BELAJAR BANYAK DARI KAITO KID

Anime ini membuat gue belajar tentang kehidupan. Yang dengan itu, gue bisa lebih bisa menghadapi masalah—yang bisa membuat stress. Anime ini bercerita tentang remaja bernama Kaito yang mencari sebuah batu untuk mencari fakta kematian ayahnya. Kaito maupun ayahnya adalah pesulap yang handal.


            Karena mencari batu berharga tersebut, Kaito selalu mencari batu di berbagai museum dan tempat-tempat barang berharga. Setiap aksinya, Kaito akan selalu memberikan pesan terlebih dahulu. Kemudian polisi akan berjaga dan berusaha menangkap Kaito walau sepanjang episode anime ini, Kaito tak sama sekali pernah ditangkap, pernah di salah satu episode hampir ia tertangkap tapi tetap saja lolos.
            Sebenarnya Kaito ini bukan orang jahat yang mencuri batu berharga, kalaupun ia mengambil batu itu, ia akan mengembalikannya jika batu tersebut bukan yang ia cari. Bahkan, aksinya selalu ditunggu oleh para penonton yang sudah mengerumini gedung tempat batu yang akan dicuri Kaito (yang sudah diberinya pesan). Kalaupun ia berniat mencuri, kenapa ia selalu menggunakan busana berwarna putih mencolok? Yang bisa dilihat dengan jelas ketika malam?
            Modal kenapa Kaito bisa selalu sukses dalam aksinya adalah POKER FACE. Setiap ia akan melakukan aksinya, ia akan selalu ingat petuah ayahnya agar selalu tanang dan jangan menampakan wajah gelisah ketika menghadapi suatu masalah. Tenang saja, apa pun yang terjadi jangan tampakan wajah gelisah-karena kesalahan atau apa pun. Hal ini pula yang dipegang jika seorang pesulap sedang menyajikan tekhnik sulapnya.
            Kalau dipikir-dipikir, dalam kehidupan kita, kita juga harus melakukan Poker Face seperti Kaito. Tidak lain agar kita tak cepat cemas, gelisah dan hal sesamananya yang lain.
            Sebab dengan kita tak menampakan wajah cemas, hati kita pun akan terbawa dengan ketidakcemasan itu. Sebaliknya, jika kita tampakan wajah gelisah, hati pun akan ikut gelisah. Buktikan saja.
            Kaito juga mengajarkan kita agar jangan gugup jika menghadapi segala masalah, sebab kegugupan hanya melahirkan sesuatu yang tak sesuai rencana.
            Kaito sering beberapa kali akan tertangkap, namun ia tak pernah kena, iya, kerena ia tidak gugup ataupun gelisah. Di salah satu episode ia pernah jatuh dari atas gedung bersama mobil dan salah satu wanita, mereka terbogrol, dalam udara ia tenang berpikir, tenang, tenang, tenang dan selalu tenang.. hingga tinggal beberapa meter dari tanah ia berpikir untuk menggunakan jepitan ramput si wanita untuk membuka bogrol antara dia dan si wanita.
BEGITULAH..


            Masih di udara, Kaito mencoba membuka bogrol itu, hingga akhirnya tinggal beberapa jengkal lagi dari tanah, ia bisa lolos dari maut dan terbang dengan gaeknya.

            Saya salud dengan anime ini, tidak terlalu vulgar dan lebih menayangkan aksi-aksi yang mendebarkan. Aroma cinta pun tak lepas, namun dikemas dengan cara yang sederhana, bukan berkaitan dengan kekasih, tapi lebih pada cinta dalam keluarga, sahabat atau teman.***

Dia paling takut sama ikan :3

LUNTANG-LANTUNG DI FESTIVAL PEMBACA INDONESIA 2015

Ini logonya: sumber google


Setelah tahu festival pembaca Indonesia 2015 diselenggarakan 5 – 6 Desember di Pancoran, gue segera mencari teman untuk menamani gue ke festival. Atau juga gue punya misi lain, jejelin ke teman gue tentang dunia literasi biar mereka pada suka baca-tulis. Ngohaha.. *ketawajahat
            Kerena niat jahat gue tadi akhirnya temen-teman gue ndak ada yang bisa nemenin ke festival, alhasil gue berangkat 6 Desember ke festival sendirian. Sebelumnya gue cari tahu rute agar bisa ke festival dan yups ketemu, naik busway turun di Pancoran Barat!
            Sesampainya di depan gedung diselenggarakannya festival, gue segera masuk, regestrai dan mendapat buku acara plus pembatas buku gratis.



