Dari Mana Ya Ilmu Itu Diserap?

Kalau berbicara mengenai pelajaran, saya tidak akan lupa ketika waktu SMP. Di mana saya diajarkan matematika oleh guru saya, Pak Rizal namanya. Kala itu, sungguh, matematika adalah momok yang amat sulit nun menakutkan bagi saya dan teman-teman. Tapi, metode ajar Pak Rizal bisa menepis itu semua.

Jika pelajaran akan berlangsung, Pak Rizal menganjurkan kita untuk berdo'a menurut agama masing-masing dan, itu manjur menurut saya, membuat saya tidak tegang untuk menelan angka ketika pelajaran berlangsung.

Selain itu, Pak Rizal yang umurnya kira-kira 40 tahun dan sudah beruban itu, berujar kepada kami yang sudah rapi di meja dan bangku masing-masing,

''Ada yang tahu, dari mana ilmu dapat diserap?''

Kelas hening, aku pun menyeletuk karena tak ada yang menjawab,

''Dari rambut, Pak!'' kataku merobek hening. Gelak tawa terbit, termasuk Pak Rizal, air mukanya bersahabat, dia tidak marah dengan jawabanku tadi.

''Kalau yang nggak punya rambut gimanah?!'' tanya balik Pak Rizal kepadaku sembari mengusap rambut putihnya dan tersenyum kecil. Mungkin ia terlalu banyak berpikir jadi rambutnya mayoritas memutih, ckckckc....

Kelas hening. Pelajaran belum dimulai, mungkin akan banyak rumus dan apalah itu yang akan diajarkan oleh Pak Rizal sehingga ia bertanya seperti ini kepada kami: Ada yang tahu, dari mana ilmu dapat diserap?

***

Aku bingung, dari mana yah ilmu dapat diserap? Kalau pun ada alatnya, mungkin akan kuserap semua ilmu yang dimiliki Pak Rizal itu! Huh!

''Sekarang, kalau kita jalan dari sini (sekolah) ke rumah kita, ada yang nyasar nggak?'' tanya Pak Rizal.

Kelas menggeleng tanpa ada pita suara yang keluar.

''Mungkin kalau kita hanya satu kali pulang-balik dari sini ke rumah kita, mungkin ada yang tersesat, karena baru pertama kali!''

Lalu, apa maksudnya?

''Kalau kita pulang-balik ke rumah- ke sini empat kali, pasti nggak bakal nyasar, karena hapal betul. Kenapa begitu?'' Pak Rizal berhenti, kelas hening, lalu melanjutkan, ''karena kebiasaan. Bagi yang muslim, kita mungkin nggak usah lihat Al-Qur'an ketika baca surah Al-Fatihah? Sudah hapal betul. Karena itu, kebiasaan, setiap hari sholat, di dalam sholat itu kita selalu ulangi..., bacaan yang sama.''

Hem..., aku mulai mengerti.

''Begitu pun matematika,'' kata Pak Rizal melanjutkan setelah menelan ludah sejenak mengistirahatkan kerongkongannya, ''matematika juga butuh kebiasaan dan latihan. Matematika itu: pasti, logis. Dari dulu, satu tambah satu ya dua!''

Aku mengerti.

''Nah, jadi, kalau kalian ingin bisa matematika ya..., itu, latihanlah, biasakanlah.''

Kelas hening, hening sekali, hanya ada suara selewengan motor di luar sana.

''Oke, kita mulai pelajarannya!''

Kami pun segera membuka buku, siapkan segala indra yang dipunyai manusia untuk pelajaran matematika yang mahasulit ini. Hem..., andai semua guru bisa memotivasi seperti Pak Rizal ini, pasti aku akan suka belajar, belajar dan belajar pastinya. Thanks Pak Rizal, paradigmaku mengenai alergi dan pelajaran taik kucing yang bernama matematika sudah mulai punah sejak bertemu denganmu, aku suka matematika! Sebab dia pasti, logis, dan mengasyikan tidak seperti gebetan :3 *abaikan*

Di hari yang lain, Pak Rizal menganalogikan tentang otak dan daya tangkap. Jadi, Pak Rizal menganalogikannya dengan wadah yang akan dimasukan air. Pak Rizal menjelaskan, wadah ada yang besar dan ada yang kecil. Mulai dari bak hingga lubang botol minyak kayu putih.

Jelas wadah itu berbeda-beda kapasitas dan daya tampungnya, pun begitu pintu masuk ke wadah itu. Bak jelas besar, dan botol minyak kayu putih ya kecil.

Jadi pada kesimpulannya, setiap orang mempunyai daya tangkap yang berbeda-beda. Ada yang langsung mengerti dan juga ada yang lamban seperti memasukan air ke botol minyak kayu putih.

Semua itu harus kita sadari, masuk yang manakah kita? Bak atau botol minyak kayu putih? Sadari terlebih dulu, praktekan dengan membaca buku, setelah selesai, berapa yang kita pahami? Sedikit kah atau banyak? Kalau sedikit berarti kita masuk di botol minyak kayu putih, ya kalau banyak, berarti kita kelompok bak yang mampu menampung banyak air.

Maka dari itu, si botol minyak kayu putih, harus mengulangi membaca buku hingga dua kali atau lebih. Berbeda dengan si bak, dengan sekali baca, dia menyerap banyak dari buku yang dibacanya. Ya, begitulah. Menurutmu, kamu masuk yang mana?***

NB: Cerpen di atas adalah pengalaman penulis sendiri. Ketika penulis sekolah di SMP N 32 Jakarta Penjagalan dan kini penulis SMK kelas 11. Di sekolah itu, banyak guru yang 'keren', dan hanya bisa kita jumpai di 32 Vzgl, penggilan akrabnya.

Buktinya, pelajaran-pelajaran di SMP, masih terekam di kepala. Tidak hanya matematika, pun begitu dengan pelajaran lain: IPA ada Bu Sri Hastuti dan Pak Wiyono, Bahasa Indonesia ada Bu Endah, IPS ada Pak Harun yang gokil tapi tegas, Agama ada Pak Mas'udi, dan masih banyak lagi guru hebat dan keren yang ada di SMPN 32 Jakarta, aku pun cinta dan bangga pada mereka....

Afsokhi Abdullah
Kosan, 16 Maret 2015

Dijah Kuning, Membangunkan Para Penulis Labil!

Gue nggak terlalu kenal sama orang ini. Di twitter, dia terkenal dengan @dijahyellow



Sekelibat mukanya sih nggak asing gitu buat gue. Gue inget pas di kelas buka youtube terus ada salah seorang minta seacrhing, mukanya meyakinkan, mungkin akan menunjukan video unik yang belum pernah gue liat sebelumnya.



''Dijah Yellow!'' perintahnya sambil menunjuk tempat seacrhing youtube di layar laptop.



Gue pun searching di tempat yang disediakan youtube.



Taraa...!



Di video itu gue liat, ternyata dia pernah diundang di acara talk show selebriti gitu di berbagai televisi swasta. Ternyata dia artis....



Di video itu, dia menunjukan kemampuan bernyayi dan kepedeannya yang tingkat dewa, ya walau nggak ngerti juga sih gue maknanya.



Ketika gue baca komen di video youtube-nya itu, ada komen beragam. Seperti:



''Akh, norak!''



''Modal muka doang.''



''Gokil.''



''Setdah, baru liat gue orang kayak gitu....''



Itu yang terakhir komentar gue, *abaikan*



Nah, kenapa gue nulis ini? Begini kawan, si Dijah Yellow ini ternyata sudah menerbitkan buku di nulisbuku.com sebuah situs mengenai kepenerbitan yang susah kalau dijelasin :3



Di nulisbuku.com, karya kita pasti terbit asal naskah sudah selesai-sai. Singkatnya, kitalah (penulis) yang menjadi lay out sendiri, editor sendiri, prof reader sendiri, hingga desain cover-pun sendiri, mandi juga sendiri.



Nah, jadi nulisbuku.com hanya menyediakan jasa cetak saja, masalah royalty, penulis yang mengatur.



Kejanggalan yang gue tengkap dengan adanya buku terbit dari Dejah Yellow (yang gue nggak tau nama aslinya siapa) di antaranya adalah:



''Kalau buku untuk sekolah itu baru harus

Sempurna bentuk Penulisannya, karena untuk

Pelajaran. Kalau Novel itu untuk refreshing otak! :) ''



Begitulah bunyi kicauannya di twitter @dijahyellow. Gue sedikit nggak setuju sih sama pernyataan Dijah Yellow itu. Dia menyatakan kalau novel untuk refreshing otak saja, jadi nggak harus mengikuti kaidah tulisan yang kita pelajari di pelajaran Bahasa Indonesia. Wuah. Terus apa gunanya kita belajar Bahasa Indonesia, Dijah Yellow...?



Dijah Yellow pun, masih gue ambil dari twitternya, manyatakan bahwa bahasa yang ia pakai dalam bukunya menggunakan bahasa sehari-hari. Namun, pada nyatanya, bersumber dari blog Edi Akhiles rektor Kampus Fiksi yang juga sudah membeli bukunya Dijah Yellow, di sana dituliskan satu paragraf pada bab satu novel karya Dijah Yellow itu, begini, baca baik-baik yah...



