BERUNTUNG.
Itulah kata yang pantas saya ucapkan saat ini. Karena apa bukan namanya beruntung
jika mendapat ilmu bermanfaat langsung dari produser film dan penulis produktif
secara gratis?
Pagi itu saya berjalan keluar kos
yang kecil di Manggabesar. Naik busway dan menikmati perjalanan yang cukup
panjang. Sampai di halte SMK 57, saya bertanya di mana itu hostel SMK 57 yang
ternyata berada di dalam sekolah. Saya masuk dan sesekali mengaggumi sekolah
itu. Sekolah yang asri, sekolah yang penuh pepohonan, sekolah yang mempunyai
gedung-gedung yang ndak hanya gedung sekolah.
Sampai di hostel, ternyata saya
orang pertama yang regrestasi. Saya tandatangan dan menunggu pintu dibuka.
Acara ini berbayar, tapi karena komunitas fiksimini mendapat jatah tiket
gratis, alhamdulilah saya ndak kena biaya.
orang pertama yang datang.. |
Jam sembilan acara dimulai. MC yang
cukup bikin meringis itu memandu kami yang adalah ibu-ibu, bapak-bapak,
mas-mas, mbak-mbak sampai dedek gemes. Bisa dibilang acara ini tanpa batasan
usia.
tadinya acara di Senen, terus pindah ke SMK 57
Ruangan cukup nyaman, ber ac pula, ada kira-kira 40 peserta hadir
di sini dan, semuanya mendapat kursi. Setelah berbasi-basi ‘ala MC’, pengisi
materi pertama langsung naik panggung. Namaya Pak Suwandi Basyir atau biasa
dipanggil Mas Ibas. Beliau ini adalah produser film Tausiah Cinta. Film ini
diangkat dari sebuah buku best seller Tausiahku. Mas Ibas membeberkan bagaimana
seorang produser melirik sebuah buku yang dapat diadaptasi ke layar lebar:
1. Ada pesan
positif
Khusus
PH-nya Mas Ibas ini, ia fokus pada film-film religi. Ia mengatakan jika film
yang diproduksinya itu mengandung unsur dakwah. Bahkan, untuk casting film yang
diproduksinya, mereka akan dites membaca al-qur’an. Film Tausiah Cinta, film
ini mengajarkan menjauhi maksiat dengan jargon: “Jomblo sampai halal.” Itu
pesan positifnya.
2. Memuat
bahasa yang inspiratif
Tulisanmu
harus bisa menginspirasi pembaca. Jangan gunakan bahasa yang jorok.
3. Bisa
ditampilkan secara visual
Yups, novel
yang kaya akan visual itu akan mudah difilmkan. Maka kita harus detil
menggambarkan situasi yang dialami oleh tokoh kita. Jika ia naik mobil, mobil
merk, warna apa yang ia gunakan, kalau lagi stel radio, ia menyetel radio apa.
Pokoknya gunakan panca indra yang kita punya untuk membuat tulisan kita lebih
nyata.
4. Layak
promosi kualitas
Jangan
lupakan kulitas tulisanmu jika mau dilirik produser, tulisan yang berkualitas
bisa dengan mudah dipromosikan.
5. Layak dijual
dari segi cerita
Mas Ibas
mengatakan, buatlah sesuatu yang berbeda, namun masih ada jalurnya. Karena
produser akan melirik itu. Seperti halnya cerita yang kita angkat di buku kita,
itu harus ‘menjual’.
Nah, setelah
tahu naskah (novel/skenario) yang bisa dilirik produser, sekarang kita akan
berbicara tentang langkah-langkah agar naskah bisa diterima di PH.
1. Ajukan ke
beberapa PH
Yang harus
diingat, kita harus tahu visi-misi PH yang kita ajukan. Jangan sampai
bersebrangan. Karena ini penting untuk nasib naskahmu dilirik atau tidak.
2. Cari link
produser
Iya, kita
harus mencari link produser yang sesuai dengan visi-misi tulisan kita. Kita
bisa cari di internet atau dari manapun, dunia ada di jempol kita.
3. Buat PH
sendiri
Ya kalau
kita ingin memproduksi film sendiri, maka buatlah PH sendiri jika mampu.