            Gue sampai di lantai 7 gedung itu jam 9 pagi kurang. Gue kayak orang ilang di situ dan eh, ada mbak-mbak yang juga ling-lung kayak gue. Entah ceritanya gimana, kami saling kepo.
            “Masih sepi ya.”
            “Kan mulainya jam 9.”
            “Datang sendiri ke sini?”
            “Iya. Situ?”
            “Saya juga sendiri.”
            “Yaudah, bereng aja!”
            Setelah percakapan itu, kami berdua berjalan mencari tempat duduk, belum sempat ketemu tempat duduk, mbak itu ngomong,
            “Ngomong-ongomong kenalan dulu dong…”
            “Oh iya. Sokhi.”
            “Ani.”
            Sambil berjabat tangan.
            Akhirnya gue tahu siapa nama mbak-mbak memakai jilbab biru muda dengan membawa tas di pundak dan tas kecil di tangannya yang penuh buku itu. Kemudian kami duduk.
            “Kuliah?” tanya Mbak Ani.
            “Masih sekolah,” jawab gue canggung.
            “Kelas berapa?”
            “Tiga.”
Lalu dalam percakapan itu gue tahu bahwa mbak Ani ini mahasiswi Universitas Indonesia. Dan dia baru pertama kali ikutan acara ini. Kalau gue sih sebelumnya udah pernah, di museum gajah tahun lalu.
            “Bookswap yuks,” ajak mbak Ani. Lantas gue bangun dari duduk beranjak ke tempat bookswap. Di sana sudah ada banyak banget buku buat dituker sama buku yang kita bawa dari rumah dan, gue udah mempersiapkan untuk ini. Gue membuka tas gue yang isinya penuh dengan buku bacaan, setelah gue liat buku di meja bookwsap sreg sama gue, segera gue tuker itu buku.
            “Satu buku hanya boleh ditukar dengan satu buku,” kata panitia, “yang tidak boleh ditukarkan, seperti majalah, buku pelajaran, buku resep makanan, buku tulis. Kemarin kami menemukan buku KW atau bajakan, diharapkan nanti tidak ada yang menukarkan buku KW, sebab negara kita Indonesia tidak sama sekali mendukung pembajakan!” tegas panita, lewat speaker kecil yang bisa dipegangnya.
            Gue menemukan buku yang ‘gue banget’, walaupun ndak banyak tapi gue merasa senang dengan hasil bookswap ini.
            Di sini, gue dan mbak Ani mencar, ndak tahu kemana dan setelahnya ndak ketemu-ketemu lagi sampai gue pulang..   
            Gue sempat ikutan talk show tentang metropop, di sana gue bertemu dengan penulis-penulis keren dan semakin tahu metropop itu apa. Metropop adalah lini kayak semacam genre penulisan gitu yang di mana metropop menceritakan tantang tokoh yang hidup di kota besar. Seperti Jakarta, Surabaya, London, Paris, dan sebagainya.
            Metropop pun kebanyakan pembacanya mereka yang berumur 20 tahun ke atas, mereka yang sudah kuliah dan bekerja. Sebab lini ini cocok dengan mereka yang berumur seperti itu. Kalau untuk remaja, genrenya adalah teenlit atau amore, begitulah..
***
            Selanjutnya gue ikutan mewarnai setelah sebelumnya muter-muter festival beberapa kali kayak orang ilang. Gue bingung mau ngapain. Mereka semua yang ada di sini pada ngobrol, sibuk dengan kegiatan masing-masing, sedang gue hanya sendiri, berjalan kaki dengan wajah lelah di keramaian festival. Menurut gue ini keseruannya. Kalau ke festival reme-reme mah udah biasa… dateng sendirian dong kayak gue.. ngohaha..
            Di kelas mewarnai ini, gue berada di dalam ruangan. Dikasih gambar untuk diwarnai, papan jalan dan, pensil warna. Mereka para panitia pun sangat ramah.
            “Bawa pensil warna?” tanya panitia, gue jawab ndak bawa, kemudian gue dipinjemin itu pensil warna.. mewarnai deh..
            Btw, yang hadir dalam kelas mewarnai ini bukan hanya remaja tanggung kayak gue. Ada juga bapak-bapak, ibu-ibu, anak kecil, banyak deh. Dan memang acara ini sangat seru.
                                                            ***
Semakin siang semakin panas ini acara. Kembali gue luntang-lantung di festival hingga akhirnya menemukan booth penerbit elex media komputindo. Di sini gue mendapat buku gratis dan stiker. Caranya gampang, tinggal follow akun twitter-nya dan rigestrasi di web penerbit tersebut. Gampang kan?
            Lalu di booth gagas media gue juga mendapat hadiah setelah memenangkan kuis menebak buku dengan klu yang telah diberikan. Dalam hal ini gue benar dan memenangkan kuis ini! Dapat hadiah deh.
            Banyak lagi booth yang gue kunjungin dan semuanya sangat seru.
            Tapi menurut gue, festival pembaca Indonesia yang ke-enam ini, kalah seru dengan tahun kemarin di museum gajah. Di museum gajah ada banyak games. Bahkan ada yang sampe games-nya muter-muter museum, kuisnya lomba nulis, nebak-nebak, urutin buku dan banyak deh.
Ini pas tahun lalu..