**Tiba-tiba brak “hey bunyi apakah gerangan?!. Bunyi itu memecahkan suasana yang sepi. Akupun sedikit terkejut, maklumlah pada malam itu terasa begitu sepi dan bumipun diguyur hujan yang

sangat deras. Apalagi malam itu, aku sedang sendiri dirumah, karena kedua Orang tuaku sedang pergi. Maklum saja kalau aku ini adalah anak tunggal, kebayang dong bagaimana sepinya dirumah. Sepi… sepi…dan sepi….^_^**



Nah, kalau diperhatikan olehmu yang pernah belajar Bahasa Indonesia..., di mana kejanggalanya? Ya betul, imbuhan -pun digabung sekenanya saja, imbuhan di-, -di penunjuk tempat dan kata kerja pun begitu, sama juga dengan tanda bacanya yang tumpang-tindih.



Gue nggak tau si Dijah Yellow ini lulusan sekolah sampai tingkatan apa dan, gue juga nggak tau dia pernah baca buku dan mempelajarinya atau nggak.



Saludnya..., dia menyelesaikan novelnya itu hanya dengan waktu 9 sampai 10 hari. Wow banget kan?! Daannnn..., harga perbukunya..., dibandrol Rp 145.000 *fantastic*.



Wuahaha..., kaget gue pas bacanya. Hem..., dilihat dari TL twitternya Dijah Yellow, dia berkali-kali berkicau mengenai royalty dan royalty. Memang, kalau kita nerbitin buku di nulisbuku.com tuh tergantung penulis harga bukunya. Tapi nggak gini-gini juga kali Dijah Yellow..., kasian fans-mu yang nggak punya uang.... :3



Satu lagi, hebatnya, bukunya itu yang berjudul 'Rembulan Love (Love Between a Moon and a

Star)' sudah dipesan 120 eks, wow banget kan yah?!



***



Kicauannya yang membuat saya berdecak kagum dan ada nggak sukanya juga sih, sebab di sini dia tampak sombong:



''Haha...ORANG SIRIK! NOVEL AKU YANG PESAN

UDAH 120 an tuh... haha...wkwkwkwk'' - Pada 16 Maret 2015.



Di sisi lain, gue salud banget nih sama orang ini. Hanya dengan 9-10 hari satu buku kelar..., juga semangatnya untuk mendapat royalty juga tinggi (walau gue nggak ngebet-ngebet juga kalau masalah royalty, yang penting menurut gue, buku yang gue terbitin tuh bermanfaat). Mungkin dengan mengandalkan followers twitternya yang mencapai angka 17.169 itu dia bakal menjadi penulis terkenal nih, ckckckc...



Gue jadi mikir, apa dengan menjadi terkenal dulu kali yah orang (gue) baru bisa nerbitin buku dan diminati banyak orang? Hem..., mungkin gue nggak sejalan dengan Dijah Yellow yang pedenya luar biasa tingkat Dewa itu yang, kalo nggak salah, mengaku pacarnya Justin Bieber.



Hah, mungkin dengan cara lain deh gue terkenal; seperti nulis di koran, majalah, blog, kan juga bikin terkenal kan? Yeah!



Thanks Dijah Yellow sudah meninspirasi banyak penulis di Indonesia..., terutama penulis labil-labi..., semoga karyamu dapat diminati banyak pembaca dan juga bermanfaat ^_^.



Terakhir, mungkin si Dejah Yellow ini berpatok pada seseorang penulis masyhur dunia kali yah. Begini kata James Whitfield Ellison:



''Mulai lah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis dulu. Tulis draft pertamamu itu dengan hati, baru nanti kau akan menulis ulang dengan kepalamu. Kunci Utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir."***



Nah, buat kalian yang mau beli bukunya Dijah Yellow, mampir ke sini aja, soalnya nggak ada di Toko Buku ~>

nulisbuku.com/books/view_book/6969/rembulan-love-love-between-a-moon-and-a-star





Afsokhi Abdullah

Kosan, 17 Maret 2015

Serabi Solo di Jakarta


Srabi Solo atau Serabi Solo adalah sebuah makanan ringan ala Solo, Jawa Tengah. Makanan ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan dan digoreng di atas arang atau kompor gas yang khas. Srabi adalah jajanan khas dari Solo yang terbuat dari santan kelapa dicampur dengan sedikit tepung, yang  menjadikannya bercita rasa gurih. Bisa juga diberi taburan berupa potongan pisang, nangka atau bahkan meses dan keju bila suka. Srabi yang terkenal berasal dari daerah Notokusuman, Solo, yang sering disingkat menjadi Notosuman (Srabi Notosuman).









Rasa Serabi Solo amat khas, legit, manis, dan lezat di lidah, selain itu juga mengenyangkan. Serabi Solo masih menggunakan bahan-bahan tradisional. Karena itulah, Serabi Solo hanya bisa bertahan satu hari, dengan kata lain, tanpa bahan pengawet.

Kudapan yang satu ini, sungguh sarat akan budaya dan amat kental akan ke-khasan-nya sebagai makanan tradisonal asli Nusantara. Sudah ada sejak 1932, Serabi Solo memiliki sejarah yang unik. Di daerah Notosuman, Solo, kita bisa menemukan beberapa penjual serabi, konon mereka berasal dari satu keturunan yang sama, yaitu Hoo Gek Hok. Salah satu yang terkenal di daerah Notosuman adalah serabi Ny. Handayani.


ini dia serabi solo Ny. Handayani yang terkenal itu...


Serabi sebenarnya adalah semacam pancake yang adonannya terdiri dari tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan sebagai pewangi. Teksturnya kenyal namun tetap lembut, dan rasanya sangat legit. Berbeda dengan kue serabi atau surabi di daerah lain, serabi khas Solo atau serabi Notosuman dihidangkan tanpa kuah manis.

Dan kini jika Anda ingin mendapatkan kenikmatan dari Serabi Solo, tak usah jauh-jauh ke Solo. Sekarang di Jakarta pun sudah ada. Berdiri kira-kira pada tahun 2009, Serabi Solo di Jakarta pun dapat kita dapati dengan mudah.







Bertempat di Lokasari, Mangga Besar. Penajaja Serabi Solo buka sejak sore jam 5 dan tutup pada malam jam 10. Mengingat adonan yang tanpa pengawet maka harus cepat-cepat dimasak dan dijajakan.

Kita bisa mendapatkan satuanya dengan harga bersahabat. Hanya dengan Rp 2.500 kita sudah bisa mendapatkan Serabi Solo yang nikmat itu. Biasanya, jika kita memesan dalam jumlah besar, kita bisa mendapat potongan harga.

Tak jarang juga, pemesan memesan Serabi Solo dalam jumlah banyak untuk acara besar, seperti arisan, kumpul keluarga, hajatan, syukuran dan sebagainya.

Serabi Solo juga cocok ditemani dengan kopi hangat manis. Rasanya serasi dan dijamin menggoyang lidah Anda.

Selain itu, di Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat ini. Kita juga dapat menjumpai banyak penjaja yang menajajakan makanan dari berbagai daerah. Seperti Sate Padang, Bakso Total Solo, Durian Medan, Pempek Palembang, Dukuh, Sup Duren dan masih banyak lagi.



Pedagang kacang rebus yang berdagang tepat di depan gerobak Serabi Solo Jakarta.
















Pedagang kaki lima semacam Pecel Lele, Jagung, Kacang, Bubur Ayam, Mie Ayam, Nasi Goreng pun tak ketinggalan. Jika Anda ingin mencicipi kuliner ekstrim pun ada di sini. Semacam, Ular, Monyet, Biawak ada di sini!

Ditambah lagi, lokasinya tak jauh dari tempat pembelanjaan yang berada di Lokasari Square, hanya beberapa meter dari penjaja tadi, kita sudah bisa melihat penjaja baju-baju, alat elektronik, rumah makan, sampai diskotek dan, masih banyak lagi pastinya.

Suasanya khas ala Jakarta. Jika Anda berkunjung ke sana, Anda akan disuguhkan musik-musik yang mengalun dari beberapa kios penjaja kaset, membuat jalan-jalan Anda lebih ceria.



Nah, lengkaplah sudah Lokasari menjadi tempat rekreasi kita. Semua yang kita butuhkan ada di sini. Selamat berekreasi dan berwisata kuliner di Lokasari....




Untuk lebih lanjutnya, silakan hubungi: 08978754632 dan Twitter @AfsokhiOchi__

Afsokhi Abdullah
Jakarta, 15 Maret 2015

Sumber Referensi:

adisumarmo-airport.com

tentangsolo.web.id/serabi-notosuman.html

Wikipedia 

Tulisan ini, diikutsertakan dalam giveaway https://fasyaulia.wordpress.com/2015/02/17/3rd-birthday-giveaway/ 

Semoga bermanfaat ^_^

Anjuran Mendahulukan Yang Kanan Dalam Semua Hal Yang Bersifat Memuliakan

Belakangan ini saya suka meneliti orang-orang di sekitar saya. Dari segala aktifitas makan, minum, dan segala yang kasat mata di ranah umum. Dan, yang paling saya banyak temui adalah kejanggalan ketika minum.



