'SEBAIK-BAIKNYA COWOK, BEJAT JUGA'

Pernah saya mendengar untaian kata keluar dari mulut seorang wanita, begini:

SEBAIK-BAIKNYA COWOK, BEJAT JUGA...

Sontak saya diam, dan ndak mau menanggapinya. Biarlah ia puas dengan pernyataannya itu.

Menurut hemat saya, cowok zaman sekarang memang sudah terlampau sering menyakiti wanita. Contoh kecilnya adalah tak menghargai kodratnya, selingkuh misalnya, dan masih banyak lagi.

Cowok memang tak dapat dipungkiri banyak yang bejat. Bejat di sini adalah lebih condong perilaku yang tidak senonoh dan kadang menimbulkan keresahan. Itu semua di mata wanita sangat tidak disukai.

Cowok hidupnya memang begitu, suka akan tantangan dan sensi baru. Bukan cowok kalau ndak begitu. Namun ada kalanya kelewatan, dan beberapa punya 'rem tangan'.

Bicara tentang cowok emang ndak ada habisnya. Tapi haruslah diingat, setiap kepala keluarga adalah si cowok itu, bukan cewek apalagi wanita yang bilang Sebaik-baik cowok bejat juga, tadi.

Setiap cowok adalah pemimpin, apalagi nanti juga sudah menyandang gelar Ayah. Alangkah berat itu tanggung jawab, komitmen yang harus dipegang erat.

Cowok adalah calon Ayah, jika Ayah adalah dulunya cowok, berarti Ayah juga bejat?

Entah apa maksud wanita tadi, apa barangkali ia tidak tahu bahwa Ayahnya adalah cowok. Sudahlah..


Hp Nokia e63*

SEMENJAK PUNYA BLOG

Semenjak gue punya blog, beberapa hari setelah blog gue jadi, gue ndak merasakan apa-apa. Namun setelah pengunjung blog gue menyentuh angka 9 ribu (sekarang 11 ribu), mulailah gue merasakan hal-hal gaib yang ndak pernah gue rasakan sebelumnya.



            Ketika blog gue menyentuh angka di atas, gue sering ketemu orang, lalu ngobrol, e ternyata dia adalah pembaca blog gue. Mereka komen-komen langsung dalam obrolan itu, dan gue sebagai penulis blog itu, ya cukup terkejut. Dan tak sedikit pula, orang-orang meminta diajarkan membuat blog, ya walau jujur, ilmu gue dalam dunia blogger masih cetek.
            Beberapa teman pernah gue temui ternyata ia adalah pembaca blog setia gue, lalu kemudian ada juga dari guru-guru. Ya gue ndak nyangka blog gue bisa dibaca sama mereka-mereka. Padahal kan gue nulis di blog cuma iseng, masalah dibaca apa kagak, itu urusan belakangan.
            Gue juga pernah beberapa kali ikutan giveaway gitu lewat blog. Dan ternyata ketika lu ikutan giveaway, blog lu bakalan ikutan naik pengunjungnya. Gue pernah kecanduan buat sering-sering ikutan giveaway, walau hadiahnya ndak seberapa, sebenarnya yang gue cari ya cuma kepuasan batin. Tapi gue ndak bisa sering-sering ikutan giveaway, soalnya ya gitu, masalah tugas sekolah, koneksi internet adalah kendalanya.
            Asal lu tau yah, kalau ada komentar di blog seorang blogger, pasti si empunya blog bakalan seneng, dia bakal girang, dan menjadi semangat lagi untuk menulis. Lu sadar ndak? Banyak di akhiran postingan-postingan blog gitu, ada tulisan yang berbunyi: jangan lupa komen ya, biar aku jadi lebih semangat buat nulis postingan selanjutnya.
            Gitu..
            Kalau gue sih biasa aja ya.. mau ada yang baca atau ndak blog gue ini, ya silakan, itu hak setiap orang untuk membuka dan membaca sebuah blog. Namun ya tetep, gue berhadap semakin banyak orang berkunjung ke blog gue dan untung-untung tertarik buat naro iklan gitu.. 
            Semenjak punya blog, nama gue lu ketik di goggle pasti muncul, plus foto-foto gue juga. Seengganya gue lebih tenar daripada lu. Coba deh lu ketik nama lu di goggle, keluar apa deh, politikus yang terjerat korupsi, atau nama pemain bola luar negeri yang entah negara mana, hahaha *krik* *piss* #janganbaper
            Semenjak punya blog, gue merasa hidup ini lebih mudah. Sebab dengan bersama blog, gue bisa mengeluarkan segela isi kepala ke sini. Yang segala isi kepala tadi cukup meresahkan, ketika mereka selesai diposting, ouh.. ada kelegaan tercipta, kepuasan batin gitu. Salam blogger ^_^

