Bukan Hanya Mengumpulkan Tips Menulis Saja

Tak sedikit orang hanya mengumpulkan sebanyak-banyaknya tips menulis atau kiat-kiat menulis, tetapi mereka sendiri tidak segera untuk menulis. Hanya menunggu dan menunggu saat yang bagus untuk menuliskan idenya. Ini adalah hal buruk, apalagi untuk mereka yang bercita-cita menjadi penulis hebat.
Yang lebih baik dari menunggu  untuk menulis adalah memulai untuk menulis, ya mulai untuk menulis walau dengan hasil jelek sekali pun, jika dibandingkan dengan tulisan bagus (tapi hanya ada di kepala), tulisan jelek lebih berharga.

Disiplinkan untuk Menulis
Berjanji pada diri sendiri adalah hal yang mudah, mudah untuk diungkapkan dan mudah untuk diingkari, tidak ada orang yang tahu bahwa Anda sudah berbohong pada diri Anda sendiri. Tapi, jika hal ini terlalu rutin dilakukan, maka rasa percaya diri Anda akan sendirinya pudar, akhirnya Anda tidak akan percaya pada diri Anda, apalagi orang lain.
Begitu banyak orang yang berjanji pada diri sendiri atau termasuk Anda yang menyatakan: saya akan mencoba menyelesaikan cerpen dengan 3000 kata setiap malam, saya akan mencoba menulis novel selama satu bulan, saya akan mencoba membaca 5 buku seminggu.

Ya, hanya mencoba tidak dengan sepenuh hati melakukannya. Lawan terbesar ketika kita ingin terus mulus menulis sampai akhir adalah diri sendiri, bagaimana caranya kita dengan sepenuh hati menulis? Jika Anda menulis dengan sepenuh hati, Anda berpotensi akan terus menulis dan menyelesaikan tulisan Anda tanpa tersendak-sendak.

Tak sedikit orang mandek menulis di tengah jalan karena apa yang dituliskannya tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakannya (outline). Maka, di sini kita butuh konsistensi dalam mengakhiri dan menyelesaikan sebuah karya tulis. Karenanya, Anda harus membuat dengan selogis mungkin apa yang akan Anda selesaikan, sesuai dengan kemampuan Anda, jangan memaksakan.

Ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan agar tetap menulis:
1. Tulis ide secepat mungkin
Karena ide itu datang dan pergi begitu saja (kita ketahui bersama). Anda bisa menggunakan buku catatan kecil yang bisa dibawa ke mana saja dan di mana saja, jika ada ide yang masuk ke kepala, segeralah Anda menuliskannya. Sayang-sayang jika ide yang Anda punya akan besar oleh orang lain, padahal Anda adalah orang pertama yang menemukan hal besar itu (ide).
2. Perbanyak jadwal menulis
Satu-satunya agar bisa terus menulis ya menulis, tapi tak berarti hanya menulis, Anda juga butuhmembaca buku, Anda bisa melakukan survei ketika ada waktu luang. Lalu menuliskan hasil survei itu pada jadwal yang telah ditentukan. Jangan sampai apa yang telah Anda tuliskan secara mentah (di buku catatan) tidak tahu kapan akan ditulis matangnya. Rincikan waktunya.
3.  Menulis dengan fokus
Setetes air pun jika terus berjatuhan di batu, akan mendapatkan batu yang terukir. Apalagi jika manusia fokus, Anda bisa mendapatkan hal yang luar biasa. Anda bisa mencoba fokus dengan cara menenangkan diri Anda, biarkan dan rasakan otak Anda bekerja dengan semestinya, rasakan otak Anda bekerja dengan begitu cepatnya lebih cepat dari pada yang Anda kira Jadikan Anda hanya sebagai penontonnya saja. Dan fokuskan pada satu hal, lalu kembangkan. Ini bisa merangsang otak alam bawah sadar Anda yang penuh potensi.
4. Menulis penuh cinta
Anda bisa set wallpaper komputer, laptop, atau notebook Anda dengan foto yang dianggap bisa memberi Anda semangat, bisa berupa kekasih Anda, orangtua Anda, dan orang-orang yang berkesan dalam hidup Anda. Lalu perkecil tampilan mcrosoft word Anda sehingga terlihatlah foto itu.

5. Menulis penuh motivasi
Agar Anda bisa tetap menulis adalah dengan memberikan motivasi dan alasan pada diri Anda yang penuh potensi. Adalah dengan membuat poster yang isi tulisannya memotivasi Anda lalu tempel di cermin, kulkas, lemari. Bisa saja kekasih Anda yang menuliskannya, atau orang yang bisa memicu Anda untuk menulis.

6. Jangan menyerah
Ya, jangan menyerah, penulis hebat adalah mereka yang pantang menyerah, mereka memiliki alasan yang jelas agar tetap menulis. Lalu, apa alasan Anda, apa tujuan akhir Anda? Ingat-ingat itu, hal ini bisa memicu Anda agar tetap menulis.