Saya sering jumpai orang membuka botol minum dengan tangan kanan, memutarnya, lalu menenggak dengan tangan kiri. Selain itu juga ketika makan, ada orang makan dengan tangan kanan lalu dengan beralasan tangan kanan yang digunakan untuk makan, tangan kiri digunakan untuk meminum.



Sebagai muslim, seharusnya kita ketahui akan hal ini yang, sudah diatur. Dalam kitab terjemah Riyadus Shalihin karya Imam Nawawi, di sana saya membaca bab khusus mengenai Ajuran Menggunakan Tangan Kanan Dalam Semua Hal Yang Bersifat Memuliakan. Beberapa haditsnya adalah sebagai berikut:



Dari Asiyah RA., dia berkata: ''Rasulullah SAW. itu sangat menyukai tayammum (penggunaaan tangan kanan) dalam segala urusannnya; dalam bersucinya, dalam bersisirnya dan dalam memakai sandalnya.'' (HR. Bukhari - Muslim)



Dari Hafshah RA., bahwa Rasulullah SAW. mempergunakan tangan kanannya untuk makannya, minumnya dan pakaiannya dan mempergunakan yang kiri untuk selain hal itu. (HR. Abu Daud dan lainnya)



Dari Abu Hurairah RA., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: ''Apabila kalian memakai baju atau wudhu maka mulailah dengan anggota tubuh kalian yang sebelah kanan.'' (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)



Dari Salmat Al-Akwaa’ r.a., bahawasanya seorang lelaki makan di sisi Rasulullah ï·º dengan tangan kirinya lalu Baginda menegurnya dengan bersabda: “Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu.” Lelaki itu menjawab: “Aku tidak berupaya berbuat demikian.” Baginda bersabda lagi: “Kamu tidak berupaya? Sebenarnya tidak ada sesuatu yang menghalang kamu daripada berbuat demikian melainkan kerana didorong oleh perasaan sombong.” Salmat berkata: “Orang itu akhirnya tidak dapat mengangkat tangan kanan ke mulutnya (cacat selamanya).” (Hadis Riwayat Muslim) . Merujuk kepada hadis dari Ibnu Umar yang menceritakan bahawa Rasulullah ï·º bersabda; “Janganlah sesiapa dari kamu makan dan minum dengan tangan kirinya kerana Syaitan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (Hadis Riwayat Imam al-Bukhari).



Dikecualikan jika seseorang itu tidak berdaya, seperti tangan kanannya terpotong, lumpuh, sakit atau sebagainya, maka ketika itu haruslah ia makan dengan menggunakan tangan kiri kerana seseorang tidak disuruh lebih dari kemampuannya.



Demikian penjelasan mengenai Anjuran Menggunakan Tangan Kanan. Yang perlu diingat adalah, saiytan makan dan minum dengan tangan kiri, sedangkan Rasulullah mencontohkan dengan tangan kanan. Sekarang, tinggal pilih: ingin mencontoh saiytan atau Rasulullah?



Memang kadang sulit untuk mebiasakan menggunakan yang kanan untuk kemuliaan dalam sehari-hari melawan kebiasaan menggunakan yang kiri, seperti mengenakan sandal, bersisir dan sebagainya. Namun dengan kita tahu akan mulianya menggunakan tangan kanan, Insya Allah kita akan terbiasa dengan terus melakukannya.



Itu juga sunnah Rasulullah. Jadi, di dalam aktifitas sehari-hari kita selain mendapatkan hasil dunia, dengan menjalanankan sunnah Rasulullah, maka Insya Allah kita pun mendapat pahala.



Demikian penjelasannya..., semoga bermanfaat yah. Kalau ada tambahan silakan di kolom komentar ^_^





Afsokhi Abdullah

Kosan, 16 Maret 2015

Efek Positif dalam Kesendirian

Kesendirian itu banyak yang suka dan, kadang tidak mengenakan juga. Sendiri membuat orang tenang, juga ada yang membuat orang resah. Efek terlalu sendiri bagi orang pun pasti berbeda-beda. Ada yang positif dan juga ada yang negatif pastinya. Lalu, apa dampaknya jika orang terlalu sendiri. Nah, demikian yang saya rasakan juga mungkin kamu rasakan ketika sendirian:

1. Tenang.

Ya, tenang, kita bisa bermeditasi dalam kesunyian; bisa merasa nyaman dan menikmati hidup. Ketenangan yang dihasilkan sendiri dengan ketenangan yang dihasilkan bersama orang yang disayang ada bedanya. Namun bagi saya, kedua-duanya hampir sama. Sebab, kenyamanan itu bisa saya buat lewat daya pikir. Belum lama ini saya membaca buku mengenai Daya Pikir Kreatif, karya Lilian Too, di mana di dalamnya banyak metode untuk meningkatkan Daya Kreatif melalu pikiran. Caranya adalah dengan bermeditasi. Yang paling saya sukai adalah dengan membayangkan tubuh saya di hamparan rerumputan di atas gunung; anginnya manja, ditemani waktu senja. Meditasi ini yang paling sering berhasil menurut saya. Tapi masih banyak lagi metode yang lainnya yang bisa kamu coba, ckckckc.

2. Kesepian

Yups, rasa kesepian terkadang melanda saya ketika sendiri. Tak dapat dipungkiri lagi memang, kesepian sangat identik dengan sendiri. Dibanding kesepian dalam keramaian, kesepian ketika sendiri lebih mudah diterima, ckckckc. Positifnya, dengan merasa sepi, kita akan melakukan sesuatu hal baru untuk mengisi kesepian itu. Contohnya menghasilkan hoby baru dengan mencoba-coba hal yang belum pernah dilakukan. Seperti nonton animasi, menulis, terlebih lagi baca buku yang sudah kita beli namun belum pernah disentuh sama sekali.

3. Merenung.

Kadang pikiran kita akan melayang jauh ke alam lain, entah kenapa tanpa kita kendalikan. Merenung biasanya terjadi ketika kita mulai mengingat sesuatu, seseorang atau sebuah. Merenung sangat mengasyikan ketika sendiri. Bisa bebas berimajinasi tanpa dibatasi. Cobalah merenungi kehidupan kamu dan intropeksilah, ini bisa membantu kita untuk menyingkirkan hal yang buruk dalam diri kita dengan merenungkannya.

4. Pembaharuan

Ketika sendiri, kadang banyak ide keluar-masuk begitu saja tanpa dikomando. Kadang juga mengingat dosa-dosa, kesalahan-kesalahn yang telah lalu. Dan itu membuat kita menginginkan lebih baik lagi dari itu. Atau bahkan menghilangkan kebiasaan buruk itu. Rasa pembaharuan datang bersama penyesalan. Kita menginginkan suatu yang baru, yang belum pernah ada dan belum pernah kita coba. Alangkah baiknya cenderung ke arah kebaikan. Siapa tahu itu bisa menjadi kebiasaan baru kamu yang baik. Coba sisikan waktumu setiap hari atau setiap Minggu untuk pembaharuan diri. Lakukanlah sesukamu.

Nah, mungkin itu Efek Positif dari Kesendirian, belum tentu orang yang disibukan dengan pekerjaan bisa seperti ini lho..., dan juga mereka yang punya pacar juga belum tentu lho..., jadi kendalikan ke-jombloan kita dengan efek positif deh; kendalikan kesendirian menjadi sebuah kebahagiaan.

Semoga bermanfaat yeah... ^_^

Afsokhi Abdullah
Kosan, 15 Maret 2015

Cerita di Islamic Book Fair dan Tips Untuk Kamu

Ketika saya sampai di tempat: Istora Senayan, saya disambut dengan sampah yang berjubal di depannya, tepatnya di depan anak tangga pintu masuk. Saya sampai di Istora jam 8 lewat 30 menit pagi.

Sebelumnya sudah ada hujan mengguyur, menjadikan jalanan agak tergenang dan harus hati-hati jika berjalan.

Saya dan tiga teman sebaya saya (belasan tahun), manaiki anak tangga lalu bertemu dengan pedagang yang baru saja membuka lapak. Kami berjalan lebih dalam lagi melewatinya dan, ternyata masih tutup. Padahal kami dan pengunjung lain sudah agak ramai, ditambah lagi ada rombongan yang sengaja dengan bus bertolak ke Istora, dalam rangka meriahkan hari terakhir IBF tentunya.

Kan siapa tahu di hari terakhir bakal banyak diskon, bukan? Mungkin begitu asumsi mereka.

***

Saya pun bertanya kepada seorang Bapak muda yang sedang membereskan lapaknya,

''Pak, kok masih tutup yah? Emang bukanya jam berapa?''

