Mengenal Absurditas Melalui Novel 'Orang Aneh' (Albert Camus)


Kehidupan adalah detik ini juga, tidak ada masa lalu, tidak ada yang perlu dikenang. Segala hal yang terjadi, semuanya memang harus terjadi. Setidaknya begitulah hal yang dipegang oleh Marsault, tokoh utama di novel ini.

Nama Albert Camus seringkali aku temukan di blog Eka Kurniawan, dan akun-akun media sosial penjual buku di mana kata-kata Camus dikutip untuk dijadikan quotes. Ia merupakan filsuf yang memiliki pandangan absurditas —di mana pandangannya itu sangat kental di novel ini.

Ada banyak teori yang menjelaskan pandangan absurditas Camus, namun melalui novel ini, pandangan itu setidaknya menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Dibuka dengan kematian ibunya, Marsault datang ke tampat di mana ibunya tinggal: sebuah panti jompo. Di sana ia bertemu dengan perawat dan penjaga. Ia tidak benar-benar sedih atas kematian ibunya, dan ia sendiri bahkan tidak tahu persis umur ibunya ketika meninggal.

Karena baginya memang tidak perlu ada yang ditangisi, yang sudah terjadi ya terjadilah. Ia bahkan heran kepada teman-teman ibunya yang sedih dan menangisi ibunya. Esoknya ia bertemu kekasihnya dan seolah kematian ibunya tidak pernah terjadi. Hidup berjalan begitu saja.

Sebuah konflik muncul ketika ia dan Raymond bersama teman-temannya berlibur di sebuah pantai dan menginap di sana. Raymond mempunyai masalah dengan orang Arab dan membuntuti liburan mereka.

Hingga akhirnya terjadi pertikaian antara rombongan Raymond dengan orang Arab tersebut. dan Marsault menembak salah satu dari mereka dan membuatnya dibui. Marsault mengaku kenapa ia melalukan itu karena hal sepele: ketika itu hari begitu panas baginya.

Dalam menjalani sidang, ia dipojokkan tentang sikapnya yang menurut orang lain dianggap aneh setelah kematian ibunya. Yang kemudian dianggap mempunyai kaitan dengan pembunuhannya terhadap orang Arab. Tapi sebenarnya tidak ada kaitannya.

Di pengadilan, karena alasan-alasan yang tidak masuk akal tentang bagaimana Marsault tidak merasa sedih karena ibunya meninggal, ia mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan ia akhirnya mendapatkan hukuman mati.

“Keadilan seseorang  merupakan sesuatu yang tak ada artinya dan cuma keadilan dari tuhan yang berarti.” hlm. 162

Itulah kenapa orang-orang melihat Marsault sebagai ‘orang aneh’, orang yang tidak mempunyai perasaan, yang tidak bertuhan, tidak mempunyai hati nurani, dan tidak merasa bersalah. Yang menurut Jaksa, orang sepertinya tidak memilikit tempat di masyarakat!

Jika kita lihat di zaman sekarang, kadang kita bertemu dengan orang yang tidak umum dan kita melihatnya sebagai orang aneh. Tapi bisa jadi kita yang terlalu munafik untuk mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kebenaran.

Kita gampang sekali melabeli orang sebagai ‘orang aneh’, padahal sebenarnya label itu hanya tentang mayoritas dan minoritas. Yang minoritas selalu dianggap aneh, yang dominan selalu di atas segalanya.

Sedangkan sifat individualisme, atheisme, keterasingan, tidak peduli terhadap hal yang tidak dianggapnya penting—sifat itu sering kita temui di teman kita, sahabat, bahkan keluarga. Dan sebenarnya itu baik-baik saja.

Dalam membaca novel ini (yang kubaca adalah versi penerbit narasi). Aku menemukan kendala dalam membaca buku ini: seperti lembaran yang terlalu tipis sehingga cetakan halaman selanjutnya tembus, dan terjamahan yang menurutku agak kurang tepat di beberapa bagian.