Banyaknya tips-tips menulis yang sudah Anda baca memang terkadang membuat Anda merasa hambar, tak bergairah. Perlu Anda ketahui, menurut psikologi, kebiasaan baik bisa didapat dengan minimal 21 hari melakukan kebiasaan baik tersebut berturut-turut.
Jika selama ini Anda hanya membaca tips dan mengumpulkannya dalam satu file, mau kapan Anda mulai menulis? Mulailah dari sekarang, jangan menunggu proses waktu yang kejam; waktu tidak terasa, namun terkadang bisa sangat berasa jika Anda tidak mempergunakannya dengan baik. Mulailah menulis. Dan jadikan menulis itu sebagai kebiasaan, sehingga Anda merasa jika hari ini tidak menulis, ada yang kurang bahkan kehilangan.



Jika Tulisan Selesai, Kemana Lagi?

Panerbit
Rasibook solusinya, adalah penerbit Rasibook yang menawarkan paket penerbitan terjangkau, atau bahkan bisa gratis. Rasibook juga akan menerima semua naskah Anda dengan ketentuan naskah: tidak mengandung penghinaan, SARA, dan hal-hal lain yang tidak melanggar norma-norma dan syarat-syarat, apalagi naskah Anda bermanfaat bagi khalayak. Maka naskah Anda layak terbitkan dengan cepat, dengan biaya murah hingga GRATIS.

Rasibook merupakan penerbit buku yang menerima kiriman naskah Anda untuk dibukukan. Rasibook menyadari bahwa untuk menerbitkan di penerbit mayor tidaklah mudah. Penyebabnya bukan hanya kualitas naskah, namun penerbit punya penilaian sendiri dalam menyeleksi naskah. Banyak para penulis yang tidak mampu atau belum mampu menerbitkan karyanya karena selalu ditolak penerbit. Di satu sisi, proses penerbitan pun butuh waktu yang cukup lama. Jangankan untuk menunggu royalti, untuk menunggu giliran terbit pun (jika naskah diterima) cukup lama.

Untuk itu, penerbit Rasibook hadir sebagai penerbit yang tidak menolak naskah (Self Publishing atau bisa disebut juga penerbit indie).  Setiap naskah yang dikirimkan penulis akan tampil di website www.rasibook.com dan juga akan dipromosikan melalui fanpage Rasibook, juga melalui twitter di @rasibook.

Selain itu, penerbit Rasibook juga akan menjual karya Anda melalui beberapa media aplikasi buku digital seperti Scoop, Indobooks, Mahoni, Scanie, dll juga menjual buku digitalnya di Appstore, Windowstore, Google Play, dan lain-lain. Sehingga kemungkinan buku Anda laku semakin tinggi.

Setiap buku yang terjual, penulis akan mendapatkan royalti sebesar 15% dari harga buku. Tentu ini lebih tinggi dibandingkan penerbit pada umumnya yang memberikan royalti hanya sekitar 10%. Ini salah satu keunggulan penerbitan Rasibook. 
Jika Anda ingin lebih kenal dengan penerbit ini, yang jelas banyak keunggulannya, Anda bisa klik http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html di sana Anda bisa mengenal lebih dalam mengenai Rasibook, atau Anda sudah berminat menerbitkan naskah di penerbit Rasibook? Tidak ada salahnya.


Daftar Pustaka:

          Covey, Sean. 2001. 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif. Jakarta: Binarupa Aksara.
          Too, Lillian. 1997. Membangkitkan Pikiran Kreatif Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Percuma

                                               

Terlihat jelas raut wajah kedua orang tua itu, kerutan di wajahnya dan tatapan sayup-sayup matanya seperti memberikan arti kuat bahwa mereka tak rela jika anak laki-laki semata wayangnya untuk keluar negeri. Mereka sudah membesarkannya penuh kasih sayang. Bersebab anaknya itu mempunyai otak di atas rata-rata, maka ia berkesempatan untuk kuliah di salah satu universitas Jerman dan mendapatkan beasiswa, semua kehidupannya ditanggung, ia hanya perlu belajar dan belajar.
Kemudian ia berpamitan kepada orangtuanya yang sudah benar-benar sepuh. Argi, ya nama anak itu, ia diantar bapaknya dengan sepeda kumbang sampai ke terminal, dari terminal, ia bisa melanjutkan ke bandara dengan naik bis, lalu terbang dengan pesawat.

Sampailah mereka di terminal, bapak sepuh itu pun penuh dengan peluh di sekujur tubuhnya, sedangkan perpisahan akan dimulai di antara anak dan bapak.
“Jaga dirimu benar-benar, jangan lupakan orangtuamu ya.” Kata bapak sepuh itu dengan getaran di semua nadanya.
“Iya, Pak.” Jawab Argi singkat.

***

Sampainya di Jerman, Argi menjadi mahasiswa yang paling rajin dan tekun. Tak sadar, ia dilirik oleh salah satu dosen universitas itu, dia adalah Profesor Amore. Dia terkenal sebagai profesor gila – walaupun  ia seorang wanita – tetapi ia berusaha  menciptakan segala sesuatunya yang tidak mungkin menjadi mungkin. Terakhir tersiar kabar bahwa ia gagal membuat robot yang terbuat dari daging manusia yang sudah meninggal dunia, ia berusaha menghidupkan kembali dengan alat yang sudah dirisetnya selama bertahun-tahun, namun, hasilnya nihil. Tujuanya memang baik, yaitu demi tidak adanya lagi kehilangan orang tercinta bagi banyak orang.