Dia menatap saya sebentar lalu menjawab, ''Buka jam sembilan, mas, yang pintu sebelah sana sudah terbuka. Di sini masih tutup.''

Setelah berucap terima kasih, kami pun menuju arah yang ditunjuk Bapak muda tadi. Kami berjalan, dan ternyata hujan pun kembali datang. Kami berteduh, selepas berteduh, kami masuk ke pintu yang ditunjuk Bapak muda pemilik lapak tadi.

Kami pun masuk sampai dalam, keadaan masih sepi. Hanya ada beberapa stand yang tutup dan orang-orang sibuk membereskan stand-nya yang segera buka.

Saya memimpin perjalanan ini. Memimpin dua wanita dan satu laki-laki tepatnya. Mereka di belakang saya. Dengan insting saya, saya berjalan lalu sampai di panggung utama. Huh... Megah sekali, tapi tetap, masih sepi. Padahal sudah jam 8.45.

''Gimana kalau makan?'' ajak Andika.

Hem. Benar juga apa kata dia. Kami pun keluar ruangan panggung utama. Tak jauh dari tempat kami tadi, sudah berjajarlah rangkaian kios makan dengan rapinya. Ada siomay, batagor, mie ayam, warung nasi, gorengan dan masih banyak lagi.

Huh. Saya sendiri tidak membawa uang lebih, jujur saja. Dan saya juga masih kenyang sarapan tadi pagi. Yasudah, biarkan mereka makan dan saya izin kepada mereka untuk sekedar jalan-jalan.

*

TIPS: JIKA KAMU KE IBF. JANGAN LUPAKAN INI: IBF BUKA JAM 9 PAGI, DAN TEMPATNYA BUKAN DI LAPANGAN UTAMA. NAMUN DI LAPANGAN TENIS KALAU KATA ANDIKA.

*

Saya, berjalan-jalan masih di area gedung olahraga tadi. Ternyata ada lantai satu, dua. Kalau saya amati, ternyata di lantai dua ini, sudah lumayan ramai. Pedagang menjual baju koko, celana, rok, mukena, dan masih banyak lagi, selain itu juga ada pertunjukan pameran Mumi Fir'aun.

Lalu di lantai satu, didominasi oleh buku-buku.

*

TIPS: JANGAN SALAH, KALAU DI IBF (ISLAMIC BOOK FAIR) TIDAK HANYA ADA BUKU. NAMUN, AKAN kita TEMUI BANYAK PEDAGANG YANG MENJAJAKAN DAGANGANYA DARI BUSANA HINGGA ALAT IBADAH LAINNYA. SERTA ADA PAMERAN.

*

Setelah puas berjalan-jalan sendiri. Saya kembali ke teman saya berada. Saya melihat jam di hape saya, ternyata sudah jam 9 lewat sedikit. Tampak pula pengunjung yang semakin ramai, ada yang berombongan dan juga kelompok kecil. Mereka tampak antusias.

Tujuan kami yang pertama adalah melihat-lihat stand di lantai satu. Di sana akan kita temui buku-buku berjejeran. Ada yang mulai harga dari 5.000, 10.000, 20.000 juga ada buku best seller yang di-diskon hingga 20 sampai 30 persen.

*

TIPS: ADA BANYAK BUKU MURAH. BAHKAN SAYA MENEMUI STAND YANG MENJUAL BUKU DENGAN HARGA 10.000 MENDAPAT TIGA, YA, HANYA DENGAN KOCEK TIDAK TERLALU DALAM, KITA BISA MENDAPATKAN BANYAK BUKU.

SELAIN ITU, KITA JUGA JANGAN MENGHARAPKAN BUKU MURAH MERIAH SAJA. JIKA KITA INGIN BUKU BEST SELLER DAN BUKU TERKENAL, KITA HANYA BISA MENDAPAT DISKON. SEPERTI BUKU ARASY CINTA, ASSALAMU'ALAIKUM BAIJING, HAFALAN SHOLAT DELISA, PUTUSIN AJA, DAN SEBAGAINYA. BUKU-BUKU BEST SELLER INI TERJUAL DI SATU STAND SAJA.

TINGGAL KITA CARI STAND YANG BERTULISKAN ''BEST SELLER, REKOMENDSAI''. BEGITU.

*

Lama saya dan teman-teman berjalan-jalan. Akhirnya saya menemui stand dari penerbit yang saya begitu suka, Diva Press. Ya, penerbit asal Yogya ini memang terjamin akan mutunya. Maka dari itu, saya segare mengobrak-abrik segala yang ada di sana.

Ternyata e ternyata, tidak hanya buku Islami yang dijual. Ada banyak pula buku novel remaja dan buku non fiksi lainnya.

*

TIPS: DI IBF TIDAK HANYA MENJUAL BUKU ISLAMI SAJA.

*

Setelah menimbang-nimbang. Saya tentukan kepada novel Imaji Dua Sisi dan Kumcer Penjaja Cinta. Buku itu amat menarik, ya jadi saya beli. Hanya dengan 35.000 saya sudah bisa membeli dua buku itu, murah bukan?

Selagi saya berjalan ria. Suasana betambah ramai. Terlihat pula ada orang tergopoh-gopoh membawa bawaannya. Seharusnya sih dia bawa kantung atau tidak tas.

*

TIPS: DISARANKAN KITA HARUS MEMBAWA KANTUNG. SEMISAL TAS DAN SEBAGAINYA. KITA JUGA TIDAK TAHU UANG KITA BISA DIBELIKAN BERAPA BANYAK BUKU. JADI SIAP-SIAGA SEBUAH TEMPAT UNTUK BUKU TAK TERDUGA.

JANGAN LUPAKAN JUGA MENGHITUNG UANG YANG TERSISA. APES-APES NANTI MALAH TIDAK BISA PULANG.

*

Jam sudah menunjukan 11 pagi menyongsong siang. Kami putuskan untuk beranjak ke tempat penggung utama, sebelumnya kami sempat berputar-putar ke area IBF. Saya berdecak kagum ketika ada anak kecil, kecil sekali, sepantar anak kelas 1 SD. Mereka ternyata sedang hapalan ayat suci AL-Qur'an dengan metode yang konon ampuh. Benar saja, di stand itu, ada seorang anak kecil membaca, em, lebih tepatnya mengucapkan surah Ad-Duha dengan lancarnya. Saya merinding mendengarkannya di kerumungan pengunjung. Wah, keren deh!

***

Sampai di tempat panggung utama,
beruntung, di sana ternyata sedang ada talk show. Bisa buat hiburan. Ya walau bisa dibilang tidak banyak yang memperhatikan orang yang berada di panggung. Sebab semua orang yang di lapangan sibuk akan transaksi jual-belinya. Dari tribun, saya sama sekali tidak melihat ada Akhwat yang tidak berjilbab. Semua berjilbab, ya kecuali anak kecil.

Tapi acara talk show tetap berjalan meriah. Kami yang duduk di tribun pun menyimak talk show itu, yang membahas mengenai bantuan Indonesia kepada Palestina.

Di tribun ini, ada banyak orang yang membuka bekel'-nya. Mulai dari nasi hingga snack ringan. Saya untung membawa Beng-beng, makanan ringan favorit saya. Dan kebetulan saya pun membawa empat buah, jadi bisa dibagi satu-satu. Selain itu saya juga membawa dua air botol mineral. Alih-alih takut dehidrasi ketika CFD nanti yang pada nyatanya tidak jadi.

*

TIPS: DISARANKAN KITA MEMBAWA BEKAL. APAKAH ITU NASI BESERTA LAUK, SNACK, ATAU APALAH YANG BISA MENGGANTIKAN TENAGA YANG TERKURAS KETIKA BERJALAN-JALAN TADI.

JANGAN MALU. ADA BANYAK KOK YANG DENGAN LAHAPNYA MAKAN DI KOTAK NASINYA. LAGIAN SIAPA YANG MAU MELIHAT KITA. JANGAN KE-GR-AN DEH. CKCKC...

DAN SATU LAGI. IBF JUGA ADA TALK SHOW, KALAU KAMU BERUNTUNG, BISA-BISA BERTEMU DENGAN PENULIS TERKENAL. DAN UNTUK KAMU, AKHWAT, DIANJURKAN MENGENAKAN JILBAB DAN IKHWAN MEMAKAI BAJU DAN CELANA PANJANG SETIDAKNYA.

*

Jam 12 siang kami pulang. Membawa hasil buruan kami masing-masing. Sempat dihimbau pula, jika pengunjung ingin sholat Duhur, mushola terpisah antara Ihwan dan Akhwat. Dan kami putuskan untuk sholat di rumah masing-masing.

Dan jangan salah kira IBF sudah usai. Tidak. IBF selesai di malam harinya, dengan pemberian hadiah kepada dua pengunjung yang beruntung, berupa dua Umrah Gratis. Woww....***


Afsokhi Abdulloh
Kosan, 10 Maret 2015

Jangan Takut Berkarya, Raditya Dika Aja Typo

Sehabat-hebatnya penulis, pasti ada saja tulisan yang salad-tulis, eh, salah-tulis maksudnya. Atau lebih dikenal dengan Typo (bahasa Inggris).