Ya namanya juga membaca terjemahan, pada dasarnya kita sedang membaca suatu ‘kesalahan’, bukan novel yang asli. Tapi kita menikmati kesalahan demi kesalahan itu.

Menurutku novel ini terasa seperti buku harian, narasi dengan POV 1 sangat dominan. Mungkin saja Marsault itu adalah Camus sendiri?

Dari buku ini aku belajar banyak tentang individualisme, keterasingan, dan tentu saja teori absurditas. Tentu saja kita tidak serta merta memahami apa itu  absurditas, tapi setidaknya ketika kita selesai membaca novel ini, kita akan merasa ingin tahu lebih jauh tentang apa itu absurditas, sebuah teori yang bisa mengubah sudut pandangmu tentang dunia ini.***

Pertama kali ngalamin Lucid Dreaming: seru dan menakutkan


Ada banyak alasan yang membuat kita untuk melakukan hal baru. Seperti... perkataan orang lain, hasil membaca buku, menonton film, dan apapun itu yang membuat kita terdorong untuk melakukan hal tersebut. Aku menonton film Inception kira-kira 1 bulan yang lalu. Film itu bercerita tentang agen rahasia yang muncuri data penting melalui ‘mimpi’.

Leonardo DiCaprio menjadi tokoh penting dalam film tersebut. Di mana ia juga membangun dimensi lain di mimpinya yang terbuat dari kenangan dan pengalaman. Di mimpi itu ia bisa bertemu dengan istrinya yang sudah meninggal. Yang kemudian hal emosional itu menjadi bumbu yang membuat air mata menjadi lebih cengeng, di samping aksi laga yang seru. Hei kamu harus tahu, ketika kamu mengalami Lucid Dreaming, hal-hal yang ada di mimpi terasa begitu nyata!

film yang wajib kamu tonton!

Pada intinya, Lucid Dream adalah keadaan di mana kamu sadar bahwa kamu sedang dalam mimpi dan kamu mengendalikan mimpi tersebut. Seperti yang kita tahu, mimpi adalah hasil dari otak bawah sadar kita, dan otak bawah sadar mempunyai potensi yang sangat besar dibanding otak sadar kita yang katanya hanya digunakan beberapa persen saja.

Karena tertarik dengan fenomena itu, aku mencoba untuk menonton video tutorial bagaimana cara melakukan Lucid Dream hingga membaca beberapa artikel. Inti dari semua video yang kutonton dan tulisan yang kubaca adalah: terus latih dirimu untuk sadar ketika sedang bermimpi dan relaks.

Dan hal itu terus aku latih hingga menjadi kebiasaan. Percobaan pertama dan seterusnya, aku hampir sampai pada fase Lucid Dream. Tapi ketika aku baru saja sadar bahwa aku sedang bermimpi, ketika itu juga aku terbangun. Misi gagal!

Hinga akhirnya pada satu mimpi (tadi pagi banget) dan aku sadar bahwa itu mimpi dan aku tidak terbangun dari tidur. Rasanya sangat menakutkan dan mirip-mirip seperti ketindihan, dan setelah terbangun, kamu merasa begitu lelah.

Dalam mimpi ‘Lucid Dream’ yang kualami itu aku sedang di dalam kereta, dan bertemu orang-orang di gerbong, terasa begitu nyata! Detik selanjutnya aku sadar bahwa ini mampi, jadi aku lanjutkan ‘cerita’ mimpi itu sebisaku (sampai di sini aku tidak bisa mengontrol mimpiku). Sampai akhirnya entah adegan apa di gerbong tersebut membuatku terbangun dan, sialnya dalam keadaan masih bermimpi! Pada fase ini aku mencoba untuk tenang dan mencoba untuk mempraktikan tutorial yang pernah aku tahu.

