tokoh terkenal. Dan menurut gue, pun tokoh Alaska sangat ndak terduga. Bahkan ketika Alaska kecelakaaan lalu meninggal, di situ gue merasa, sial, gue sudah mulai jatuh cinta pada Alaska eh malah dia mati. Dan berharap ketika Pudge dan kawan-kawan mencari tahu sebab kematian Alaska, gue berharap Alaska belum meninggal.
            Alaska pintar, mungkin kematiannya ini hanya sebuah lelucon atau apa. Ternyata bukan Alaska di dalam mobil itu, ternyata ia pergi ke suatu tempat dan menunggu Pudge mendatanginya. Tapi nyatanya memang Alaska meninggal.
            Terlepas dari itu semua, gue mendapat ilmu baru dari novel ini. Mulai dari pelajaran di kelas tokoh dalam novel, sampai gaya menulis novel yang baru pertama kali gue temui ini.

            Seorang Sufi miskin yang berpakaian compang-camping memasuki toko perhiasan milik seorang saudagar kaya dan bertanya kepada saudagar itu, “Apakah kau tahu bagaimana kau akan mati?” Saudagar itu menjaga, “Tidak. Tak ada orang yang tahu bagaimana mereka akan mati.” Dan sang Sufi berkata, “Aku tahu.”
            “Bagaimana?” tanya si saudagar.
            Kemudian sang Sufi berbaring, bersedekap, dan berkata, “Seperti ini,” lalu mati. Si saudagar langsung melepas tokonya untuk menjalani hidup serba kekurangan guni mengejar jenis kekayaan spiritual seperti yang dimiliki sang Sufi.” Hlm. 218

            Rabi’ah al-Adiwiyah, perempuan suci hebat dalam Sufisme, terlihat berlari-lari di jalanan kotanya,  Basra, membawa obor di satu tangan dan seember air di tangan satunya. Ketika seseorang menanyakan apa yang ia lakukan, Rabi’ah menjawab, ‘Aku membawa seember air untuk dituangkan ke api neraka, dan obor ini akan kugunakan untuk membakar pintu gerbang surge sehingga orang-orang yang tidak akan mencintai Tuhan karena ingin masuk surga atau takut masuk neraka, tapi karena Ia adalah Tuhan’
            Permpuan yang begitu kuat sampai-sampai ia membakar surge dan membanjiri nereka. Alaska pasti menyukai perempuan Rabi’ah ini, tulisku dalam buku catatan. Hlm. 219

            Iya, materi-materi (seperti di atas) yang Pudge pelajari di kelasnya memang menyenangkan. Sangat berbeda dengan pendidikan di Indonesia. Dan itu membuat membuka wawasan baru. Jadi ndak harus membaca buku-buku berat untuk menambah wawasan, buku ringan macam novel pun bisa menambah wawasan, dan bisa dibilang novel lebih efektif dalam hal penyampaiannya.
***
Kabar baiknya, novel ini akan difilmkan, dan tahun ini akan diliris. Itu sangat gue tunggu. Dan yang sangat-sangat gue tunggu adalah ketika Pudge mengatakan senyuman Alaska yang hanya ia dan Monalisa yang dapat melakukannya. Ndak hanya itu, pastinya gue menunggu bagaimana adegan di mana Pudge dan kawan-kawannya melakukan kejailan. Mulai dari petasan dan penari telanjang. Itu pasti seru.
Dan yeah, kau harus membaca buku ini. Walau sudah lama terbit, mungkin bisa didapat di toko buku online atau di mana saja. Dunia ada di jempolmu.***      



Comments
2 Comments

2 komentar

Wih keren ugha nih bukunya hahahaha :D Beli ahh...
Btw, salam kenal ya,ditunggu post berikutnya dan jgn lupa mampir balik ya hehehe

-jevonlevin.com

Reply

Posting Komentar