            

EKSKUL JURNALISTIK YUKS..

Dokumen pribadi..

Saya ingin sekali mengembangkan ekskul jurnalistik di sekolah-sekolah. Bukan hanya di sekolah tempat saya belajar, namun juga sekolah lain. Kenapa ekskul jurnalistik? Sebab dengan ekskul ini kita dapat mengeksplor-lebih diri sendiri, ruang lingkup sekolah, lingkungan luar sekolah, bahkan lingkungan tempat tinggal.
            Dengan begitu, kita menjadi merasa peka terhadap apa-apa yang terjadi pada tempat-tempat di atas tadi. Kerena setiap kejadian bagi seorang jurnalis adalah penting untuk diketahui oleh orang lain juga. Setelah kita peka, maka kita akan berpikir untuk bertindak. Apa yang harus saya lakukan setelah melihat ini, mendengar ini, faktanya begini, dan seterusnya.
            Maka ada rasa empati di sini tumbuh. Rasa itu yang bisa membuat manusia bekerja sesuai kodratnya. Saling membantu, meringankan beban, dan segala hal positif lainnya.
            Berangkat dari itu semua, dalam hal menghidangkan suatu berita, dunia jurnalis haruslah tahu etika. Di mana fakta, di mana opini, janganlah digabungkan. Bagaimana cara memerlakukan narasumber untuk berita kita, bagaimana menghidangkannya, semua hal itu mempunyai keseruan sendiri.
            Sebelumnya saya sering mencari berita sendiri. Mewawancara sendiri, menulis sendiri, membuat blog sendiri, memposting sendiri, mempromosikan sendiri, dan alhamdulilah tidak hanya saya yang membaca berita yang saya buat sendiri itu. Ada banyak pembaca, dan harapan saya semoga mereka yang membaca mendapatkan (setidaknya) informasi yang bermanfaat.
            Sekarang saya sudah dibantu oleh tim jurnalistik SMK N 11 Jakarta. Ini adalah angkatan pertama. Setelah saya berkeliling ke kelas-kelas untuk mempromosikan, akhirnya saya mempunyai konsep ekskul ini.
            Jadi nantinya akan ada fotografer, penulis berita, pewawancara, memostingnya, mempromosikannya, membuat madingnya. Semua anggota mendapatkan tugas sendiri-sendiri dan saling bekerja sama. Ini adalah keseruannya. Kalau kita melakukan hal yang kita sukai, maka bukan suatu kejenuhan jika kita lakukan berulang-ulang. Sepertinya begitu kenapa saya membuat konsep membagi-bagi mereka sesuai minat. Ya seperti tadi, ada yang fotografer, menulis berita dan seterusnya.
            Kendalanya yang sampai sekarang jelas terlihat adalah tugas sekolah. Dengan adanya tugas sekolah, anggota kadang menjadi lalai terhadap tugas jurnalisnya. Alhasil, berita tidak tidak terbit sesuai tenggat waktu yang semestinya.
            Di sini saya lupa menambahkan deadline. Kapan harusnya berita ini terbit, kapan berita yang lain diliput, ditulis, kapan konfirmasi narasumber dan seterusnya.
            Ekskul jurnalistik di sekolah-sekolah sebenarnya sangat pantas diikuti banyak siswa ataupun siswi. Sebab, ini adalah kegiatan positif. Membagikan informasi, mengangkat kejadian-kejadian lalu dinikmati banyak orang. Dalam prosesnya pun, tadi, seru pastinya.***

            

HEY, BOTAK!