Kini Profesor Amore bersama Argi merencanakan sesuatu, entah apalagi yang akan direncanakan mereka berdua.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, akhirnya Profesor Amore meninggal dunia karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Argi pun sah dan valid menjadi juru kunci penerus cita-cita sang profesor, yaitu ingin mentiadakan kesedihan di dunia ini karena kehilangan orang yang dicintai.
Menghidupkan kembali orang mati sudah gagal, entah apa yang diwariskan Profesor Amore kepada Argi?

Kini waktu Argi tersita hanya di laboratium besar milik Profesor Amore.  Tapi, di kampung halaman Argi, orangtuanya sangat khawatir dengan kondisinya.

***

Beberapapa tahun kemudian sepeninggalnya Profesor Amore, ternyata hal gila benar-benar tercipta, Argi menciptakan pintu yang bisa digunakan untuk bertemu dengan orang yang dicintai di mana saja, kapan saja.

Lalu dia berencana untuk bertemu dengan orangtuanya dengan pintu itu, ketika pintu itu berhasil membawanya sampai di rumahnya dulu, ia melihat rumahnya kosong, penuh dengan debu dan jaring laba-laba. Tak berpenghuni.

Argi baru sadar, untuk melakukan riset pintu kemana saja ia membutuhkan berpuluh-puluh tahun lamanya.
Kemudian ia mematung di perbatasan pintu kemana saja itu di antara beranda rumahnya.
Lalu ia mencoba menghitung-hitung berapa lama yang telah ia gunakan ketika ia pergi dari rumahnya ke Jerman.
“Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh.”

Ternyata, ia sudah meninggalkan rumahnya selama 50 tahun. Sekarang umurnya menginjak 70-an. Jika dibandingkan dengan orangtuanya, maka orangtuanya berusaia 120-an, mana mungkin mereka masih hidup.

Akhirnya ‘pintu kemana saja menuju orang tercinta’ itu diberikannya kepada orang yang lebih membutuhkan. Lalu diperbanyak oleh Argi, hingga menjadi kebutuhan banyak orang di dunia.


Pada suatu hari, Argi diketemukan meninggal dalam keadaan tergantung di laboraterium yang biasa ia pakai riset. Semua itu karena ia menyadari bahwa ciptaannya itu tidak bermanfaat baik bagi seluruh manusia, malah banyak digunkan sebagai hal kejahatan. Berakhirlah semuanya dengan percuma.



#Tantangan @KampusFiksi
#Cerpen sci-fi. Yaa nggak ada pembatasnya.

Sandal

Sandal

Aku yang melekat di kedua telapak kaki mu
aku yang menemani mu
tingginya gunung kan ku daki
melekat aku di telapak kaki
            Mungkin aku seperti si kembar
            tidak ada artinya
            jika aku putus di tengah jalan
            apa yang kau coba lakukan
Setia ku, menemani
terkena tai tembelek ayam jantan
akhirnya kau buang
di tong, bersama sampah
            Aku juga, yang menemani
            agar ku tak merangka malu
            ku hayati serta renungkan
            semua berarti kesetiaan

Temani aku jalan setepak
ku coba berjalan tanpa si kembar
ternyata sakitnya tak karuan
ku hayati serta renungkan

Afsokhi Abdullah, waktu kelas 8 di SMPN 32 Jakarta

Rasa Yang Kurindu

RASA YANG KURINDU

Kini rindu
ingat pernah melihat eloknya dirimu
harus aku menjelma?
yang pernah di mimpi itu
            Pernah ia tahu?
            ukur lah hati ini
            nan cobalah dan coba
            aku ingin mencintai akan alasan itu
Utarakan semua tentang nya dalam jiwa yang hampa
tuk kembali akan rindu
aku coba tuk selalu ada
hatimu akan kah terlena’
            Selau terisi tidur ku tentangnya
            dalam angan ku
            terhempah angin malam kala itu
            se akan angin dan angan seperti angin
Hanya hati dan waktu
akan kah memberi tahu
benarkah kau juga kan rasa
sesampainya jumpa kita

            Ingin ku bisa di sampingmu
            setiap jam yang terselimuti debu
            walau sekarang ku pun enggan berlalu 



Afsokhi Abdullah, waktu Kelas 8 di SMPN 32 Jakarta

Penulis Jangan Asal Menulis

                                      Penulis Jangan Asal Menulis


Jika Anda ingin memulai untuk menulis, dan bercita-cita sebagai penulis hebat, atau Anda mempunyai alasan kuat tersendiri untuk memulai menulis? Ada beberapa yang harus Anda perhatikan, jangan asal menulis. Ada yang harus Anda ketahui terlebih dahulu, terutama dalam tekhnik dasar. Jika tidak, Anda akan berputar-putar di tempat saja, tidak akan maju, tidak akan menjadi penulis hebat.
Dalam artikelnya "Penulis-Penulis Kreatif", Mary Lewis Hansen menjabarkan bagaimana apa itu penulis dan bagaimana menjadi penulis yang baik. Penulis baik itu: Satu, mencintai bahasa. Dua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (kritis). Tiga, punya disiplin pribadi yang tinggi. Empat,  mampu berfokus, dan suka membaca. Setiap penulis hebat adalah mereka pembaca yang hebat juga. Apakah dari tiga ini ada diri Anda?
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mulai menulis:

1.  Anda mulai menulis jika benar-benar menguasai masalah yang akan ditulis. Jika tidak, Anda akan tersendak-sendak, alhasil pesan yang ada dalam tulisan yang Anda tulis tidak akan sampai pada pembaca.