Maka aku mencoba untuk terbang dan itu benar-benar terjadi! Aku terbang tapi aku tidak bisa mengendalikan diriku ketika di atas sana. Akhirnya aku merasa ketakutan dan jatuh. Ketika jatuh, aku terbangun dari mimpi dan ternyata masih di dalam mimpi!

Aku terbangun di sebuah kamar di kampung, aku bertemu ibuku dan beberapa anggota keluarga (yang selalu kurindukan dan itu terasa begitu nyata). Aku juga mengingat kenapa aku tidur di kamar itu, dan ketika bangun aku segera untuk pergi ke masjid untuk shalat Jumat, tapi ternyata sampai di sana, shalat Jumat sudah usai.

Hingga akhirnya aku benar-benar terbangun setelah sebelumnya kesulitan untuk membuka mata walau pada keadaan sadar. Tahu akan itu, aku mencoba untuk relaks dan membuka mata perlahan dan ya, aku sudah terbangun sekarang. Dan segera aku menuliskan mimpi itu di notebook-ku yang kebetulan masih menyala.

Karena mimpi gampang sekali untuk dilupakan, maka kita harus menuliskannya! Itu salah satu tips untuk memasuki Lucid Dream: menulis mimpi.

Dan ya, pada akhirnya ini adalah pengalaman yang seru dan menakutkan. Aku tidak menganjurkan untuk dilakukan olehmu dan aku hanya berbagai pengalaman saja. Karena mimpi yang sangat nyata itu seperti dunia yang lain yang benar-benar ada, setidaknya menurutku.***

Film Aladdin (2019): Nostalgia yang menyenangkan



sebenarnya kita semua sudah tahu jalan cerita a-z kisah aladdin. namun manusia memang sangat suka bernostalgia. aku sendiri kenal kisah ini ketika aku masih sd dan belum benar-benar mengerti apa arti dari cerita tersebut sebenarnya.
.
tentu saja aladin versi modern yang sedang tayang di bioskop ini adalah tontonan yang sama di satu sisi, tapi kita bisa menontonnya dengan pemahaman yang berbeda di sisi lain.
.
seperti bagaimana princes jasmine yang mempunyai sifat melawan petriaki, bagaimana ia begitu teguh terhadap pendiriannya. tapi bagaimanapun wanita mempunyai titik lemah. juga bagaimana aladdin yang bergelud dengan pendiriannya: ingin menjadi orang lain atau dirinya sendiri--yang membuatnya takut tidak dicintai princes jasmine.


sumber gambar: IMDB


aku menonton film aladdin (2019) lebih seperti drama musikal, yang  mengingatkanku pada beauty and the beast dan atau the greatest showman. drama musikal menurutku mempunyai resiko besar dalam membangun cerita: bagaimana cara menyisipkan musikal itu namun cerita masih bisa dinikmati seolah tidak ada 'jeda iklan'?
.
the greatest showman menurutku masih yang terbaik dalam hal itu. dan film aladdin, masih belum bisa mengalahkan dari segi vital tersebut, ia terlihat seperti masih ada ruang kosong yang seharusnya masih bisa dikembangkan.
.
namun film aladdin mempunyai keunggulan dalam dapertemen efect CGI yang lebih canggih dan menyenangkan untuk ditonton. tentu saja untuk menghilangkan kesan monoton, ada beberapa set komedi yang diselipkan dan cukup berhasil membuat gelak tawa seisi bioskop.
.
pada akhirnya, film aladdin adalah media nostalgia bagi kita untuk mengenang masa-masa kecil yang menyenangkan. aku bisa saja menilai lebih dari ini, jika saja kemistri antara aladdin dan jasmine yang telihat tidak terbangun dengan baik dan terkesan canggung itu tidak terjadi.***

Relawan



Ketika kamu merasa hidupmu berhenti dan di sekitarmu dunia terus berjalan, sepertinya kamu perlu untuk melihat lebih lebar lagi tentang hidup ini. Aku sering merasa bahwa hidup sangat membosankan dan tidak ada artinya. Ya tentu saja, jika kita terus mencari arti dari hidup, kita tidak pernah menemukannya.

