Tersebutlah, seorang penjaga sekolah yang baru saja keluar. Tak ada yang tahu pasti apa sebab lelaki setengah baya itu bisa-bisa dengan mendadak keluar begitu saja. Dengar-dengar itu karena uang, atau lebih tepat kau bisa menebak gaji yang tak sewajarnya. Memililukan. Karena manusia bekerja untuk dibayar, jika demikian maka manusia sudah tak dihargai. Harus sesegera mungkin menyelematkan harga diri, dan bagi penjaga sekolah, jalannya adalah keluar.
Lelaki setengah baya itu selalu rajin menjaga gerbang, jika kepala sekolah pada pagi hari turun dari mobilnya yang megah, ia akan sigap membawa tas dari mobil itu. Dan kepala sekolah akan berjalan santai menuju ruangannya, tak menghiraukan ia sudah telat berapa jam.
Penjaga sekolah gemar mengenakan seragam hitam-hitam. Entah kenapa, atau mungkin itu adalah cerminan dari hatinya. Bukan apa-apa, kau bisa bayangkan, lelaki itu mempunyai keluarga dan tanggungan lain. Sebagai kepala rumahtangga pastinya ia resah jika uang yang didapatnya tak mencukupi. Keresahan itulah yang menyebabkannya sering mengenakan seragam hitam-hitam, mungkin.
Sebab lain, masih dari dengar-dengar--tak usah kaget, karena di sini kita sering mendengar dengar-dengar, karena jarang sekali yang mau bersuara lantang--kepala sekolah itu tak dengan bijak mengolah uang dari pemerintah untuk sekolah itu. Setiap beberapa bulan sekali, sekolah akan mendapat uang, dan uang itu tak berwujud, tak membuat sekolah itu berubah sedikit pun. Malah semakin hari semakin carut-marut saja. Intinya, uang sudah menjadi raja di sini.
*
Semua warga sekolah geger setelah mendengar keluarnya penjaga sekolah. Mereka bahkan sedih lelaki setengah baya itu tak lagi di setiap pagi di depan gerbang, tak lagi ketika jam-jam biasa mencegat mereka yang mau keluar sekolah sekenanya, tak lagi bisa melihat ia membawa tas kepala sekolah...
Kondisi sekolah itu memang sudah begitu carut-marut. Prestasi tak ada yang bisa dibanggakan, guru-guru hanya bisa terdiam menerima keadaan, atau bisa dibilang mereka hanya berani di belakang sambil berharap kepala sekolah mereka pindah. Sampai-sampai saban hari mereka menggelar do'a bersama, mendo'akan agar kepala sekolah pindah atau cepatlah sadar bahwa di sekolahnya banyak masalah dan ia tampak begitu rekatnya menutup mata selama ini.
Warga sekolah mulai menerka-nerka. Kemana uang-uang itu? Korupsikah? kongkalikong kah? Murid-murid yang awam pun mulai berani bicara: ''Ah dia korupsi!'' saking kesalnya pada kepala sekolah tersebut.
Nahasnya, warga sekolah hanya diam dan diam. Terutama guru, mereka hanya menerima saja dan menjaga nama baik kepala sekolah. Entah apa sebab, mau seburuk apa pun, kepala sekolah tetap yang terbaik di mata mereka. Guru memang harus ditiru, dan murid meniru guru. Murid hanya diam dan diam, menjaga nama baik kepala sekolah.
Dengan keluarnya penjaga sekolah, itu semakin jelas bahwa kepala sekolah sudah begitu gagal menangani sekolah tersebut. Bagaimanapun, seorang tenaga kerja yang keluar begitu saja tanpa alasan jelas, itu rekam jejak jelek bagi kepala sekolahnya.
Bayangkan, pejaga sekolah itu terkadang telat menerima gaji. Maka ia akan meminjam uang untuk makan. Penjaga sekolah itu terkadang tak digaji. Maka ia lebih memilih menjadi diri sendiri. Ketimbang menjadi manusia tak dihargai. Jangan bandingkan gaji penjaga sekolah dengan guru PNS, jangan. Gaji penjaga sekolah tak seberapa, yang bergaji besar ya hanya menerima tanpa melihat tangan kotor di antara mereka.***