Di balik topeng ini, ada kepala yang botak :v

Sungguh sebuah bencana bagi anak kelas XII, sebab guru olahraga yang mengajar adalah Pak Giyanto. Guru yang terkenal amat disiplin, dalam penampilan, tugas, gerakan, dan sebagainya. FYI, sebelumnya ada guru olahraga yang baru pensiun bernama Bapak Asmed Purba. Pak Purba ini dulunya mengajar kelas XII, karena beliau pensiun, maka digantilah Pak Giyanto yang mengajar kami.
            Sebelumnya gue udah pernah diajar sama Pak Giyanto di kelas X. Selama diajar sama dia, kita-kita para cowok harus punya rambut jangan sampai bisa dijambak alias botak. Ouh, untungnya pas kelas X gue ndak kena botak. Sebab pas pada pelajarannya, gue sengaja ndak masuk. Dan besoknya, gue disetrap, dibilang ndak solid sama teman-teman cowok sekelas gue yang semuanya botak. Gue merasa bersalah…
            Seperti kata gue tadi, diajar sama Pak Giyanto merupakan bencana besar bagi kami. Kami tidak bisa terlalu santai, harus serius, keras.
            Contohnya kemaren ajah pas pelajaran dia pertama kali di kelas. Langsung kita-kita digenjot sedemikian rupa. Mulai yang namanya sit up, back up, mangap, push up tepuk tangan, dan seterusnya. Yang semua itu membuat perut kita-kita sakit alias keram. Pertemuan selanjutnya Pak Giyanto menyebutkan bahwa sakit di perut itu disebabkan kontraksi otot yang hebat. Yang tadinya otot diperut tidak digunakan, pas pelajaran olahraga dilatih itu otot, alhasil ya keram begitu. Kata Pak Giyanto, diistirahatkan aja udah sembuh.
            Tapi Pak, sungguh ini menyakitkan. Rasanya sama kayak latihan judo dulu ==”
            Terkait dengan cukur botak, kini gue lakonin, ndak menghindar lagi seperti kelas X lalu. Gue cukur malam Kamis, sebab besoknya ada pelajaran olahraga, jam terakhir! Panas lagi! Diliat banyak orang lagi! Ouh, menantang deh.
            Kata teman-teman cowok gue, mereka pada ndak setuju dengan diadakannya pembotakan itu. Dalih mereka, SMK 11 kan bukan STM, bukan jurusan tekhik, kok dibotakin? Kita ini bisnis manajemen, kudu rapih. Ouh, sebenernya mah rapih, ndak harus botak juga!
            Kata Pak Giyanto kenapa kita-kita kudu botak, adalah karena buat hemat biaya. Hemat sampho, hemat cukur. Lalu katanya, bukan apa-apa, Pak Giyanto berdalih bagi-bagi rezeki sama tukang pangkas rambut. Kalau ndak ada yang cukur, nganggur dong tukang cukur, katanya begitu. Gue jadi curiga, apa tukang cukur tadi itu adalah saudara-saudara Pak Giyanto ya? Apa karena sebelumnya Pak Giyanto berprofesi sebagai tukang cukur jadi menyarankan kita buat cukur ya? Iya mungkin aja ==”
            Namun ndak ada yang mau nyelak perkataan beliau. Jangan harap deh. Tatapannya bak singa, suaranya bak harimau lapar, melihatnya sudah merinding ini bulu kaki. Beneran, ndak oong!
            Duh ya, sekarang gue botak. Gila! Baru pertama kali dalam hidup gue, gue botak! Bahkan, lu tau? Pada 15 Oktober 2015 pagi, dalam hidup gue pertama kali dipanggil dengan sebutan botak!
            Hahaha… seru juga sih.
            Banyak orang menertawakan gue dengan keadaan gue seperti ini. Ada yang maenin topi gue yang gue gunakan untuk menutupi kebotakan ini. Ada yang bilang topi yang gue pake topi satpol pp. hahah.. padahal itu topi pramuka.
            Gue mulai terbiasa dipanggil: eh botak! Bahkan gue balikin lagi itu kata-kata dengan manggil, eh botak! Juga! Eh lu juga botak! Ketawa deh setelah itu, hahaha… gokil.
            Ada yang bilang kalau gue mirip Enji mantannya Ayu Ting-ting kalau botak begini. Ada yang bilang gue pantes begini. Ada juga yang ndak mau liat muka gue karena gue begini! Hinanya diri ini..
            Hahaha... namanya juga rambut, nanti juga tumbuh lagi. Selaw..