            Menurut gue juga festival tahun ini partisipasi dari penerbit dan komunitasnya sedikit. Tak banyak seperti tahun lalu. Ya.. harapan gue semoga ke depannya jangan kalah seru sama tahun-tahun sebelumnya. Yakin gue, banyak orang-orang kreatif di sana dan pasti memikirkan konsep ke depannya seperti apa. Sekali lagi, semoga semakin seru, kalahkan keseruan tahun-tahun kemarin!!!!

JANGAN DIBACA, CERITA GIAT PRESTASI DARI SANGGA MENDERITA



Duh, sebenernya gue ndak mau nih ceritain cerita ini. Tapi ya ndak apa. Banyak suka-dukanya, walau lebih dominan ke duka, ngohaha… makanya gue kasih judul postingan kali ini: JANGAN DIBACA, CERITA GIAT PRESTASI DARI SANGGA MENDERITA
            Okay, Pramuka SMK N 11 Jakarta ikutan Giat Prestasi yang digelar 11-13 Desember 2015 di Cibubur. Pesertanya dari SMA/SMK/MA se-DKI Jakarta. Kami mengirim dua sangga. Satu puteri dan satu putera. Kebetulan, gue di sini jadi pinsa. Cie pinsa cie..
            Kami berangkat dari sekolah menuju Cibubur siang jam 2 lewat. Sebelumnya, kami mengalami beberapa kendala. Pertama, pembina kami yang tidak bisa dihubungi (sebelumnya beliau menjanjikan akomodasi dan sebagainya). Surat yang salah. Tidak ada tenda. Anggota pada ngeluh. Dan masih, masih banyak lagi. 
mari kita tepar