2.  Mengumpulkan ide-ide yang berserakan, meringkas ungkapan-ungkapan yang panjang, menyusun poin-poin penting dengan rapi dan cermat, dan kemudian menjelaskannya dengan terang. Inilah tujuan menulis sebenarnya.

3.
Menghayati apa yang ditulis, tidak terlalu singkat sehingga membingungkan dan tidak terlalu bertele-tele sehingga membosankan.

4.
Menggunakan ungkapan yang baik, kata-kata yang mudah dicerna, dan menjauhi kata-kata asing yang kurang dikenal pembaca.

5.
Mengevaluasi apa yang telah ditulis, memeriksakannya kepada orang yang lebih tahu, mendiskusikannya, dan menguji analisis-analisisnya. Setelah itu (lebih baik) baru menuliskannya lagi dari awal.

6.
Mencari masalah-masalah yang belum banyak dibahas dan juga dibutuhkan banyak orang.

7.
Hanya menulis masalah-masalah yang Anda ketahui benar-benar. Artinya, jangan sampai merambah masalah-masalah yang tidak dikuasai. Karena, hal itu akan sangat memalukan jika Anda tidak tahu apa yang Anda tulis.

8.
Membuang segala macam kebohongan, kepalsuan, kata-kata kotor, cacian, dan kata-kata yang menyakiti orang lain dari tulisan Anda. Karena ini akan menurunkan empati pembaca Anda nantinya.

9.
Tidak mudah terpesona dengan apa yang dituli, atau ujub dengan hasil karya Anda sendiri. Sebab, itu adalah cobaan.

10.
Membuat blog dan memposting tulisan-tulisan karya Anda di sana merupakan aktivitas wajib bagi setiap penulis. Blog bisa jadi wadah Anda untuk berlatih, berkreasi, dan membangun jaringan. Bergabung dengan komunitas-komunitas pun menjadi langkah yang sangat penting.


Terkadang pula berbagai tuntutan, standar kualitas, dan perbandingan, membuat Anda takut untuk menulis lepas. Jadi, lepaskan diri Anda dari standar itu, lupakan penulis lain yang membuat Anda iri, dan menulislah sesuka Anda. “Buat diri Anda sendiri”. Tindakan ini dilakukan supaya Anda tetap suka menulis, dan tetap melihat kegiatan menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Perlu diingat juga, menjadi penulis itu butuh pembaca, dan meraih jumlah pembaca yang besar tidaklah mudah. Itu semua harus ditempuh dengan cara merintis jaringan. Dan di era sosmed seperti sekarang ini, Anda sangat diuntungkan dengan adanya blog, twitter, facebook, dll. Maka, rangkullah sosmed itu. Jangan jauhi mereka.


           
Tips membukukan naskah

Tak sedikit pula, para blogger ingin menerbitkan tulisannya menjadi buku. Selain menjadi kebanggaan, tentunya memberikan keuntungan tersendiri saat tulisannya diminta oleh banyak penerbit.
Nunik Utami yang dikenal sebagai penulis dari 50 buku fiksi dan nonfiksi, editor, dan writing trainer tetapi juga blogger yang aktif sejak tahun 2005. Berikut ini 6 tips menulis agar dilirik penerbit ala Nunik Utami, yaitu:

1. Lomba, Lomba, Lomba
Secara pengalamannya, Nunik sudah membuktikan bahwa mengikuti lomba menulis sangat ampuh untuk branding (mengangkat nama kita ke penerbit). Jika sering mengikuti lomba menulis (walau tidak menang), setidaknya panitia yang biasanya adalah orang media atau penerbit, dapat menilai karya Anda dan “mencatat” nama Anda di dunia penulisan. Jika dalam lomba menulis itu Anda menang, orang-orang media dan penerbit pastinya tak akan segan untuk memesan naskah tulisan kepada Anda.

2. Jadi Teman
Dunia digital memudahkan Anda untuk dapat berteman dengan siapa saja, termasuk dengan komunitas penulis, media, penerbit, penulis dan editor. Berawal dari pertemanan inilah, timbul kesempatan untuk menerbitkan naskah. Namun perlu diingat, jangan pernah memaksa mereka untuk menerbitkan naskah Anda, agar tetap terjalin hubungan baik antara Anda dengan mereka.