Bahkan, dalam sebuah Qoute pendek, seorang penulis termasyhur dunia (saya lupa namanya, orang luar deh pokoknya), di sana saya membaca, ''Tidak ada kalimat yang sempurna.''

Jelas maksudnya adalah kalimat yang yang ditulis manusia, bukan dalam kitab suci pastinya.

Nah, saya ambil contoh dekatnya saja. Raditya Dika, dalam bukunya yang ketujuh itu, Koala Kumal; yang sudah best seller, yang digandrungi remaja. Hingga tiap tour-nya keluar kota, membludak yang ingin ketemu sama penulisnya dan kudu beli bukunya buat ditandatangani terus foto deh.

Namun, itu semua tidak menutup kemungkinan bahwa bukunya tidak sempurna. Buktinya:

1. Keliahtan (hlm. 44) – seharusnya
kelihatan.

2. Tentang Astra di halaman 66, harusnya
Dika putus sama Deska si cewek Tomboy. Ini kenapa malah
putusnya ama Astra yang lagi deket
ama Deska, padahal Astra itu cowok!!! Ketika baca pada bagian ini, membuat saya bingung dan guling-gulingan di wc.

3. Di halaman 146. Disebutkan jika di minggu pertama, 'Malam Minggu
Miko' ditonton tiga ratus ribu kali, terus
kenapa kalimat selanjutnya malah jadi
rancu, soalnya disebutkan jika minggu
kedua ditonton tujuh ratus kali.
Bukankah seharusnya minggu kedua, viewers lebih banyak dari minggu
pertama ya? Atau mungkin itu
manksudnya minggu kedua ditonton
tujuh ratus ribu kali, bukan tujuh ratus
kali. Mungkin....

Nah, jadi intinya, tidak ada tulisan manusia yang sempurna. Setiap manusia punya kekurangan dan kelebihan sendiri, entah itu keahlian bakat atau keahlian yang diasah sedemikian rupa. Dan kelebihan orang yang terhebat adalah kegigihan dan tidak takut salah. Saya pernah baca Qoute lagi nih (orang luar, saya lupa namanya).

Begini bunyinya: ''Kreativitas akan mati jika kita mulai takut salah!''

Jadi kamu masih mau takut salah? Hay! Coba-saja-dulu dengan kemampuan yang kita punya, masalah 'salah', 'gagal', 'tidak menang', itu urusan paling bontot!

Buat kamu yang takut untuk memulai menulis sebuah cerita atau apalah itu, jangan takut menulis deh, menulislah sampai ujung jemarimu kandas oleh proses sang waktu! Dengan menulis namamu akan abadi, di batu nisan :3 E, becanda.

Sepintar-pintarnya kamu, kalau ilmunya nggak bermanfaat bagi orang, ya percuma toh.
*
''Ikatlah ilmu dengan menulis.'' - Ali bin Abi Thalib.
*
Yeah. Banyak orang yang hanya suka membaca ketimbang menulis, ada yang suka nonton ketimbang bikin video. Dan begitulah orang Indonesia, maunya yang instan-instan saja, padahal mie instan pun tidak instan lho *yang ini abaikan.*

Saya sangat suka dengan twit @radityadika yang satu ini. Sebenarnya sih saya pernah baca pada twit sebelumnya di TL dia. Tulisan yang sama dan, maksud yang sama. Begini kicaunya:

''Kalau kamu suka baca, mulailah menulis. Suka
nonton, mulai bikin video. Beranilah menjadi
seorang pencipta, ketimbang hanya penikmat.''

Deg!

Saya meresa ditendang oleh tulisan dia-itu. Benar juga, daripada hanya jadi pembaca, penonton, lebih baik menjadi pencipta dong! Tulisan di atas juga termasuk pendorong saya untuk terus berkarya dan terlebih lagi membuat saya mengidolakan dia--Raditya Dika Angkasa Putra.

Nah. Jadi, buat kalian yang tidak berani untuk memulai menulis atau mulai menciptakan sesuatu, jangan takut! Setiap orang memiliki ciri khas yang berbeda, masa lalu berbeda, pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda dan masih banyak lagi perbedaan yang lainnya.

Karenanya, jangan takut untuk berbeda. Bukanya dengan berbeda sebuah musik akan terdengar enak di telinga? Bayangkan, jika suara piano, drum, gitar, bass, suling. Semuanya bernada sama, datar, ah, itu tidak ada enaknya dong! Nah, di sinilah perbedaan muncul sebagai pencipta yang belum pernah diciptakan sebelumnya; oleh tempurung kepala sebelumnya.

Pokoknya. Ketika menulis atau berkarya apa saja, berkaryalah dengan percaya diri, jangan minder. Kalau tetap seperti itu, ya kapan kita bakal maju? Bakal bermanfaat bagi banyak orang? Begitulah gampangnya. Sepatutnya kita cepat-cepat sadar deh, kalau kita hanya menjadi penikmat, bukan pencipta, nanti jika pencipta sudah pada mati gimana? Kita tidak bisa menikmati sebuah karya cipta dong?

Yeah. Jangan takut, Raditya Dika aja Typo.***

Afsokhi Abdullah
Kosan, 10 Maret 2015

Kereta Kepanikan dan Ibu Kenenek-Nenekan

SEKILAS pohon yang sedari lama berkejaran di luar jendela kereta, kini mulai berhenti. Mereka mematung dan hanya bergerak jika ada angin yang sudi bertamu. Kereta ini pun berhenti berlari, kehabisan tenaga dan mungkin sudah banyak keringat bercucuran. Lari yang amat kencang tadi, seperti tenaga ribuan kuda, kini terhenti perlahan lalu tak berjalan lagi. Sempat juga terdengar decitan dari rel kereta ini sebelumnya. Cit citt citt.... Cit. Entah apa maksudnya. Biasanya, jika kereta berhenti di stasiun, maka tak lama kemudian kereta akan berjalan perlahan, lembut, dan, kembali 'ngebut' tanpa pandang bulu. Sebelum lepas landas dari stasiun, tentunya, terlebih dulu kereta menunggu restu tiupan pluit petugas, lalu diberikannya isyarat jalan kepada masinis.



Kali ini lain, malam ini, lain. Kereta menjadi pengap, pengap sekali, dan ini adalah pengap yang paling parah yang pernah aku alami. Lampu mati, ac mati, dan terbitlah suara dari rongga mulut manusia yang TERGORES rasa kepanikan yang teramat--suara itu keluar-masuk telingaku. Ditambah lagi nyayian hewan-hewan dari luar gerbong kereta. Krik krik krik. Hem. Apa kereta ini anjlok?





***



Seorang Ibu tua yang kurasa mendekati kenenek-nenekan duduk di sampingku dengan khusu', khusu' sekali. Aku takzim melihatnya dalam kegelapan. Ia seperti tak mementingkan bahkan tak acuh dengan kejadian ini. Kenapa?



''Bu,'' sapaku, lalu ia menolehkan kepala penuh dengan beribu tanya. Kerutan wajahnya sedikit lagi bisa dibilang kendor.



''Kereta ini anjlok yah, bu?'' lanjut tanyaku, perasaanku agak mulai panik. Seisi kereta tak terkendali.



''Mungkin saja, Mas.''



''Mengerikan yah, bu. Sudah berapa kali naik kereta ini, bu?'' aku mencoba untuk berdialog agak panjang dengannya. Tujuanku agar ketidakpanikan Ibu itu menular dan menjalar ke tubuhku.



Hai. Siapa yang tidak panik. Kereta berhenti dengan perlahan, lalu lampu padam, diam, henti, tak ada penjelasan.



''Ya, Ibu sering naik kereta ini,'' jawab Ibu itu dari tanyaku tadi yang menggantung agak lama di udara dekat kepala.



''Lalu, apa Ibu pernah mengalami anjlok kereta?'' tanyaku kembali, huh. Jiwa kewartawananku muncul.



''Ya, nggak pernah, Mas, ya tenang aja. Toh nanti juga balik lagi.''



Aku menelan ludah, ''Oh..., gitu yah, bu.''



Lalu aku benar-benar tenang menanggapi situasi ini. Bairkan mereka semua panik. Lebih baik juga menunggu sampai kereta baik.



Tak ada cahaya memedahi di sini. Hanya ada semburat pijar bulan yang utuh dan pantulan dari benda yang dikenainya. Selain itu, kunang-kunang yang menari ria di luar jendela sana pun ikut memeriahkan kepanikan!



***



Syahdan, tiba-tiba, pintu kereta yang seharusnya tidak boleh terbuka, kini terbuka dengan kencang, seolah ditendang kencang, kencang sekali!



Jeklek! jeklek! jeklek!