            Yaudah ya, gue akhiri postingan ini. See you…

NGOMONGIN PRAMUKA: OUTPUT FROM THE SCOUT

Sumber gambar

            Duh, kalau ngomongin Pramuka, sungguh deh, ndak ada abisnya. Tapi khusus untuk postingan kali ini, saya akan membahas tentang ‘output from the scout’. Idih.. keren ndak tuh istilahnya?
            Scout itu apa, Khi?
            Masih ada yang nanya begini? Oke ndak apa, scout itu bahasa Inggrisnya Pramuka, ngerti? Nggggeerrrttii!!! Sip J
            Oke, jadi gini, zaman sekarang yang super duper canggih ini, menggerus segala hal yang bersifat tradisional (ya ndak sih? Iya aja deh). Sebagai contoh, kini kita bisa mengetahui sebuah tempat dengan mudah dengan goggle maps, ada yang namanya gps, PMS ada yang namanya BBM, whatsaps dan seterusnya, dan seterusnya. Tekhnologi semakin maju, terutama bidang komunikasi!
            Sebagai sebuah organisasi besar, Pramuka kian ke sini kian tampak tak ‘keren’, kuno, karena itu tadi, karena tidak menyesuaikan zaman. Ketika seseorang berkomunikasi dengan mudah lewat smartphone, e malah anak pramuka susah-susah pake semaphore begitu. E jangan salah, kalau kita lagi tersesat, dan ndak ada sinyal hp, emang kita masih bisa pake BBM, Line, Whatsapp-an begitu-begitu? Tentu tidak... tapi alangkah baiknya, pramuka menyesuaikan bagaimana caranya tekhnologi maju tadi dimanfaatkan menjadi materi yang dipelajari bersama. Agar kesan kono tadi itu terbuang jauh-jauh.  
Paradigma itu semakin parah ketika ada yang menganggap pramuka hanya identik dengan tali-temali dan jarang mandi (kata-kata ini sering banget saya pakai).
            Nah, lalu kaitannya dengan output from the scout itu bagaimana, Khi?
            Oke, maksud saya di sini adalah sebagai seorang praja muda karana, atau pemuda yang suka berkarya, seharusnya ia berguna langsung bagi masyarakat. Pramuka bukan hanya menghapal dasa darma, membuat pionering, berkemah dan sebagainya.
            Semua itu harusnya memiliki nilai plus di masyarakat. Seorang pramuka kudunya dapat bermanfaat di masyarakat. Jadi yang saya maksud di sini, output from the scout adalah bermanfaatnya seorang pramuka di masyarakat.
            Pramuka bukan sekedar ya tadi, berkumpul belajar tali-temali, dan jarang mandi belajar sandi dan sebagainya.
            Hasil dari belajar itu semua seyogiyanya dapat diterapkan di masyarakat.
            Pramuka bukan hanya sekedar seragam yang mempunyai banyak tempelan. Aih, tempelan itu tidak ada apa-apanya, dengan kata lain, tempelan tadi itu adalah tanggung jawab yang harus diemban. Kan malu kalau banyak tempelan macam TKK, tanda regu, tanda tingkatan, tiska, dan sebagainya yang memenuhi seragam pramuka tapi, nyatanya dia ndak bisa apa-apa? Malu-maluin!!!
            Terus gimana, Khi?
            Okeh..
            Pengalaman menjadi seorang instruktur pramuka, saya ingin berpendapat. Pramuka itu hasilnya terlihat di ‘lapangan’, maksudnya, seorang pramuka bisa disebut berhasil menjadi pramuka adalah ketika di kesehariannya ia mencerminkan seseorang yang barmanfaat. Macam tunas kelapa saja, pasti kalian mengerti?
            Iya, saya cukup ‘gedek’ kalau liat ‘anak pramuka’ pakai tanda-tanda yang menimbun lebat di seragamnya namun ia tidak punya skill. Jadi pandangan orang tentang pramuka yang melihat anak pramua pakai tanda-tanda tadi itu ya mereka akan berpikir, pramuka Cuma seragam, pramuka Cuma tempelan!
            Ambil contoh.
            Ketika seorang pramuka di kelas, jika ia memang seorang pramuka benar-benar, ia pastinya akan banyak ambil andil di kelasnya. Ia akan menjadi pengurus kelas, dan menjadi leader bagi teman sekelasnya.
            Kalau ia tidak menjadi apa-apa di kelas, hanya sekedar menonton dan mengiya-iyakan saja, uh, sungguh, ia adalah pramuka gagal yang pernah kamu temui.
            Duh, kok lama-lama panjang yah ini postingan.
            Kayaknya cukup sampai di sini deh, sambung lagi buat besok-besok.
            Oke, see you.
            Salam pramuka ^_^