Melihat bagaimana orang-orang yang hidup di sebuah lingkungan padat penduduk; melihat anak-anak kecil yang terlihat tidak terurus, tatapan butuh belas kasihan, dan orang-orang yang putus asa. Pandangan itu aku dapatkan ketika aku memutuskan untuk menjadi relawan di sebuah komunitas yang membuat acara di sebuah taman belajar (hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya).

Acara itu tepatnya berada di Kebon Bayam, Tanjung Priok, dekat dengan taman BMW (taman belajar ini sangat dekat dengan proyek pembangunan stadion dan kemungkinan akan terkena imbasnya). Di sana aku menjadi orang yang bertugas mendokumentasikan acara. Tentu saja aku tidak bisa menjadi kaka pendamping, karena ya, jujur saja, aku sangat sulit bersahabat dengan anak-anak.

Komunitas itu bernama Main ke Museum, umurnya sudah 3 tahun dan bisa dibilang sejauh ini  konsisten mengajak anak-anak untuk bermain dan belajar ke museum. Karena ini momen Ramadan, jadi main ke musem itu berganti menjadi belajar dan berbuka puasa bersama. Tapi, hei, bukannya setiap kita adalah museum yang penuh peninggalan-peninggalan purba? Contohnya seperti peninggalan ‘rasa’ dari seseorang yang kamu temui dan kemudian sekarang hanya menyisakan kenangan yang remang-remang. Ah abaikan!

Singkatnya, kami para relawan yang terdiri dari kurang lebih 12 anak muda, saling bantu membantu untuk menghibur dan belajar bersama anak-anak taman belajar ini yang berjumlah sekitar 60 anak (mungkin?) dari jam 3 sore sampai waktu berbuka tiba. Mulai dari pembacaan dongeng, bermain angklung, mewarnai, dan membuat karya seni.

Sebagai bagian dokumentasi, aku pikir aku tidak hanya merekam momen demi momen acara ini dengan kamera. Aku merasa harus lebih dekat dengan pengurus taman belajar ini, anak-anak, dan orang tua mereka. Dan ya, ketika aku mengobrol dengan mereka, aku merasa sudah mendapat dokumentasi yang lebih lengkap: simpati, empati, dan pelajaran di sisi lain.

Pak Paul adalah pendiri dari taman belajar Kebon Bayam ini, orangnya sangat ramah, ketika aku berjalan dengannya di gang yang padat penduduk itu, ia menyapa setiap orang yang ia temui, dan anak-anak akan memanggil namanya lalu melakukan tos yang khas. Hal semacam ini menurutku hanya dimiliki oleh orang seperti Pak Paul: memiliki jiwa yang besar, memberi sumbangsih kepada sekitar, dan tidak sombong tentu saja.

potret pak paul ketika aku 'wawancarai', sepertinya aku harus menulis khusus tentangnya

Aku tidak habis pikir apa yang sedang Pak Paul lakukan selama ini. Beliau berkata padaku bahwa ia sudah 8 tahun bergiat di taman belajar ini. Tentu saja bukan waktu yang singkat, operasionalnya sendiri datang dari pribadi dan sukarela warga sekitar. Ia mengajari anak-anak yang sekolah dan atau putus sekolah. Baginya anak-anak ini sangat berperan bagi masa depan bangsa, dan mereka butuh perhatian kita. Beliau mengatakan itu begitu tulus, seolah semua anak-anak yang tidak beruntung di dunia adalah tanggung jawabnya.


Proyek pembangunan stadion di taman BMW memberi resiko terhadap keberadaan taman belajar ini. Entah kemana Pak Paul akan memindahkan taman belajar yang baginya sudah menjadi bagian hidupnya itu. Beliau mengatakan sangat berharap ada tangan-tangan lain dari orang-orang yang peduli dan, tentu saja berharap pemerintah ‘melihatnya’. Karena apa yang beliau lakukan adalah untuk kebaikan anak negeri: hal positif yang seharusnya mendapat banyak sokongan!