Mas Ibas
mengatakan bahwa semuanya butuh proses dan kita harus menikmati itu. Film
Tausiah Cinta pun mengalami masa-masa sulit karena tidak mendapat layar
bioskop. Tapi itu ndak mematahkan semangat Mas Ibas dan tim. Mereka mengadakan
nonton bareng di kampus-kampus dan semacamnya dan terus meyakinkan pada pihak
bioskop bahwa film ini layak untuk ditonton. Alhasil Tausiah Cinta mendapat 15
layar dan bisa “balik modal” setidaknya.
***
Pembicara
kedua adalah produser film Sepatu Dahlan dan Toba Dreams, Rizaludin Kurniawan.
Film-film yang diproduksinya sudah banyak mendapatkan penghargaan di pelbagai
festival. Kedua film itu adalah adaptasi dari sebuah novel. Lalu apa saja yang
diperhatikan produser jika ingin mengadaptasi sebuah novel ke layar lebar?
1. Kaya alur
2. Kaya
dinamika
3. Kaya ide
brilian
Itulah tiga
hal yang membuat produser mau mengadapatasi sebuah novel. Kendati begitu, Pak
Rizal menekankan bahwa sebuah novel yang ingin diadaptasi harus kaya akan ide kreatif. Dan untuk memperkaya ide
kreatif itu, kita harus peka terhadap kehidupan kita sehari-hari. Karena sebuah film adalah menstransfer
keresahan untuk dirasakan bersama sehingga timbul rasa empati di benak
penonton.
***
Pembicara
ketiga adalah Brili Agung. Ia seorang penulis 20 buku, CO-writer artis, trainer
dan seorang pengusaha. Katanya, ia mempunyai tiga dunia: dunia penulis, dunia
membantu orang untuk menjadi penulis, dan dunia penerbit. Ia juga mengajar,
menulis, dan mengajar menulis. Latar belangkanya memang ndak ada
sastra-sastranya acan, tapi cowok
kelahiran Purwokerto ini memilih menulis ketimbang menjadi karyawan. Bahkan ia
sempat ndak dianggap oleh orangtuanya karena memilih keluar dari pekerjaan
‘’berdasi’’nya dan memilih untuk menulis.
Hingga akhirnya semua itu
terbantahkan. Brili menerbangkan kedua orangtuanya ke tanah suci dengan
hasilnya menulis. Salud.
Menurutnya, penulis zaman dulu dan zaman
sekarang tuh beda. Kalau zaman dulu yang diharapkan penulis hanya bahagia. Ia
mengambil contoh penulis Ahmad Tohari, suatu hari ia bertanya pada beliau, dan
mendapat jawaban, ‘’hanya ingin bahagia.”
Padahal, penulis di zaman sekarang
itu harus kaya, kalau ndak kaya itu harus dipertanyakan kehidupannya. Kaya di sini bukan hanya kaya uang, tapi
kaya hati, imajinasi dan materi. Tiga hal ini yang selalu mengikuti penulis
zaman sekarang, atau setidaknya kita harus yakin itu.
Menurut Brili, jarang ada penulis
yang mau membagikan ilmu terkait dunia penerbitan dan semacamnya, bisa dihitung
jari. Karena dia ndak pelit ilmu, maka ia menjadikan dirinya solusi untuk
orang-orang yang ingin menulis buku tapi ndak kelar-kelar.
Poin yang bisa didapat dari
pembicaraan Brili:
1. Penulis itu
wajib kaya, jika ndak, kehidupannya perlu dipertanyakan
2. Writers
block itu hanya mitos, sama halnya naga-naga di Indosiar.
3. Sedikit
sekali penulis yang menulis karena bakat, yang lebih banyak adalah penulis yang
mempunyai teman untuk menyemangatinya.
4. Jangan
membuat patah hati seorang penulis, karena bisa saja ia akan menjadikanmu tokoh
dalam bukunya yang menyedihkan dan akan dibaca bayak orang.
5. Gunakan
“baju kreator” ketika menulis dan tinggalkan “baju editor” jangan gunakan kedua
baju itu bersamaan, maka jika ya, tulisanmu ndak pernah akan kelar
6. Kita bisa
menulis dengan menutup layar laptop dengan kartas kosong, mulailah menulis,
seburuk apa pun. Setidaknya akan ada tulisan yang kamu edit. Daripada ndak sama
sekali. Karena sampah bisa didaur ulang.