MENGAPRESIASI KARYA SENI DI GALERI NASIONAL



Yang paling membuat saya tertarik dan ia adalah sebab kenapa saya taruh di paragrapf ini adalah kerena karya ini keren. Sebuah karya yang bertemakan ‘upacara untuk melupakan’. Karya ini berupa patung, didominasi dengan warna hitam dan putih. Objek patung tersebut menyerupai seorang laki-laki dewasa.
            Anehnya, tanpa sensor patung ini dipertontonkan. Dengan jelas (maaf) penis empunya patung tersebut dibuat sedemikian rupa. Entah ini yang dinakaman estetika dalam seni atau bukan, tapi menurut saya, etika dalam karya tersebut bisa dibilang kurang.



            Nilai plus yang bisa saya sematkan di sini, adalah patung yang dipamerkan sungguh amat mirip dengan sebenarnya. Tinggi, tubuh, semua dibuat oleh si pencipta dengan sangat detail.
            Tak hanya karya berjudul upacara untuk melupakan yang memukau saya. Adapun sebuah lukisan yang bertema  ‘teater dari saluran 99’. Dalam karya ini saya bisa melihat bagaimana si pencipta memberikan pesan bagaimana kebebebasan dalam berpikir, berkarya dan hidup itu sendiri.
            Pelukis memberikan banyak warna dalam lukisannya, tokoh-tokohnya pun bisa dibilang aneh. Abstrak.