3. It’s Time for Jaim
Sejak adanya sosial media, baiknya memanfaatkannya sebagai branding pribadi untuk mengenal lebih banyak orang dan berusaha untuk dikenal juga. Jaim (jaga image) sangat diperlukan juga di dunia sosial media, karena dalam arti luas jaim disebut juga menjaga status, menjaga reputasi, menjaga kelakuan, atau menjaga penampilan.
Bangun sebaik mungkin image positif yang Anda miliki dan hindari (kalau bisa jangan pernah) posting hal-hal yang bersifat negatif. Contohnya dengan selalu menghargai karya orang lain, sudah menunjukan kesan positif kepada penerbit yang akan mengajak kerjasama. Bayangkan jika penerbit akan melihat sosial media dari calon penulis yang selalu negatif, pastinya tidak akan pernah diajak kerjasama dengan penerbit.

4. Wajib Kepo
Saat ini, internet memudahkan Anda untuk mendapatkan segala informasi. Sebagai calon penulis, baiknya mulai aktif mencari-cari info dari penerbit. Bisa dengan aktif menyimak timeline (status) penerbit karena mereka rutin berbagi informasi seputar dunia menulis. Mulai dari info lomba menulis, tips menulis, dan bahkan mencari naskah dengan tipe tertentu.

5. Ayo, serbuuu!
Menjadi penulis, satu-satunya jalan adalah mulai menulis. Rajin membuat naskah lalu mengirimkannya ke penerbit yang sudah diketahui ciri khas masing-masing. Setelah itu, tunggu dengan sabar informasi dari penerbit. Sambil menunggu, upayakan untuk terus menulis dengan tema yang berbeda dan mengirimkannya lagi ke penerbit yang lain.

6. Awas, diserbu balik!
Seberapa sering Anda mengikuti lomba menulis? Seberapa sering mengirimkan naskah ke penerbit? Yakin nama Anda sudah ‘tersangkut’ di hati para editor dan penerbit? Jika jawabannya sering dan yakin, bersiap-siaplah untuk diserbu balik. Secara pengalaman Nunik, banyak penerbit yang ‘memesan’ naskah darinya dan penawaran tersebut datang berbarengan dan bertubi-tubi.

Kesimpulannya, jika tulisan Anda ingin dilirik penerbit adalah mencari tahu lebih banyak informasi tentang penerbit. Padahal, banyak penerbit yang berlomba-lomba mencari penulis berkualitas. Dan pada intinya, rajin menulis, selesaikan naskah, lalu kirim ke penerbit!


Penerbit Rasibook solusinya

Baru-baru ini, adalah penerbit Rasibook yang menawarkan paket penerbitan terjangkau, atau bahkan bisa gratis. Rasibook juga akan menerima semua naskah Anda dengan ketentuan naskah: tidak mengandung penghinaan; SARA; dan hal-hal lain yang tidak melanggar norma-norma dan syarat-syarat, apalagi naskah Anda bermanfaat bagi khalayak. Maka naskah Anda layak terbitkan dengan cepat, dengan biaya murah hingga GRATIS.

Rasibook merupakan penerbit buku yang menerima kiriman naskah Anda untuk dibukukan. Rasibook menyadari bahwa untuk menerbitkan di penerbit mayor tidaklah mudah. Penyebabnya bukan hanya kualitas naskah, namun penerbit punya penilaian sendiri dalam menyeleksi naskah. Banyak para penulis yang tidak mampu atau belum mampu menerbitkan karyanya karena selalu ditolak penerbit. Di satu sisi, proses penerbitan pun butuh waktu yang cukup lama. Jangankan untuk menunggu royalti, untuk menunggu giliran terbit pun (jika naskah diterima) cukup lama.

Untuk itu, penerbit Rasibook hadir sebagai penerbit yang tidak menolak naskah (Self Publishing atau bisa disebut juga penerbit indie).  Setiap naskah yang dikirimkan penulis akan tampil di website www.rasibook.com dan juga akan dipromosikan melalui fanpage Rasibook, juga melalui twitter di @rasibook.

Selain itu, penerbit Rasibook juga akan menjual karya Anda melalui beberapa media aplikasi buku digital seperti Scoop, Indobooks, Mahoni, Scanie, dll, yang juga menjual buku digitalnya di Appstore, Windowstore, Google Play, dll. Sehingga kemungkinan buku Anda laku semakin tinggi.

Setiap buku yang terjual, penulis akan mendapatkan royalti sebesar 15% dari harga buku. Tentu ini lebih tinggi dibandingkan penerbit pada umumnya yang memberikan royalti hanya sekitar 10%. Ini salah satu keunggulan penerbitan Rasibook. 


Jika Anda ingin lebih kenal dengan penerbit Rasibook yang banyak keunggulannya ini, Anda bisa klik http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html di sana Anda bisa mengenal lebih dalam mengenai Rasibook, ataukah sekarang Anda berminat menerbitkan naskah di penerbit Rasibook? Cobalah.