            Terlepas dari semua itu, semangat kami masih berkobar sedemikian adanya. Sehingga kami sampai di Cibubur sekitar jam 4 sore. Perjalanan lancar naek angkot 08.
            Kami mendapat kavling, jelas putera dan puteri dipisah.
            Kami mulai mendirikan tenda, tiang bendera, gapura, dan sebagainya. Yang miris, kami kekurangan tenda untuk puteri. Alhasil, kami membuat tenda darurat. Belum jadi tendanya, hujan sudah turun aja.
            Yang mendirikan tenda puteri ialah anggota putera dan dibantu puteri. Kami saling bahu-membahu. Namun hujan tak bersahabat. Ketika mulai gerimis, gue suruh yang puteri masuk tenda yang mana sudah bisa berdiri dan layak huni. Sedang yang putera tetap melanjutkan perjuangannya mendirikan tenda sambil hujan-hujanan..
            Sesekali ada petir, semua terkejut kaget dan sawan. Gue melihat anggota puteri di dalam tenda darurat, ada rasa miris di hati. Tapi tak apa, ini seru xD
                                                            ***
Malamnya, kami memasak untuk makan. Tenda putera sudah lengkap ada tenda dapur dan tenda tidur, jemuran dan sebagainya. Jadi jika puteri mau memasak, datang saja ke tenda putera…
            Dalam pada itu, ada keseruan ketika kami memasak bersama. Ada canda, tawa, lapar, semua menjadi satu.
            Kegiatan pokoknya adalah esok, Sabtu 12 Desember..
            Giat Prestasi adalah lomba, yang dilombakan di antaranya: blog, citizen jurnalis, mading 3D, kreasi tepat guna, polbin pp176, dan masih banyak lagi. Dan, kami sudah mempersiapkan itu semua dalam waktu, 1 hari saja!
            Bukan tanpa alasan, ini karena acara lomba Giat Prestasi memang mendadak adanya. Ya kami pun, yang minim pengalaman, dengan sebisa kami mempersiapkan itu semua. Dan dalam pada itu, sudah kami berikan semaksimal mungkin!
                                                                        ***
Pagi 12 Desember 2015. Kami mengikuti lomba. Pertama gue ikutan lomba blog ditemani Andray, lalu yang puteri ada Wulan Deby dan Linda. Di sini gue paling gondok, gue naik darah, emosi!
            Gimana ndak emosi? Udah seragam pramuka gue masih masah, blot, yang seharusnya buat lomba, kouta-nya habis dipake sama anggota puteri buat maen internet. Kan kurangajar. Alhasil, gue kalabakan, nyari koneksi ndak nemu-nemu. Gue mencoba tenang..
            Ketika waktu tinggal 30 menit, peserta sebelah baik hati membagi koneksi bolt-nya kepada kami dan dalam waktu sisa itu, kami buat blog baru, berserta tetek-bengek-nya yang memang dalam waktu segitu ndak cukup buat bikin blog menarik! Gue nyesel banget! Padahal target piala ada di pos ini, ah tapi yasudalah, sudah berlalu, jadikan ini pelajaran!
            Hasil dari pembuatan blog, bisa dilihat di sini ~> Di sini
            Ada panita bilang, bahwa yang penting di perlombaan ini bukan piala, namun persahabatan. Ya mau gimana, gondok ya tetep gondok, Mas. Udah ini acara mepet banget, persiapan sehari doang, pulang ndak bawa piala lagi. huh.
            Okay, gue ndak mau ngambek, gue dari sini belajar banyak hal.
            Yang pertama, ini adalah pertama kali buat gue menjadi seorang pemimpin sangga. Gue bisa merasakan bagaimana nasib anggota ada di tangan gue ini. Gue pasti akan resah ketika mereka mulai lapar dan kekurangan yang lainnya. Di situ gue harus sigap dan menangani dengan professional, bukan dengan manja.
            Yang kedua, “Siapa yang memberikan usul, dia yang harus gerak.” Ini kata-kata terucap oleh Andray. Benar, banyak banget usul ketika perkemahan. Dan di situ entah mengapa dan apa, benar kata Andray di atas. Karena ketika mereka usul, haruslah bergerak mewujudkan usulannya. Sebenernya ndak tau yah, yang berkata itu gue duluan atau si wapinsa, Andray, entahlah :3
            Btw, gue nyaman dan respect sama anggota sangga gue ini. Ada Adi, anak kelas 10 yang kadang garing kadang lucu, kata-katanya kadang di luar nalar. Ada Kahfi, yang pendiam namun kadang ndak jelas, kata Ricky, Kahfi agak seperti gue. Ada Resky, anak yang ndak banyak protes dan kalo ngomong ngeselin, sama seperti Adi, kata-katanya di luar nalar gue. Ada Ricky, si penggebu-gebu, yang kadang ndak sabaran, banyak usul tapi jarang diimplementasikan. Ada Irfan, si mantan penggalang terap yang mukanya bisa selalu bikin ketawa, skill-nya jangan dipertanyakan lagi. Dan terakhir, Andray, wapinsa yang menjadi pelengkap gue, jalan pikiran kita sama walau kadang banyak bedanya, #lha
gendong-gendongan yooo



            Ya, begitulah cerita yang ndak mau gue ceritain. Gue udah bikin video perjalanan kami selama di Giat Prestasi sih, tapi belom dipos, tunggu yhw..
            Okay, gue tutup aja deh, sebenernya masih banyak hal-hal menderita lainnya, keburu gue sedih, mending udahan. Bye! Salam pramuka!***

udah jadi, tinggal posting

KEPADA YANG SUDI MENGIRIMKU SEBUAH PELUKAN

Sayangku yang manis..

Malam ini indah bukan? Di sini indah sekali.. Ada angin, ada gulungan ombak, ada bintang, ada suara-suara entah-berantah masuk ke telinga ini.

Oh ya, bagaimana malam di tempatmu? Pasti lebih indah, bukan? Kuharap malam di tempatmu indah..

Sayang, ternyata sebuah hubungan itu tidak ada yang sempurna. Hubungan seperti menyebrangi lautan. Hanya ada dua pilihan: mati atau hidup.

Di lautan ada badai, ombak besar, ikan pemakan manusia, ada banyak sekali halangan. Sedang, aku ini ibarat orang yang ingin menyebrangi lautan dengan berenang.

Dan sekarang aku sudah di tengah laut. Laut yang dingin, mencekam, dan suatu waktu bisa saja dengan mudah membunuhku.

Kini aku tak tau arah mata angin, aku sedang mencari daratan. Kukira dengan berenang lurus saja ke sana, aku akan bertemu dengan pulau kecil. Ternyata salah, tak ada pulau..

