Perjalanan menuju rumah idaman terus berjalan. Duduk di bangku 6c gerbong 3 rangkain kereta Serayu. Sebentar lagi stasiun Kawunganten..., tempatku hendak turun.
Tas, sudah siap di bangku. Tinggal mengangkatnya menuju pintu keluar lalu turun.
Kereta masih melaju kencang. Namun tempat pemberhentian selanjutnya sudah diinformasikan, Kawunganten. Hatiku ria, sebentar lagi aku bertemu Ayah-Ibu..., serta kedua Adikku.
Kereta mulai memperlambat lajunya. Lambat, lambat, lambat sekali. Dan akhirnya berhenti tepat di stasiun.
Berhenti. Gerombolan tukang ojek sudah ada di pintu. Bahkan di antara mereka; sebelum kereta benar-benar berhenti, tukang ojek nekat itu loncat ke pintu. Mengerikan, bagaimana jika tadi salah jatuh, salah pegang, kepeleset. Huh, nggak kebayang.
***
Bapakku sudah menunggu di ruang tunggu. Bapak melambaikan tangan. Raut wajahnya masih sama seperti setahun lalu, ketika aku turun dari kereta..., ketika musim lebaran.
Cepat aku menjuju Bapak yang kini siap dengan sepeda motornya. Kucium tangannya lalu aku beranjak ke motor, dan kita melanjutkan perjalanan.
Hanya suara angin, karena motor dipacu cukup kencang oleh Bapak. Sekarang Bapak nampaknya sudah lihai dalam hal menaiki kuda besi ini. Keren.
Padahal setahun yang lalu, tidak ada yang percaya orang tua beruban ini akan bisa menjalankan motor. Entah Bapakku berguru di mana.
"Wah sekarang Bapak pinter ya pake motor," kataku, masih dalam perjalanan.
"Iya dong, masak motor mau dipajang di rumah nggak dipake, ntar lapuk toh."
Bapak kembali fokus ke jalan. Sekarang kami mengambah jalanan yang sangat teramat hancur. Bayangkan, ada lubang besar di mana-mana. Pun aku melihat lubang besar yang terisi penuh air di jalanan, sudah nampak seperti kolam ikan.
Jalanan cukup licin, maka Bapak memperlambat laju motornya.
Motor ini dibalok-belokan oleh Bapak ke sana-ke sini, wah, keren. Bapak bisa memilah-milih jalan yang dapat diambah.
Ya. Itulah Bapaku... :) walau sudah tua tapi semangatnya terus saja membara.
Afsokhi Abdullah
Kosan 14 Januari 2015
0 Comments