Lebih Dekat Dengan Penerbit

                                    Lebih Dekat Dengan Penerbit

Apasih penerbit itu sebenarnya? Penerbit atau penerbitan adalah industri yang berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak sebuah literatur, informasi atau sebuah aktivitas membuat informasi yang dapat dinikmati publik. Penerbit dari sistem penerbitannya dibedakan menjadi: penerbitan umum (konvensional) dan juga penerbitan dengan sistem indie atau self publish. Secara tradisional, istilah ini mengacu kepada usaha pendistribusian dari usaha percetakan seperti buku dan surat kabar. Dengan perkembangan sistem teknologi informasi, istilah penerbitan mengalami perluasan makna, dimana memasukkan unsur-unsur buku elektronik, seperti e-book dalam sebuah website ataupun blog.
Jika ingin naskah Anda diterbitkan, maka kenali dulu penerbit itu, apa yang penerbit itu mau. Misal, calon penulis bisa mendatangi toko-toko buku yang ada di sekitarnya lalu mempelajari ciri khas dari masing-masing penerbit. Dengan mengenal para penerbit, calon penulis akan tahu apa keinginan para penerbit itu nantinya. Dan ingat! Jangan berpikir bahwa semua tulisan yang ada di toko buku itu, perjalanannya mulus. Mereka pasti melewati berbagai proses dan revisi. Yang terpenting, jangan pernah pesimis jika tulisan karya Anda ditolak penerbit.
           
Perbedaan Penerbit Mayor dan Indie
Perbedaan yang mencolok dari penerbit mayor dan indie, adalah jumlah pencetakan buku. Untuk menyebar sebuah buku ke seluruh toko buku besar di Indonesia, dibutuhkan sekitar 4000 eksemplar. 4000 eksemplar itu bukan jumlah yang sedikit. Butuh biaya yang besar untuk mencetak itu. Dan penerbit mayor unggul di aspek ini.           
Menerbitkan buku di penerbit mayor akan membuat buku Anda mejeng di banyak toko buku. Peluang untuk mendapat pembaca pun jadi lebih besar. Memang, ada pula penerbit indie yang bisa mencetak banyak buku sekaligus, tapi Anda harus membayar ongkos produksinya sendiri. Anggaplah Anda mencetak 1000 eksemplar buku lewat penerbit indie, lalu Anda mau menyebarkan itu ke toko buku, Anda  harus bayar jasa distributor.
Misal, Dee yang menerbitkan Perahu Kertas dengan metode indie. Tapi, buku Perahu Kertas memang sudah tenar terlebih dulu sebelum dicetak. Buku itu juga sudah punya jaminan akan ada yang membeli. Wajar kalau Dee berani mengeluarkan biaya sendiri. Bayangkan jika penulis yang belum tenar, belum punya pembaca setia, memutuskan pakai metode itu? Apa yang terjadi? Bangkrut.
Bayar biaya layouting, editing, kaver, biaya cetak, distribusi, dan sebagainya yang bisa puluhan juta karenanya. Lalu, bukunya tidak laku.

         Display di toko buku saat ini tidak lama. Dalam tiga bulan, sebuah buku bisa kembali ke gudang. Harus laku kalau mau bertahan.
Jika tidak? Buku Anda akan masuk gudang.
Penerbit indie tidak terlalu memikirkan laku tidaknya sebuah buku, karena mereka tidak mengeluarkan modal banyak. Jadi jangan heran kalau naskah Anda sering ditolak penerbit mayor. Naskah Anda  mungkin jelek atau tidak cocok dengan kondisi pasar.
          Di  penerbit indie, naskah tidak akan ditolak. Penerbit indie lebih cocok untuk buku yang sebetulnya bagus, tapi pembacanya tidak terlalu banyak. Misalnya buku kumpulan puisi.

Royalti
        Di penerbit, penulis bisa mengatur sendiri berapa keuntungan yang mau dia ambil dari tiap bukunya. Di penerbit mayor, pemasukan untuk penulis bisa dari royalti, jual oplah, atau jual putus. Royalti itu berupa persentase dari harga buku, lazimnya 10%. Dalam jual oplah, penulis mendapat uang dari jumlah buku yang dicetak. Misal, tiap cetak 3000 eks penulis dapat 2 juta. Lalu, jual putus, penulis menjual naskahnya dengan harga tertentu. Naskah itu jadi milik penerbit, ini sebetulnya merugikan. Di penerbit indie, biasanya penulis bisa mengatur sendiri berapa keuntungan yang mau dia ambil dari tiap bukunya. Keuntungan lain di penerbit indie adalah prosesnya yang cepat. Dalam satu bulan, buku Anda bisa selesai dicetak.
         Di penerbit mayor, penulis membutuhkan kesabaran lebih. Untuk proses seleksinya saja bisa memakan waktu tiga bulan. Naskah Anda di penerbit indie tidak terikat dalam kontrak berdurasi waktu tertentu. Penerbit indie lebih seperti penyedia jasa saja.