            Sayangnya, tokoh yang dilukis tadi, cukup vulgar. Ada tokoh yang hanya menggunakan celana dalam saja, dan lain sebagainya.
            Beberapa kata-kata yang ditulis oleh pelukis di selipan lukisannya pun menarik perhatian saya. Beberapa yang saya catat:
            “Saat kita bersulang, saat kita telanjang, kang Mas.”
            Selanjutnya, masih karya bertema teater dari saluran 99. Lukisan sama seperti lukisan yang sebelumnya, namun pesan yang bisa saya dapat tidak sama. Yang membedakan adalah, dalam karya teater dari saluran 99 yang lain, kita bisa melihat bagaimana kejamnya kehidupan.
            Tokoh-tokoh yang dilukis pelukis berkesan terinjak, sedih, dan suram. Namun berwarna. Lukisan ini adalah pemenang Indonesia art award 2010. Kata-kata dalam lukisan tadi yang membuat saya tertegun di antaranya:
            “Permisi, saya sedang bunuh diri sebentar, bunga dan bensin di halaman. Teruslah mengaji dalam televisi berwarna itu. Dada.”
            “Aku tidak mau berujung di situ. Aku bukan sejenis burung hantu. Aku hanya pencopet kelas 3 bulan dan 100 tendangan ke dada.” Tulisan ini diberi judul catatan dari 360 derajat.
            Selanjutnya lukisan yang bertema, ‘orang-orang dan sejumlah benda di dada.’
            Dengan jelas saya bisa menafsirkan bahwa si pelukis mencoba menyampaikan betapa bobroknya para petinggi negara. Dengan jelas dalam lukisan itu terlihat orang-orang dengan bermacam penghargaan di dadanya bertindak tidak senonoh. Ada yang bermain dengan wanita, saling menginjak dan sebagainya.



            Lukisan ini adalah lukisan yang paling saya suka, ia mencerminkan keadaan saat ini dan memang penyakit pejabat tinggi yang tidak jujur, dan ia akan tetap ada sepanjang manusia itu ada. Karya ini saya apresiasi dengan kata-kata keren…
            Saya sempat bertanya kepada penjaga, kenapa pameran ini didominasi dengan warna hitam dan putih?

            Beliau menjawab,  karena dengan warna hitam-putih, dapat dengan mudah diingat. Akhirnya saya paham, dan saya pulang dari pemeran itu tanpa ada rasa penasaran..

Gamba-gambar di atas bersumber dari katalog pameran tersebut, yang didapat oleh teman-teman saya. Ia berupa cd. Yang pada saat teman-teman saya ke pameran beramai-ramai di hari Sabtu, saya pada hari Minggu sendirian ke sana. #kokcurhat

Sip, see you..

HAL TABU BAGI SESEORANG KETIKA MEMILIH CALON ISTRI



Goggle

Waktu itu saya mengobrol bersama teman-teman. Kali ini adalah membahas tentang seorang pria yang akan memilih calon istri.
            Salah seorang bertanya, “Ada empat yang diperhatikan dalam memilih istri, ada yang tahu?”
            Samar-samar saya mengorek kembali ingatan di batok kepala saya. Lalu beberapa teman yang lain menjawab dengan sekenanya.
            “Mukanya.”
            “Keluarganya.”
            “Bla bla bla.”
            “Bla bla bla.”
            Lalu saya berceletuk, “Karena hartanya!”
            Selepas itu lalu gelak tawa mengiringi, jawaban tadi seperti jawaban yang sangat tabu. Seperti jawaban yang paling hina di antara yang lain. Mungkin ada yang berpikir ada risalah matre di sini. Mungkin ada yang berpikir mata duitan.
            Namun, lihatlah, Rasullah SAW,. pun menikahi seorang wanita kaya raya, namanya adalah Siti Khodijah. Apa salah jika seorang pria mencari calon istri yang kaya?
            Coba perhatikan hadits di bawah ini:
Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

        Nah, sekarang sudah terjawab, sebanarnya jika memilih seorang istri berdasar hartanya, bukanlah hal yang salah. Namun, haruslah jangan satu saja tertuju pada hal itu. Perhatikan calon istri juga dari agamanya. Itu yang penting, jika tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.***