Semua orang segera ingin keluar. Dan, ketika mereka keluar melewati pintu. Mereka tidak tahu bahwa di luar sana adalah jurang! Satu-persatu berjatuhan hingga dangkal. Walau begitu ada saja yang terus ingin berlari keluar mengikuti: bapak-bapak, anak kecil, ibu yang menggendong bayinya, nenek-nenek, kakek-kekek, bencong, dan semua jenis manusia ada di kereta ini--semua panik tentunya! Dari gerbong ke gerbong yang lain, semua penumpang tampak penuh akan kepanikan. Riuh. Dan bulan hanya tersenyum manyun. Busyet. Masih saja ada yang tersenyum ketika seperti ini!



Segera petugas kereta keluar dari kandangnya, lalu berteriak sekuatnya, terlihatlah otot di lehernya, 'meringkel',



''Semua harap jangan panik! Kembali ke tempat duduk masing-masing! Kereta sedang anjok! Ada kerusakan! Kembali! Kembali ke tempat masing-masing! Harap didengar...!''



Terikan petugas kutangkap agak samar-samar. Sebab, suara itu bertengkar dengan riuh kepanikan.



''Aduh, bagaimana ini. Bagaimana ini!''



''Kita keluar saja! Ayo keluar!''



''Ya, ayo keluar!''



***



Petugas terlambat mencegah para penumpangnya yang keluar dari pintu. Jelas mereka yang keluar pasti akan menemui ajal!



''Dasar goblok orang-orang itu! Pake otak dong sedikit! Panik, begini aja panik!'' murka Ibu tua di sampingku. Ibu ini lebih pengalaman jika mengalami situasi seperti ini. Aku jadi belajar darinya.



Huh. Aku tak bisa mencegah mereka yang keluar pintu kereta, sebab gelap, suara berantakan tak jelas, sana ngomong, sini ngomong, mulut manusia memang susah untuk diam! Apalagi ketika panik! Mungkin darah segar di bawah sana LUMER menjadi anak sungai.



Tak lama kemudian kereta mulai berjalan perlahan, meninggalkan mereka yang mati kerena kepanikan masuk jurang.***



NB: Cerpen terinspirasi dari perjalanan penulis dengan rangkaian kereta Serayu Malam.



Afsokhi Abdullah

08 Maret 2015

Lintah Darat Pembawa Riba

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imraan: 130)


Setiap mata ini menangkap pria bertegak lurus dalam berjalan, besar, berjaket hitam, pasti aku ketakutan. Sebab, pria itu pasti orang jahat. Menjilat. Memuntahkan. Lalu dijilat lagi. Dan, segalanya yang jahat ada pada pria itu.

Ia adalah lintah darat. Ih, geli aku mendengar kata itu. Hasil uang dari pekerjaannya hanya api neraka yang dimasukan ke perut lewat rongga mulut. Riba namanya. Dalam agama, orang yang menghalalkan riba akan berdosa. Busyet. Termasuk si peminjam uang, orang yang mengasihkan dan juga tak luput orang yang manyaksikan transaksi itu. Mereka semua berdosa!
*
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang
memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi
riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.”Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Jabir bin
Abdillah radhiyallahu ‘anhu
*
Aku baru tahu hal ini kemarin-kemarin saja. Setelah membaca itu, aku kontan merinding, dan tak ayal menyesali semuanya. Nyatanya, orangtuaku bekerja sama dengan si lintah darat, juga Abangku kena imbasnya.

Selama masih berkaitan dengan si lintah darat. Aku melihat orangtuaku tak lancar dalam bernapas, tak tegak dalam berjalan, dan tak semangat menjalani hari. Padahal beliau sudah sepuh. Setitik uban sudah mendominasi rambut di kepalanya. Huh. Kasian. Aku sebagai anak, kala itu tak mengerti akan hal ini. Kubiarkan saja lancar transaksi. Kubiarkan si lintah darat menyambahi.

Lintah darat sungguh amat jahat. Mereka masak mendapatkan untung berkali-kali lipat dari uang yang kami pinjam. Jelas itu tidak adil dong! Namanya juga pinjam, ya harus dibalikin sama dengan uang yang dipinjam. Kalau memang ikhlas meminjamkan, ya jangan gitu juga..., pinjam seratus ribu, kami harus menyicil sampai dua ratus ribu, pinjam satu juta, jadi dua juta, pinjam sepuluh juta jadi dua puluh juta dan, selalu seperti itu atau bahkan lebih dari itu.

Huh! Aku ingin segera melihat di akhirat kelak. Apa yang akan aku alami, orangtuaku alami, Abangku alami, dan si lintah darat itu sendiri. Atau nanti kita akan masuk neraka? Diberi makan dari pohon yang berduri tak mengenyangkan. Atau nanti kita akan diberi minuman dari timah panas? Ohhh.... Mengerikan sekali.

***

Aku pernah menegur Bapakku yang meminjam ke si lintah darat, walau aku sendiri tidak mengerti kala itu.

''Apa tidak berdosa, pak?'' tanyaku.

''Ya sebenarnya ini haram. Tapi, kalau kepepet bukannya menjadi halal? Kita ini lagi kepepet. Bayar motor, kontrakan, kios dagang, jajan sekolahmu, dan abangmu, adikmu, ibumu. Semua butuh uang..., sekarang, uang dari mana? Dunia keras. Kita boleh bersaudara, namun uang? Uang tidak bersaudara. Manusia bisa buta karena uang. Mana ada orang yang mau meminjamkan uang ke kita untuk saat ini. Kepepet. Ya maka Bapak pinjam ke lintah darat,'' kata Bapaku dengan lancar. Matanya merah, keriput kulitnya kendor, dan ototnya layu, sayup-sayup pandangan matanya membuatku nelangsa.

Ah..., begitukah? Apa semua di dunia ini dimainkan oleh uang? Hem, jadi orang yang boleh hidup di dunia ini adalah uang dan orang? Huh, busyet, dunia keras sekali!

Memang kala itu sungguh kepepet. Aku pun merasakannya. Membayar kontrakan hingga kami sempat diusir. Membayar cicilan motor hingga denda berlipat-lipat. Aarggh, sedih kalau diceritakan kembali secara detail!

***

Pernah suatu waktu, Abangku yang meminjam kepada si lintah darat, akan dibunuh. Lintah darat berwujud pria berjaket hitam, tegak, sangar, wajahnya keras, dan pandangannya tajam. Siapa orang yang tidak takut? Ah, modal badan saja si lintah darat ini, kerjanya hanya membuat dosa saja. Dosa sana, dosa sini, dan dunia manjadi penuh dosa karenanya.

***

Terkadang, kami bisa saja kabur dari kejaran si lintah darat. Lintah kan hanya bisa merayap bukan? Hahaha..., tapi, bukan itu maksudku. Lintah yang satu ini merayap amat lihai. Merayapi apa saja yang menjadi santapan dan incarannya.

Walau yang meminjam uang adalah orangtua dan abangku. Si lintah darat amat hafal denganku. Sebab, akulah yang sering melihat transaksi haram itu. Si lintah darat kadang membentak, kadang tersenyum, dan kadang pula bercanda. Ah, itu paling hanya akal busuk saja!

Sebab tak ada lagi uang untuk membayar (menyicil) maka kami mengumpat. Jangan sampai bertemu dengan si lintah darat! Namun apa boleh buat, dunia yang terdiri dari waktu ini, mempertemukanku dengan lintah darat bertubuh tegak dan berjaket hitam itu.

Aku gemetar, dan ketika ditanya mengenai orang yang meminjam uang padanya, aku hanya bisa menggeleng kepala dan anggukan jika yang ia katakan benar. Huh! Menyeramkan sekali jika sudah berurusan dengan lintah darat. Bukan hanya di dunia namun, lihat di akhirat kelak!***

Afsokhi Abdullah
Kosan, 07 Maret, 2015

Ciri-ciri Seorang Wirausaha dan Fungsi Kewirausahaan (Catatan Kelas 10 SMK)

Setelah post-an saya yang lalu mengenai 'Kenalan Sama Kewirausahaan', kini saya akan membawa Anda 'lebih kenal' lagi dengan wirausaha dan kewirausahaan. Nah, demikian di bawah ini: ciri-ciri seorang wirausaha dan Fungsi Kewirausahaan, dibaca yah... ^_^



1. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya--untuk mengejar keuntungan yang merupakan imbalan dari karyanya.



2. Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Serta mempunyai semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.



3. Selalu mengutamakan efesien dan penghematan biaya.



4. Mempunyai kemampuan untuk menarik bawahan/patner usaha yang mempunyai kemampuan tinggi.



5. Mempunyai cara analisis yang tepat, sistematis, dan metodelogis.



6. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh, baik untuk memperluas usaha sudah ada atau menanamkannya pada usaha-usaha yang baru.



7. Mempunyai kemamuan yang tinggi dalam menilai kesempatan yang ada, dalam membawa tekhnik-tekhnik baru dalam mengorganisasi usaha-usaha secara tepat guna dan efesien.