Penerbit Rasibook
       Baru-baru ini, adalah penerbit Rasibook yang menawarkan paket penerbitan terjangkau, atau bahkan bisa gratis. Rasibook juga akan menerima semua naskah Anda dengan ketentuan naskah: tidak mengandung penghinaan; SARA; dan hal-hal lain yang tidak melanggar norma-norma dan syarat-syarat, apalagi naskah Anda bermanfaat bagi khalayak. Maka naskah Anda layak terbitkan dengan cepat, dengan biaya murah hingga GRATIS.
         Rasibook merupakan penerbit buku yang menerima kiriman naskah Anda untuk dibukukan. Rasibook menyadari bahwa untuk menerbitkan di penerbit mayor tidaklah mudah. Penyebabnya bukan hanya kualitas naskah, namun penerbit punya penilaian sendiri dalam menyeleksi naskah. Banyak para penulis yang tidak mampu atau belum mampu menerbitkan karyanya karena selalu ditolak penerbit. Di satu sisi, proses penerbitan pun butuh waktu yang cukup lama. Jangankan untuk menunggu royalti, untuk menunggu giliran terbit pun (jika naskah diterima) cukup lama.
          Untuk itu, penerbit Rasibook hadir sebagai penerbit yang tidak menolak naskah (Self Publishing atau bisa disebut juga penerbit indie).  Setiap naskah yang dikirimkan penulis akan tampil di website www.rasibook.com dan juga akan dipromosikan melalui fanpage Rasibook, juga melalui twitter di @rasibook.
          Selain itu, penerbit Rasi book juga akan menjual karya Anda melalui beberapa media aplikasi buku digital seperti Scoop, Indobooks, Mahoni, Scanie, dll yang menjual buku digitalnya di Appstore, Windowstore, Google Play, dll. Sehingga kemungkinan buku Anda laku semakin tinggi.
Setiap buku yang terjual, penulis akan mendapatkan royalti sebesar 15% dari harga buku. Tentu ini lebih tinggi dibandingkan penerbit pada umumnya yang memberikan royalti hanya sekitar 10%. Ini salah satu keunggulan penerbitan Rasibook. 

           Jika Anda ingin lebih kenal dengan penerbit Rasibook yang banyak keunggulannya ini, Anda bisa klik http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html disana Anda bisa mengenal lebih dalam mengenai Rasibook, atau Anda berminat menerbitkan naskah di penerbit Rasibook?



Raimuna Bersama Aurora

Raimuna Bersama Aurora

Duduk di bangku kayu depan rumah adalah kebiasaanku setiap pagi, seperti sekarang, aku menikmati mentari yang membawa cahaya baru, sebelumnya ayam jago milikku sudah mengetuk fajar. Rumput liar tumbuh kembang di depan rumah, pagi ini bercampur dengan embun.

“Akh... nikmatnya pagi ini...” kuseruput kopi hitam yang sudah kuseduh sebelumnya. Pohon jambu di depan rumahku pun mendayu-dayu, bersebab ada burung-burung nakal menggoyang-goyangkan ranting itu.

Suasana pagi ini, membawaku mengingat yang masih segar di memoriku–kemarin adalah hari perpisahanku dengan seorang wanita di Raimuna[1], jika pagi seperti ini, kita selalu senam bersama di lapangan, juga dengan ratusan peserta lainnya.
Aku jadi ingat lagi ketika di danau masih dalam Raimuna, ada game di sana yang menyangkut olahraga renang. Walau sebenarnya tidak bisa berenang, tapi kau memberanikan diru untuk terjun ke danau. Aih, dasar wanita keras kepala.

Begitu aku melihat kau melahap air danau, dan nampaknya benar-benar tenggelam, segera kuselamatkan dengan sekuat tenagaku, kurengkuh erat tubuhmu lalu kubawa ke tepi, tapi kau tak segara sadar, beresebab ada air yang nyangkut di pernapasanmu itu. Aku sangat khawatir.

Untung ada tim penolong yang telat siaga, lalu mereka menolongmu dengan peralatan yang lengkap, dan kau dibawa ke tenda menggunakan tandu. Sore itu, semua peserta sudah kedinginan oleh air danau, matahari pun sudah menjingga di atas burung-burung gereja yang bertebrangan tak jelas. Ranting-ranting pohon saling bergesekan menjadi bersuara karena ditiup angin, dan jangkrik pun mulai bernyayi. Kita pulang ke tenda masing-masing.

Malam tiba, aku selalu mengingat kejadian itu, ketika aku menolongmu. Lalu  kuputuskan untuk datang ke tenda dimana kau dirawat. Aku melihatmu terbaring lurus dengan selimut putih menjajah tubuhmu, kau dikelilingi temanmu. Aku tak berani mendekat, sebab ada orang yang lebih dekat dan akrab denganmu. Aku kan baru kenal denganmu ketika upacara pembukaan Raimuna. Jika dihitung, aku baru mengenalmu 4 hari lalu.

Akh, aku hanya bisa melihatmu yang mulai bisa bercanda gurau dengan teman-temanmu, cukup lama aku melihatmu diam-diam di sela-sela tenda. Dan, begitu kau mulai menutup mata. Terlihatlah raut wajahmu di sana, kau terlihat cantik, manis, dan menarik, rasanya aku menyimpan rasa padamu. Aurora.

