TEMAN BERCERITA

Kadang orang hanya ingin didengar, tanpa mengingikan solusi dari masalahnya. Dan setiap kita pasti pernah bercerita kepada seseorang. Dan kita akan bercerita ketika sekiranya orang ini 'enak' untuk diajak ngobrol atau setidaknya bisa sebagai pendengar yang baik tanpa banyak memotong pembicaraan.

Aku termasuk orang yang minim bercerita kepada seseorang. Hari-hariku hanya ditemani oleh sepi dan senyap (lebay, nyahaha..). Seolah aku ini kucing terbuang di pinggiran jalan raya ibu kota. Untuk itu, aku jadi lebih banyak bercerita kepada diriku sendiri, dengan menulis. Tapi nyatanya tidak terlalu buruk. Ketika menulis aku merasakan kelegaan yang luar biasa. Mungkin ini bisa dibilang: orgasme menulis.

Jadi aku ini jarang bercerita kepada seseorang. Kalaupun pernah, ya sudah, cuma sekelebat, tanpa kesan apa pun. Ditambah lagi, aku juga kurang nyaman jika bercerita. Rasanya bukan lega, tapi ada yang mengganjal yang entah apa.

Cerita di sini maksudku adalah saling berbicara tatap muka, bukan lewat chat atau apa pun itu yang sifatnya maya. Kalau lewat chat dan sebagainya, aku lumayan sering bercerita kepada seseorang. Tapi tetap, ada saja yang kosong setelah bercerita lewat itu.

Akhirnya aku menemukan seseorang. Saat di sampingnya aku merasakan nyaman, seolah ndak ada beban. Dia tempatku melepas kehampaan dan kesunyian dunia. Entahlah kenapa baru kali ini aku bertemu dengannya. Padahal ketika SMK kami ini satu sekolah, hanya saja beda jurusan. Setelah lulus, kami bertemu dan ternyata, rumahnya ndak jauh dari kosanku.

Kami sering bertemu di tempat seperti lawson dan di tempat-tempat lainnya, di sana kami ngobrol banyak hal. Seperti ndak ada ujungnya. Mengalir begitu saja. Dan waktu juga mengalir begitu cepat. Padahal kami ingin berlama-lama berdua. Tapi apa daya, waktu tetap waktu, ia terus ada tanpa kompromi memangkas rindu.

Seseorang ini, sudah cantik juga gemesin. Ndak membosankan deh. Hehehe.. Senang bisa bertemu dengannya. Dia juga unik dan katanya sih bisa apa saja, bahasa kerennya: multi talenta. Woooh~

Dan sekarang aku sedang merindukannya. Kalau sudah begini, kami kadang saling chat dan membicarakan hal-hal konyol. Kami juga saling berimajinasi, membuat suatu kisah yang absurd. Tapi anehnya, itu menghibur ==''
Kupikir ini seharusnya ndak ada lucunya, tapi kami tertawa. Aneh memang.

Aku yakin, seseorang ini yang menutup lukaku dan tanpa membikin luka yang baru. Kalaupun luka baru dia bikin, menurutku itu wajar dan aku akan menerimanya sebagai hadiah. Ya, luka adalah hadiah yang harus dirayakan. Karena akan adanya luka, itu petanda kami saling mencinta. Ya, menurutku begitu.

Dan aku senang mengenal seseorang ini ketika sudah lulus sekolah. Karena mungkin saja ketika mengenalnya di sekolah, kita malah ndak bisa begini. Ah sudahlah, itu sudah suratan takdir. Dan biarkan mengalir sampaiiiiiii jauh~

Baru kali ini aku bercerita tentang masa kecilku kepadanya, secara lengkap. Senang sekali, dia begitu antusias dan sepertinya menganggap apa yang keluar dari mulutku itu kesemuanya penting. Melihat wajahnya yang serius ketika mendengar ceritaku, rasanya ingin kucubit itu pipi apelnya. Menggemaskan.

Ah bahagianya orang yang punya tempat bercerita. Karena aku percaya, ketika tua nanti, bukan fisik atau kepuasan biologis yang diharapkan, punya teman bercertia di masa tua saja, itu juga sudah surga :D

JIWA YANG SATU

Buat Ninda Evani

Kita adalah kapal
Yang siap menghadang ganasnya laut
Kapal yang sederhana
Tapi kuat dan ada tempat buat shalat

Kita kapal dan kita sadar
Kita tak bisa menghilangkan ombak itu
Kita hanya bisa terus menghadang sampai tujuan
Pelabuhan surga
Tempat kita bercinta

Di sana tujuan kita yang hakiki
Kita harus saling percaya dan menasehati
Sampai kita tua, buta dan tuli dan mati

Tapi yang mati hanya raga
Jiwa tidak
Dia abadi
Kita abadi
Kita jiwa yang satu
Dari yang awalnya jiwa yang dua

Jiwaku dan jiwamu menyatu sejak itu
Kau mau dan aku mau
Rindu kita adalah kematian
Agar bisa hidup di keabadian

Sekarang jiwa kita terkubur
Di raga masing-masing
Terus berdebur
Itu ombak kita lebur
Syukur..

Dan kau sayangku
Tetap di kapal ini dan tetap di kapal ini
Apa pun yang terjadi
Sampai kita mati, sampai kita mati

Oh sayangku yang wajahnya bulan purnama
Kau yang kucari selama ini
Untuk menyatukan jiwaku yang mencari-cari
Dimanakah yang kemistri

Duhai hati yang mudah disentuh
Disentuh oleh apa yang paling lembut dan apa yang paling keras
Kau menyentuhku dengan hatimu
Dan aku tersentuh oleh hatimu
Begitu

Manis..
Di sana tujuan kita
Amat jauh tak terlihat
Sedang kita suka membayangkan
Bagaimana nanti di lautan ganas

Sekarang kita sedang menebangi kayu
Kayu yang pas untuk dijadikan kapal
Dan mencari buah-buahan untuk perbekalan

Janjilah padaku
Jika aku mendayuh ke depan, kau juga ke depan
Ke belakang juga ke belakang
Ke kiri ya ke kiri
Kanan ya kanan
Janjilah padaku, tak ada yang keras kepala di antara kita
Karena kelas kepala cuma punya monyet

Kuyakin kita akan menjadi pelaut ulung
Dan dieluh-eluhkan oleh anak cucu
Walau kita sudah mati
Walau kita tinggal debu dan debu
Tinggal nama yang tertinggal di batu itu

Kau yang begitu indah
Sayang
Tak bosan aku katakan
Bahwa cinta ini adalah cinta
Nama agung yang pernah ada
Cinta
Bukan yang lain

Aku sudah mempelajarinya
Dari guru yang paling bagus
Pengalaman dan pengalaman
Ucapan dan ucapan
Itu semua untuk ini
Untuk cinta ini
Semoga kau mengerti
Aku tak ada ragu sama sekali
Nai..

Jakarta, Senin, 2 Agustus 2016