FUNGSI KEWIRAUSAHAAN:



Manfaat tenaga kewirausahaan mempunyai beberapa fungsi atau menfaat di antaranya adalah:



1. Sebagai penggerak kegiatan ekonomi termasuk perluasan kesempatan kerja.



2. Tidak melibatkan diri dalam persoalan keturunan, lebih mengembangkan kreasi dan inovasi.



3. Selalu menghormati tertib lingkungan.



4. Sebagai sumber tenaga manusia yang handal.



5. Biasanya tidak akan rela menipu apalagi merugikan orang lain dalam berusaha.



6. Pesaing yang dicita-citakan adalah pesaing yang wajar, sehat, dan tidak berlebihan. Dengan catatan selalu berusaha untuk memperbaiki produk yang dijualnya.



Nah. Itu dia ciri dan fungsi kewiraushaan. Apakah di ciri seorang wirausaha ada pada diri Anda? Semoga saja yahh....***





Afsokhi Abdullah

Kelas yang tak berguru, 06 Februari 2015

Aku dan Guru Bahasa Indonesia Baru

Kesan kali pertamaku melihat guru baru itu, serasa beliau bukan guru, melainkan seorang teman baru. Beliau masih muda dan, mirip dengan temanku dulu, Anggit. Badannya agak besar, berhijab, berwajah manis, dan berututur lembut. Beliau jebolan UNJ dan pernah mengajar sebelumnya di NTT dan beberapa sekolah di Jakarta. Walau umurnya masih 26 tahun, namun pengalamannya (saya kira) banyak terlebih lagi di bidang pendidikan.

Pada nyatanya, sudah lama pelajaran Bahasa Indonesia tidak diajarkan di kelasku. Sebab guru yang mestinya mengajar menjadi kepala sekolah di sekolah lain, bersebab kala itu, beliau, Bu Destli memenangkan lelang kepala sekolah. Karena Bu Destli tidak ada, maka kosonglah Bahasa Indonesia, tidak ada guru mengajar. Beberapa bulan setelah kosong, tibalah guru baru, namanya Pak Joko. Tapi Pak Joko yang juga disainer pun masih kuliah jurusan kedokteran itu, tidak tahan lama mengajar kami. Hanya..., kira-kira 2 bulan saja. Terakhir yang kami pelajari bersama Pak Joko adalah mengenai Cerpen Juru Masak, yang tokoh utamanya adalah Makaji, dan materi itu terus diulang-ulang sampai UTS datang! Huh. Pak Joko, di mana engkau sekarang berada...?

***

Rabu, empat Maret dua ribu lima belas, di jam akhir-akhir sekolah. Kudengar ada yang berteriak, hemm... Dia temanku, namaya Rafika, teriakannya kencang sampai membangunkan lamunanku yang sedang asyik termenung di bangku.

''Hei! Hei! Hei! Sudah pada kenal belum sama guru baru bahasa Indonesia? Cewek, berhijab, bla bla bla bla bla bla.''

Aku tak tahu dan tak ingat lanjutan dari kata-katanya. Namun, aku senang mendengar: Guru? Baru? Cewek? Berhijab? Ya, kata-kata itu membuatku semangat dan ingin segara bertemu dengan guru baru itu.

Karena penasaran, aku dan Bagus, temanku, berjalan melewati ruang guru bermaksud meneliti, apakah benar kata Rafika tadi? Dan terlihatlah ada orang asing di bangku sana, tampaknya itu guru baru?

''Mbe,'' kataku, panggilan akrab Bagus.

''Itu guru baru yang itu yah?'' lanjut tanyaku.

''Iyah kali, ki,'' jawabnya tak ikhlas.

Ya, kemungkinan besar itu guru yang digadang-dagang menjadi guruku, guru bahasa Indonesiaku! Hohohoh, lama aku tak belajar bahasa Indonesia. Rasanya..., kangen sekali! Selama pelajaran bahasa Indonesia tidak diajarkan, aku jadi sering membaca buku tentang bahasa, contohnya EYD. Dari situ aku mendapat banyak ilmu mengenai kepenulisan, ya daripada menunggu guru, mending menjadi guru buat sendiri aja: baca buku.

***

Jam pelajaran Bahasa Indonesia ditandai dengan bunyi bel telah tiba. Di kelasku masih tidak rapi, berantakan. Guru baru itu sudah di ambang pintu, membawa tasnya yang tampak berat. Beliau masuk memberikan salam, dan bertanya,

''Ada tugas?''

Lalu aku menjawab, ''Iya, bu, pelajaran tadi, sebelum ini.''
Guru baru itu pun menangguk, kemudian duduk di bangkunya.

''Bersiap, beridiri,'' kata Reza si Batak, ''memberi salam!''

''Assalamualaikum waraohmatullah hi wabarokatuh.''

Selepas itu, bu guru baru berdiri, dan berujar untuk meminta perkenalan terlebih dahulu. Beliau mengambil absensi, lalu dibacanya satu-persatu dari atas deretan nama murid kelas ini.

''Afsokh,'' kata guru baru itu.

''Afsokhi, bu!'' imbuhku.

''Oh iya, Afsokhi.''

Lalu berlanjut hingga habis deratan nama itu disebut. Setelah itu bu guru baru diam dan akan memulai pembelajaran. Melihat itu, aku berkata agak keras,

''Ibu, perkenalkan diri dong!''

''Lagian nggak ada yang mau nanya ibu,'' jawabnya, dengan gelagatnya yang masih seperti ABG-ABG.

''Nama ibu...,'' kata bu guru baru itu, ''Asri. Jadi kalian bisa panggil ibu Asri. Jangan panggil bu As, atau Bu Sri. Kalau kalian panggil seperti itu, ibu tidak akan menengok. Jadi langsung aja, bu Asri, nggak usah disingkat-singkat. Ada yang mau nanya lagi?''

Pertanyaan pun menghujani Bu Asri (sekarang aku mengenalnya). Dari riwayat pendidikan, kenapa pindah? Pacarnya siapa? Rumahnya di mana? Cara mengajarnya? Dan masih banyak lagi. Maklum, kelasku banyak penghobi-tanya, terpengaruh dengan adanya presentasi.

***

Pelajaran dimulai. Berawal dari tanya Bu Asri,

''Apa yang kalian tahu tentang Bahasa Indonesia!?''

Lalu, bermacam jawaban terbit, ''Puisi.''

''Cerpen.''

''Komunikasi.''

''Majas.''

''Pengetahuan bahasa.''

Dan masih banyak lagi. Selepas itu, Bu Asri kembali bertanya,

''Dari mana bahasa Indonesia berasal?''

Aku menjawab, ''Dari berbagai bahasa serapan, bu, ada dari belanda, sensekerta, daerah, dan masih banyak lagi.''

Mendengar jawabanku yang tunggal. Bu Asri mengimbuhi,

''Bahasa Indonesia itu, berasal dari bahasa Melayau Riau. Bla Bla Bla Bla....''

***

''Siapa yang suka menulis cerpen?'' tanya Bu Asri yang kesekian kalinya. Dengan cepat aku mengacung paling pertama hingga tanganku lurus selurus khatulistiwa.

''Kamu suka menulis cerpen?'' tanya Bu Asri padaku yang--aku--tempat duduknya tak jauh dari meja guru.

''Iya,'' jawabku.

''Kamu menulis, memperhatikan tanda baca, dan sebagainya itu?''

''Iya.''

''Belajar sendiri?''

''Iya.''

''Tepuk tangan dong, buat Sokhi...!'' lalu tepukan tangan nyaring keluar dari banyaknya pasang tangan. Wah... Kesan yang baik ini.

''Kalau gitu, bisa menggambarkan suasana sekarang?''

''Menulis dulu, bu,'' kataku.

''Oke, kamu menulis, kalau sudah selesai nanti kasih ibu yah.''

''Oke, bu!''

Lalu, aku menulis di selembar kertas di are belakang. Menulis mengenai hal ini. Kurang lebih tulisannya seperti ini.

''Hari Rabu-ku kini berbeda. Walau cuaca mendung, namun hatiku tidak ikut mendung. Ia gembira dan menari. Sudah lama aku tidak mendapatkan kecerahan pelajaran Bahasa Indonesia. Dan kini, Bu Asri datang dari kegelapan membawa kecerahan itu. Bu Asri wanita yang manis, cantik dan tutur katanya lembut. Aku yang mendengarkannya, seolah ingin terbang diterpa angin bersama burung-burung gereja sampai horizon sana. Bu Asri datang bak seorang pahlawan bagiku!

Kini senja telah tiba, dan matahari sedikit lagi akan pulang dan, entah ia esok akan datang lagi atau tidak. Rasanya aku ingin mengirimkan semua ini kepada Bu Asri, bersama: angin, burung bertebrangan, langit yang tersenyum dan pohon yang bergoyang.

Semua itu akan kumasukan dalam amplop dan kulem dengan keringat yang berucucuran selepas selesai menuliskan ini.''

Ya, kurang lebih seperti itu. Dan setelah usai kutuliskan. Kukasihkan ke Bu Asri, beliau baca bersama anggukan kepala dan sedikit senyum di bibirnya

Pelajaran kembali dilanjutkan. Namun tak terasa waktu berjalan dan berlalu begitu saja. Padahal aku sudah semangat untuk belajar. Ah, yasudah, masih ada lain waktu. Kelas dipersiapkan sedemikian rupa. Lalu bubar. Bu Asri mendekat ke mejaku. Beliau meminta agar cerpen tadi disobek lembarannya dan untuk Bu Asri sendiri.