***

Keesokan harinya, hari terakhir kegiatan, kau sudah mendingan dan segar seperti biasa kita jumpa, kita senam bersama di atas rumput-rumput kerdil (lapangan).
Hari ini semua kegiatan berjalan dengan lancar, seru dan menantang. Sore, tak berasa datang membawa kekuning-kuningan di langit, dan para peserta Raimuna mulai mempersiapkan diri untuk malam terakhir, malam api unggun.

Malam itu, aku sudah bersiap diri, begitu api mulai dinyalakan dan membumbung tinggi, kita (seluruh anggota Raimuna) bernyayi bersama, senang bersama, dan segalanya.

Kucari-cari dimana kau berada, kuputar-putar kepala ini sebagai radar, aku khawatir apakah kau sakit lagi. Tapi ini malam terakhir, teman-temanku mengjakku untuk berkumpul bersama mengakhiri malam.
“Chi.” Kutangkap suara itu. “Bagus ya apinya,” suara itu lagi. Kucari sumber suaranya, kulihat ke belakang, teman-temanku sudah tiada, mereka hilang, meninggalkanku sendir.
“Hah, iya, bagus ya,” tanggapku dengan nada super datar, aku masih mencari sumber suara itu. Setelah kutemukan, ternyata kau, Aurora, kau sudah berada dekat di sampingku dengan wajah sumringahmu itu.

Jemari lentikmu terasa menyentuh tangan kananku perlahan, kau dekat sekali hingga aku bisa merasakan ketenangan di hati, lalu kau mendekatkan jemarimu, yang akhirnya kita bergandengan tangan. Kutatap wajahmu, lalu kau tersenyum. Kita menikmati api yang bergoyangan itu. Kurasakan tangan lembutmu.
“Aku sayang kamu.” Batinku berkata. Kuharap, pertemuan kita tidak seperti pasak tenda–ditancapkan ketika perkemahan dimulai, dan dicabut ketika perkemahan usai–pertemuan kita seperti pasak tanda? Aku harap tidak!

Angin malam berhembus sampai terasa ke sela-sela tangan kita yang menyatu, angin itu seperti memberikan lem yang kuat agar tidak lepas–gandengan tangan ini.

***

Keesokan harinya, upacara penutupan, juga tanda akhir dari perkemahan ini. Ketika upacara penutupan usai, aku langsung berlari ke pohon kapas yang lumayan jauh dan cukup sepi orang, di pohon kapas ini adalah tampat yang sudah kita janjikan untuk terakhir kalinya bertemu pada akhir Raimuna ini. Dan benar, kau datang dengan lari panjang-panjang, kacumu loncat-loncat ke atas-bawah, ke kiri-kanan, ke segala arah. Akhirnya sampailah kau di hadapanku, lalu kau berkata-kata dari bibir tipismu, “Ini, aku ada kenang-kenangan untuk kamu,” kau meberikanku ukiran di atas benda hijau berbentuk hati bertuliskan namaku dan namamu, Ochi-Aurora.
“Aduh, terima kasih,” kataku dengan agak malu, dan tidak percaya, kau sangat perhatian hingga seperti ini.
“Iyah, disimpan ya.”
“Ya, pasti.” Tegasku seraya menggemkan erat benda berbentuk hati itu.
Lalu aku berpikir, apa yang harus kuberikan untukmu agar kamu bisa mengenangku. Dan...
“I-ini,” kataku, setelah mencopot ring kacuku, yang sudah bertahun-tahun menemaniku dibanyak acara kepramukaan.
“Terima kasih, Ochi.” Katamu, dan kulihat wajah milikmu berseri-seri, merah merona.

Mata kita pun bertemu lama, angin siang menyapu rambutmu yang panjang menjadi berombak, matamu masih berseri-seri, sampai aku bisa melihat pembatas putih-hitam di matamu itu.

Akhirnya, aku berpamitan untuk berpisah. Langkah kakiku sungguh berat meninggalkan pohon kapas dan kau, Aurora. Lalu kapas putih dari pohon itu pun berhamburan ke tanah setelah bertebrangan di awang-awang, lagi-lagi tertiup angin. Kita benar berpisah.

***

Sungguh, suasana pagi ini sukses membawaku akan semua itu (tentang kita) secara detail.

Cuaca pagi ini sangat ramah dan memberikan senyum pada semua orang yang merasakannya, terkadang ada yang memberiku sapa di pagi ini, karenannya, berakhirlah sudah mengingat-ingat semua tentang kita.
Pagi memang ramah, tapi hatiku tetap gundah. Aurora. Asalkan kau tahu, kau membawa serpihan hati ini.

Tiba-tiba, handphone-ku berdering, dan kuangkat panggilan itu.
“Hallo?”
“Iya, ini Ochi, bukan?” tanya suara yang keluar dari spaker HP-ku.
“Iya, saya sendiri?” tanyaku lagi, penasaran.
“Ochi...! Ini aku Aurora, masih ingat kan!?”
“Hah? Aurora.....”
Bla, bla, bla...



1 Raimuna : Pesta besar untuk tingkatan Pramuka Penegak Bantara. Di dalam cerita, Ochi dan Aurora bertemu pada Raimuna tingkat daerah.