Sayang, aku kedinginan. Aku takut ada ikan yang akan memakanku.

Aku hanya punya dua pilihan: hidup atau mati? Aku bimbang..

Oh ya, kenapa aku tidak menyebrangi laut dengan menumpang perahu atau kapal? Mungkin kamu bertanya begitu.

Kamu tahu, aku tak suka menumpang. Aku bisa sendiri, aku mandiri, aku tak butuh bantuan orang yang pura-pura baik seperti mereka.

Sayang, aku masih terombang-ambing di lautan. Aku kehilangan arah. Aku kedinginan. Kirimkan aku pelukmu..***

Warkop pinggir jalan
14 Desember 2015


BU SUCI ADALAH GURU SENI YANG PALING BERSENI; REALITA SENI DI DALAM ‘ANGKA’


    Beliau kebetulan mengajar saya di kelas, pastinya mata pelajaran Seni Budaya yang beliau ajarkan.. beliau adalah jebolan IKJ, yups, Institut Kesenian Jakarta. Betapa banyak ilmu seni yang beliau dapatkan? Pastinya banyak. Ndak seperti guru seni yang latar belakangnya guru bahasa Inggris, ndak seperti guru seni yang gelarnya SE (yang seperti ini ada di sekolah saya). Dan, Bu Suci murni guru seni yang saya berikan predikat, guru paling berseni! 
Beliau sedang mengawasi anak didiknya yang sedang menari piring

                Bu Suci jika mengajar di kelas sangat tegas. Tatapan matanya tajam hingga bola matanya tampak ingin keluar, tugas-tugas yang diberikan sulit-sulit, dan sayang, suaranya sangat minim, bertolak belakang dengan makeup-nya yang sangat amat tebal, hingga saya yang duduk paling depan di kelas, bisa melihat betapa tebalnya makeup beliau.. itu adalah seni..
                Bu Suci memberi tugas kepada semua kelas XII untuk memantaskan karya Seni pada hari guru 25 November. Beliau memberitahu kami bagaimana merancangnya dan seterusnya. Tak hanya itu, kelas XI juga mendapat sentuhan dinginnya, kelas XI juga tampil pada hari guru namun hanya beberapa saja. Yang mereka tampilkan adalah tari piring.



                Jika Bu Suci sedang mengawasi mereka-mereka yang berlatih tari piring lapangan, saya selalu melihat dari lantai 3 gedung sekolah, (sebab di lantai ini adalah kelas saya berada). Ketika saya lihat, Bu Suci hanya berdiam diri di pojokan sana dengan selembaran catatan di tangan. Sedang anak muridnya menari-nari piring, hingga pada waktunya, jatuhlah piring itu. Prang!

Ketika piring pecah, bisa saya foto dari kejauhan :3


                Bu Suci pun pernah terkena pecahan beling piring itu, beliau pasti sakit, perih. Dan yang beliau salahkan bukanlah pecahan piringnya, melainkan murid yang memecahkannya. Bu Suci memang guru yang paling berseni..
                Masih dalam hal tari piring, ketika saya perhatikan dari lantai 3, sama sekali beliau ndak pernah terlihat mematrekan gerakan tari piring itu kepada muridnya. Jadi, muridnya menari-nari saja, belajar pada yang sudah bisa dan seterusnya. Hingga kembali piring itu terjatuh dan pecah. Prang!
                Waktu itu saya pernah bertemu dengan salah satu penari piring, tanpa bisa menjelaskan apa sebabnya, dia curhat kepada saya. Ternyata dia tidak suka pada Bu Suci, karena Bu Suci ini, itu, anu, apalah, dan seterusnya yang berbau kejelekan. Nah, sebab itu, Bu Suci adalah guru seni yang paling berseni..
                Pada 13 November, Bu Suci menunggu hujan reda di sekolah padahal jam sudah menunjukan jam 5 sore lewat. Semua itu demi melihat muridnya yang akan tampil di hari guru. Hingga akhirnya, murid-muridnya ada yang kehujanan, dan banyak lagi. Memang, Bu Suci adalah guru seni yang paling berseni..
                Ndak bisa dipungkuri lagi, saya sangat kagum dengan Bu Suci, seorang guru seni yang paling berseni itu! Bahkan, sampai-sampai beliau ndak bisa melupakan bahwa seni itu sendiri, ketika dibawanya, sudah bukan seni lagi, melainkan kungkungan-keharusan-kekakuan-idealis-keegoisan yang beliau miliki.***