Kembali ke acara komunitas ini. Aku bertemu dengan anak-anak muda yang bersemangat (tentu saja aku tidak pernah bertemu mereka sebelumnya). Mereka rela membagikan waktu dan tenaga untuk berbagi dengan anak-anak yang tidak mereka kenal (namanya juga rela-wan. wk). Satu hal tentang keajaiban cinta adalah ia bisa diberikan kepada siapa saja yang tidak kita kenal, walau hanya bertemu 1 hari, 1 menit, bahkan 1 detik saja.

aku bahkan tidak ingat semua nama-nama mereka. wk

Masih teringat jelas bagaimana wajah anak-anak taman belajar Kebon Bayam itu di kepalaku, wajah-wajah polos itu tentu saja tidak paham jika suatu waktu rumah mereka akan rata dengan tanah. Mereka masih asyik bermain ke sana-kemari, sedang orangtua mereka susah-payah memutar otak untuk hari-hari yang lebih baik.

Sore itu aku duduk di sebuah batu di lapangan dan melihat anak-anak bermain dan berlarian. Angin berembus membawa tanah yang kering dan gersang ke wajahku yang berminyak. Beberapa kali aku mengarahkan kamera ke arah mereka. Tapi pada satu titik, aku merasa perlu untuk merasakan situasi seperti ini. Situasi yang membuatmu merenung dan berpikir tentang hidup ini sebenarnya tentang apa dan bagaimana.

melihat mereka bermain

Aku jadi teringat buku Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Gambaran orang-orang pinggiran yang Hamsad katakan di bukunya kini terlihat jelas di depan mataku. Dan membuatku sadar, ketika aku merasa dunia terus berjalan dan aku tetap diam, ternyata itu hanya bayang ketakutan akan kematian tanpa pernah berbuat kebaikan. Mungkin begitu.

Dan aku juga teringat bagaimana Mark Manson berkata di buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoh Amat ia bilang begini: kita semua akan mati, semuanya. Alasan itu saja seharusnya membuat kita saling mencintai, tetapi tidak. Kita diteror dan digilas oleh hal-hal yang remeh dalam hidup, ditelan oleh kehampaan.

Sekian. 

5 ciri-ciri orang yang nggak bakal datang di acara bukber




bukber agaknya sudah menjadi 'ritual' wajib bagi kalangan anak muda hingga yang tua setiap bulan suci ramadan tiba. bukber biasanya menganjurkan kita patungan untuk  tempat, makanan, dan lain-lain demi kelancaran acara. bukber yang berderet, bagi sebagian orang sangat menyiksa alih-alih sebagai ajang silaturahim yang mulia.
.
jika kita sedikit menilik lebih jauh fenomena bukber ini, pasti ada saja teman kita yang tidak hadir, hampir tidak mungkin semua teman kita hadir di acara bukber.
.
di antara itu, kita bisa membagikan 5 ciri-ciri orang yang nggak bakalan hadir di bukber berdasarkan 'kesoktahuan saya' dan analisis yang tidak sangat mendalam.
.
- jarang cek grup
saking banyaknya grup di hp dan semuanya disetting silent selama 1 tahun, membuatnya bingung harus buka yang mana dulu. sampai akhirnya tidak ada grup yang benar-benar ia cek karena chat grup sudah 99+. 
- jadwal padat
jadwal yang padat membuatnya tidak ada waktu untuk bukber bersama rekan SD, SMP, atau SMA. ia akan lebih fokus bekerja dan lembur untuk nikah abis lebaran nanti. 
- nggak ada duit
nggak semua teman kita itu sudah bekerja dan dapat penghasilan. ada juga yang belum kerja dan pengangguran beberapa lama belakangan ini. bukber baginya merupakan ajang buang-buang duit. ia akan lebih memilih pergi dari masjid ke masjid untuk mendapat takjil gratis.
- posesif
punya pacar yang posesif merupakan hal yang paling menyebalkan. di musim bukber begini, pacar akan menuntutmu untuk tidak hadir di bukber karena ia takut kamu akan bertemu dengan mantan. ia memperbolehkanmu ikut bukber jika ia juga ikut.
- nggak ada di grup wa
pasti ada 1 teman kita ketika sekolah dulu, kehadirannya tak lebih seperti angin yang berembus begitu saja. ia duduk di bangku paling belakang dan jarang berbicara. biasanya orang yang begini luput untuk dimasukan ke grup kelas. karena itu, pasti ia tidak mendapat info bukber!