7. Editor itu
akan memandang penulisnya. Pertama yang editor lakukan jika menyeleksi naskah,
ia akan menulis namamu di goggle, jika memang kamu aktif dunia maya, maka
naskahmu akan lanjut dibacanya. Poinnya, buat branding dirimu di dunia maya.
Mulai dari facebook, chanel youtube, twitter, instagram dan sebagainya. Karena
penulis yang aktif di dunia maya, bukunya akan lebih mudah terjual. Penerbit
pun untung karena itu.
8. Cara menjadi
penulis best seller. Penulis harus mampu: writing, netwrokhing dan seling.
9. Cara menjadi
penulis itu ndak harus menulis buku sendiri. Menulis buku orang lain dengan
menjadi ghost writer pun bisa mendulang uang, apalagi jika bekerjasama artis, politisi
dan semacamnya, mereka yang sudah punya ‘nama’.
10. Contoh
hitung-hitungan royalty yang didapat penulis di penerbit mayor:
Contoh
itungan diambil dari buku berjudul ME karya Brili terbitan qultummedia
Royalty: 10%
Oplah cetakan pertama: 3000 eksemplar
Asumsi harga jual/buku: Rp 50.000
Hitung-hitungan:
Royalty x oplah x harga jual=penghasilan penulis
10% x 3000 x 50.000 = Rp. 15. 000.000
Itu dalam tiga bulan, 3000 eksempar HABIS.
11. Hitung-hitungan
di self publishing, ambil contoh dari buku Unusual Buiness karya Brili.
Biaya cetak: 20.000/eksemplar
Harga jual: 250.000/eksemplar
Buku terjual: 1000 eksemplar
Pendapatan penulis:
(buku terjual x harga jual) – (biaya cetak x buku terjual)
(1000 x 250.000) – (20.000 x 1000):
Rp
230.000.000
Dalam satu
bulan buku itu habis. “Kalau di Purwokerto bisa buat beli rumah,” ucap Brili
medok.
Ketika di
sesi Brili, kami para peserta diberi kesempatan untuk mengiyakan bahwa writers
block itu hanyalah mitos. Kami disuruh untuk menulis tiga kata wajib untuk
bakal cerita kami nanti. Tiga kata itu adalah: etika, tenggelam dan laptop.
Dalam waktu tiga menit, peserta menulis dengan tiga wajib tadi. Hasilnya kami
semua setuju bahwa memang writers block hanya mitos, malah bahkan ada yang
kurang diberi waktu tiga menit untuk menulis. Bisa dicoba di rumah..
***
Jam setengah satu siang acara selesai. Ndak lupa kami foto-foto
bersama. Sebelumnya ada hadiah-hadiah yang dibagikan pada peserta. Dan
beruntungnya saya, mendapat baju dan voucher dari inspirator academy.
Pas mau foto-foto.. |
Setelah ruangan agak sepi (karena sudah pada pulang), saya keluar
dan duduk-duduk di hostel bersama Reza dan Bunga, kami dari fiksimini.
Tiba-tiba Brili datang, mengambil posisi duduknya dan mengobrol bersama kami,
obrolan kami panjang. Kata-kata pertama yang ia katakan, “Mana, ada yang bawa
karyanya untuk saya baca?” dengan semangatnya.
Kemudian kami mengobrol tentang asal kami, profesi, ayam bakar Kak
Reza, Manggadua Kak Bunga, hingga buku-buku. Kebetulan kampung saya dengan
Brili itu ndak berjauhan, saya Cilacap dan Bliri Purwokerto, kami sempat
ngobrol dengan bahasa ngapak. Ia benar-benar kental ngapaknya. Karena kami
sama-sama ngapak, saya ndak bisa untuk ndak diam jika melihat orang ngapak
sukses seperti dia. Saya harus bisa seperti dia atau mengunggulinya, demi
bangsa ngapak! *inindaklucu
Ya.. itulah yang bisa saya bagikan pada teman-teman semua. Semoga
bermanfaat. Jangan lupa menulis, itu yang paling penting. J
Hallo kami dari angkatan I Gregetan (0.0)9 |