''Kamu punya blog?'' tanya Bu Asri sekonyong-konyong.

Padahal aku sudah mempersiapkan lembaran kertas yang isinya alamat blog-ku hehehe. Segera kukasihkan. Beliau juga punya blog, ujarnya, namun sudah lama tidak dimainkan. Setelah sedikit berbincang, kami pun berpisah. Beliau pulang dan aku ekskul basket.

Ah..., kesan yang baik dalam pertemuan pertama ini. Semoga saja Bu Asri bakal konsisten dalam mengajar kami. Ya, semoga saja ya....

Afsokhi Abdullah
Kosan, 04 Maret 2015

Kenalan Sama Kewirausahaan (Catatan Kelas 10 SMK)

Sebenarnya, istilah kewirausahaan mulai dipolulerkan tahun 90-an dengan istilah kewiraswastaan. Namun, istilah kewiraswastaan lebih condong diartikan kepengusahaan/bisinis dengan segala aktivitas non pemerintah atau, swasta.

Kewiraswastaan juga lebih cenderung ke bidang usaha skala besar.

Beralih ke kewirausahaan, kewirausahaan berasal dari kata 'wirausaha' yang mendapat imbuhan ke- dan -an yang membedakan kata wira dan usaha, 'wira' dapat diartikan berani dan utama. Sedangkan 'usaha' dapat diartikan: berbagai aktivitas yang bersifat komersial/non komersial. Dengan demikian, wirausaha 'adalah' seseorang yang memberanikan diri dengan kemampuan sendiri; dengan menggunakan kemampuan yang ada dengan tujuan memberikan pengaruh komersial atau non komersial dengan tujuan tertentu.


Tujuan Kewirausahaan:

Pendidikan kewirausahaan benyak diterapkan untuk generasi muda di karenakan beberapa hal dasar berikut:

1. Kewirausahaan membuat generasi muda tidak menggantung pekerjaan kepada orang lain.
2. Pendidikan kewirausahaan dapat dibina dan dilatih dengan berbagai aspek keterampilan yang ada.
3. Kewirausahaan adalah sumber mutu kemanusiaan dan kepribadian seseorang.
4. Tenaga wirausaha pada dasarnya merupakan tenaga kerja yang handal--yang dapat dijadikan contoh 'suri tauladan' dalam arti dapat hidup secara mandiri.

Sumber-sumber kewirausahaan Meliputi:

1. Lulusan perguruan tinggi
2. Tenaga-tenaga profesi
3. Pengusaha-pengusaha besar
4. Pejabat pemerintah.

Nah, demikian tulisan saya mengenai kewirausahaan. Semoga, banyak jiwa wirausaha yang tumbuh di benak genarasi muda Indonesia! Sebagai bentuk cinta tanah air, tidak bergantung kepada orang lain, namun usaha untuk membuat lapangan pekerjaan untuk orang lain. Selain itu, dengan jiwa kewirausahaan, kita akan siap menghadapi MEA. Jangan sampai kita menjadi budak di negara sendiri!***

Afsokhi Abdullah
Di kelas yang tak beruguru, Jakarta, 04 Maret 2015

Ulang Tahun Terngenes Tapi Berkah: Rayain Ultah Gue Dong!





Buat gue, ulang-tahun adalah hal yang paling istimewa. Ulang-tahun berarti umur kita menambah secara bilangan tapi, di sisi lain berkurang dan, mendekati pada sebuah kematian... *Astaghfirullah*. Selama kita hidup, untuk apa kita gunakan mata, kaki, tangan, dan seluruh tubuh kita. Semuanya itu, nanti akan dipertanggungjawabkan. Semua milik Tuhan. Ingat itu.

***

Umur gue sekarang enam belas tahun. Selama kehidupan gue yang bisa dibilang masuk di ranah labil ini..., tentu banyak kejadian-kejadian yang seru gue alami. Ya namanya juga remaja, masa mencoba-coba. Begitulah singkatnya.

Gue terkadang iri sama temen yang ulang tahunnya dirayain mulu. Diceplokinlah, dilemparin tepunglah, siram air got sampe air kencinglah, dikasih kejutan sama pacarnyalah, dan semua itu..., gue pengin...! Hu..., kasian yah jadi anak kuper. Ya, gue anak kuper, gue nggak punya banyak temen dan, sekali punya temen ya begitu, nggak gaul, sama kupernya kayak gue. Kuper ketemu kuper, hu....

Pernah nih ya, ulang-tahun gue dirayain ketika kemah Persami (Pramuka Sabtu Minggu) di SMP, waktu itu umur gue empat belas tahun. Ketika itu malam hari, nyala api unggun masih membara. Tiba-tiba, kakak senior memanggil gue dan juga beberapa yang lain, jadi, ada lima orang yang dipanggil lalu baris di depan api unggun. Kami yang dipanggil adalah, peserta yang paling nggak serius selama Persami. Tapi, sebenarnya gue sih serius mengikuti Persami. Mungkin ini akal-akalan aja kali yah.

''Kalian ini! Nggak ada serius-seriusnya! Sekarang, ambil tas kalian! Pulang!'' teriak kakak senior yang kribo itu. Kakak senior yang lain juga ngga mau ketinggalan,

''Udah..., pulangin aja..., pulanginlah, buat apa ada di sini!''

''Nggak ada guna!''

''Pulang!''

Suasana semakin mencekam. Api unggun bentar lagi padam sedangkan kami yang baris di depannya masih saja mematung seperti batu nisan dan hampir saja gue mau mimisan. Terdengar isak tangis tertahan-tahan. Idih, ada yang nangis....

''Cengeng kamu!'' bentak kakak senior yang lebih tua. Dia buncit dan ngeselin mukanya!

''Udah..., nunggu apalagi, pulang!''

Kami pun mengambil tas kami masing-masing. Dan baris seperti semula: di depan api unggun. Anak-anak yang lain, tetap membisu melingkari api unggun. Kami jadi tontonan. Gue mulai 'nelangsa' dibentak-bentak mulu.

''Bakar aja bakar...!'' teriak kakak senior cewek yang jutek.

Apa, dibakar? Gue mau dibakar?

''Bakar aja tasnya,'' sambung kakak itu lagi. Huu..., kaget gue!

Kali ini gue mulai mau nangis, dan ketika berjalan keluar gerbang, gue bener-bener nangis. Kampret, cowok masa nangis sih. Pas gue berjalan menuju jalan pulang yang gelap, ada yang memanggil gue,

''Woi!'' dia kakak senior. Apalagi dakh nih? Batin gue.

''Masuk lagi,'' lanjutnya.

Kami yang tadi disuruh keluar pun masuk. Hei! Ternyata ketika kami masuk, lagu selamat ulang tahun ala anak Pramuka dinyayikan. Semua bernyayi ria, hati gue seneng dan gembira, gue disaram air, basah, aaaa... Gue seneng.

Ulang-tahun gue tepat pada tanggal enam belas November. Dan ketika Persami hanya berselang dua hari saja, jadi, mungkin ada yang merencanakan ini semua untuk mengerjai anak yang ulang-tahunnya mendekati hari Persami itu. Ya mungkin kalau gue nggak ikut Persami dan nggak ekskul Pramuka juga nggak bakal dirayain nih ulang-tahun.

Gue bersyukur ulang-tahun bisa dirayain setelah ikut Pramuka. Setahun setelah itu, gue mengikuti perkemahan tingkat Daerah DKI Jakarta. Dan, hari kedua kemah itu adalah bertepatan dengan hari lahir gue. Gue berharap ada kejutan apa di pagi hari sampai malam harinya. Gue nunggu dan nggak ada apa-apa. Sumpah ini ngenes banget. Semua pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, teman barunya masing-masing. Padahal nih ya, banyak anggota Pramuka sebelumnya yang dirayain secara meriah gitu. Nggak adil...!

Huuu..., menurut gue sih, ulang-tahun adalah patut dirayakan untuk mereka orang yang memang mempunyai andil besar dalam suatu organisasi dan kelompok. Dengan itu, maka akan banyak anggota yang memperhatikannya, dari hari ulang-tahun dan sebagainya. Dan gue adalah orang yang biasa-biasa aja. Nggak ikut andil dalam sebuah organisasi atau kelompok. Apalagi selama gue sekolah, sumpe deh, nggak pernah dirayain! Yang lain mah dirayain. Tapi ada aja yang ngasih gue kado, satu-dua orang secara diam-diam. Nah, di sini gue jadi tahu, yang mana temen beneran dan yang mana temen imitasi!***

Afsokhi Abdullah
Kosan, 01 Maret 2015

Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway Blogger Energy: Ultah Terngenes http://www.bloggerenergy.com/2015/02/giveaway-blogger-energy-ultah-terngenes.html

Dan selamat ulang tahun yah untuk kak #MahfudCowokBaik ^_^