Filim Long Shot: Mengawinkan Dua Unsur Serius Menjadi Lelucon


film tentang jurnalis terakhir yang kutonton adalah spotlight (2015). tentang liputan kasus pelecehan seksual terhadap anak oleh beberapa pastur. film ini diangkat dari kisah nyata dan mendapat banyak tanggapan positif dari berbagai kalangan. film yang sangat serius.
.
lalu film Long Shot (2019) datang dengan komedi romantis: seorang jurnalis yang menjadi penulis pidato seorang politikus terkenal. hingga akhirnya mereka jatuh di sebuah hubungan yang sangat rumit.
.
tentu saja jurnalis tidak bisa lepas dari pemerintahan, kita tahu bahwa pers adalah 'anjing pengawas' dari pemerintah. tapi entah bagaimana, Long Shot bisa mengawinkan dua hal serius itu untuk kita tertawakan bersama.
.
ia juga menyinggung bagaimana integritas seorang jurnalis, juga dunia perpolitikan yang penuh orang-orang munafik.
.
film ini dibuka dengan sangat ciamik, ia menampilkan Fred Flarsky sebagai jurnalis yang bersuara lantang, berintegritas tinggi, tapi konyol. sikap dan tampangnya yang tidak terlalu menyakinkan, membuatku ragu bagaimana ia bisa menciptakan kisah cinta dengan seorang politikus yang beribawa, anggun, dan sangat dicintai rakyat.
.
tapi semua itu ternyata bisa dijahit dengan sempurna melalui permainan flashback dan fakta bahwa setiap manusia sama saja: membutuhkan cinta dan, tentu saja sex yang hebat.
.
selama film berjalan, aku bisa menikmati setiap lelucon yang sangat relevan dan dewasa, di samping dialog yang mengalir dengan segar dan menyenangkan--hal yang tidak mudah kita temukan di film-film lain.
.
pada akhirnya, Long Shot adalah film komedi romantis yang sangat menyenangkan dengan mengangkat isu yang lumayan berat namun bisa ditampilkan dengan sangat lentur. selain kita bisa tertawa, kita juga bisa, setidaknya, mengintip bagaimana dunia jurnalis dan pemerintahan yang kompleks sekaligus menarik.
.
Long Shot adalah film komedi romantis terbaik yang aku tonton tahun ini.

Dilema Lulusan SMK: Kerja atau Kuliah?




Dulu ketika aku menjelang lulus dari SMP, aku sudah berniat untuk masuk SMK. Alasanya karena setelah lulus dari SMK, aku bisa dengan mudah mencari pekerjaan, atau setidaknya memiliki skill tentang dunia kerja dibanding lulusan SMA. Di samping itu aku memang menghindari materi-materi pelajaran yang terlalu banyak. Setahuku di SMK itu banyak praktiknya dan sedikit teori, dan faktanya memang begitu.

Tapi bayanganku di atas adalah ketika aku belum melihat statistik yang mengatakan bahwa SMK adalah lulusan yang banyak menyumbang pengangguran. Penyebabnya banyak, mulai dari kurikulum, guru produktif yanglangka hingga lulusan yang pilih-pilih kerja.

Sedikit pengalamanku sekolah di SMK, waktu itu aku masuk jurusan Administrasi Perkantoran. Kalau aku tidak salah ingat, guru produktif di jurusan ini hanya beberapa saja, mereka bahkan sudah menjelang pensiun, jumlahnya bahkan lebih sedikit dibanding guru pelajaran reguler seperti Matematika, PPKN, Agama, dan sebagainya.

Zaman yang semakin berkambang, tentu saja seharusnya ‘SMK’ melihat itu. Seperti bagaimana cara mengarsipkan dan melakukan korespondensi. Dulu mungkin kita lebih sering menggunakan surat untuk korespondensi, tapi zaman semakin maju, kita menggunakan email untuk surat-menyurat. Seharusnya di kurikulum dimasukan bagaimana surat-menyurat menggunakan email, bukan dengan tulis tangan yang masih kupelajari waktu itu.

Juga tentang bagaimana arsip-mengarsip, zaman sekarang kita sudah menggunakan penyimpanan dengan metode awan atau cloud. Tapi di kurikulum yang kita pelajari lebih berfokus pada pengarsipan hardcopy, padahal ketika kita masuk ke dunia kerja, arsip yang lebih sering kita temukan adalah berupa softcopy.  

Hal-hal semacam itulah yang kurasakan selama di SMK. Kurikulum seharusnya memerlukan perhatikan lebih dari pemerintah dan pihak yang berwenang, tentu saja di samping pelatihan bagi guru produktif yang harus terus mengupdate bagaimana cara mengajar agar sesuai dengan dunia kerja yang termutakhir. Perhatian itu tentu tertuju pada sekolah negeri maupun swasta, bahkan data menyebutkan SMK banyak yang dikelola oleh swasta.

Sehingga pertanyaan kemudian muncul, setelah lulus SMK, seharusnya kita kuliah untuk mengasah kemampuan kita lagi, atau langsung bekerja dengan skill yang pas-pasan?

Ya tentu saja kita tidak bisa memukul rata SMK di seluruh Indonesia, tapi yang pasti statistik mengatakan bahwa lulusan SMK belum maksimal dalam hal melahirkan tenaga kerja. SMK yang seharusnya melahirkan tenaga kerja, malah melahirkan pengangguran. Ironis bukan?
***
Teman dan adik kelasku di SMK ada banyak yang tanpa tadeng aling-aling memutuskan untuk kuliah saja dibanding bekerja. Mereka mempunyai tekad kuat untuk itu, tekad yang menurutku seharusnya hanya dimiliki oleh lulusan SMA. Lulusan SMK ya harus bekerja, karena tujuan dari adanya SMK ya untuk itu kan?

Tidak sedikit pula ada teman yang bekerja sambil kuliah di kelas karyawan. Tentu saja ia bekerja di ‘tempat’ yang tidak terlalu tinggi, setara dengan tenaga administrasi aja, dan gajinya hanya sebatas UMR atau di bawahnya. Dan tidak sedikit pula lulusan SMK yang melanjutkan kuliah tidak sesuai dengan jurusan SMK-nya. Rumit.  

Menjadi lulusan SMK memang penuh dilema, antara bekerja atau melanjutkan kuliah. Tapi menurutku jika memang selama di SMK kita benar-benar dididik untuk menjadi tenaga kerja yang ahli, tentu saja setelah lulus kita akan dengan mudah diserap di dunia kerja. Berbeda jika dalam pendidikan itu kita tidak dengan benar-benar dididik untuk bekerja, ya jadinya kita memutuskan untuk kuliah saja. Sistem pendidikan di SMK memang harus matang, dengan hasil akhir yang berfokus pada melahirkan tenaga kerja yang siap pakai.

Malihat statistik di atas, tentu saja pemerintah tidak bisa hanya diam. Perlu pembedahan di sana-sini dan semoga pemerintah serius akan itu. Jika tidak, peminat SMK akan semakin sedikit dan kita hanya bisa menunggu kematiannya saja.***