KEBIASAAN DI MALAM MINGGU

Sekarang, detik ini, gue lagi di keramaian. Mereka yang ada di sekitar gue, pastinya mempunyai teman untuk mengobrol, untuk pacaran, untuk diskusi. Gue di antara mereka hanya menikmati suasana.

Di luar sana kendaraan berlalu-lalang, bajai bersuara lantang dan lampu-lampu menyala begitu kemerlapnya. Inilah Jakarta, di mana gue tinggal. Dan mau ndak mau, harus menikmatinya.

*

Dari kosan, gue bingung mau kemana. Hingga akhirnya gue beranikan diri untuk membuka pintu, memakai sandal swalaw dan melangkah pergi. Pergi entah kemana. Ini semacam kebiasaan gue, pergi-pergi ndak jelas begini. Tapi percayalah, ini sangat seru. Terkadang apa yang kita rencanakan pasti sudah terbayang di kepala. Beda jika ndak direncanakan, kita akan menemukan segala hal baru yang belum terbayangkan. Dan hal ini biasa gue lakukan di malam Minggu.

Gue berjalan di jalanan ramai, ada grimis rintik-rintik demikian manja. Tidak pengguna motor dan mobil, mereka begitu arogannya mengendarai. Hampir-hampir gue mau mati ditabrak. Dan itu sudah biasa. Kita hanya tinggal percaya atau tidak pada kematian itu sendiri.

Gue berjalan menuju ATM, dan dilanjutkan ke 7 eleven. Membeli beberapa makanan ringan dan duduk di lantai atas, sendiri dengan tatapan sunyi.

Sekarang di samping kiri gue ada mas-mas dan mbak-mbak ngobrol pake bahasa Jawa. Tampaknya mereka sedang PDKT, yang cowok tukang bangunan dan cewek pembantu rumah tangga. Betapa meriahnya hati mereka, pasti sangat bahagia bisa saling betemu, di samping seorang kesepian, gue.

Sebenernya gue menikmati ini dan sebenernya seperti itu. Gue pernah berpikir: barangkali diri ini memang ditakdirkan untuk sendiri dan sepi, untuk tak mempunyai teman dan apa pun itu. Karena memang orang yang terlalu sering sendiri akan berpikir seperti itu. Tapi sesegera mungkin gue sadar, bahwa gue ndak sendiri, masih banyak orang peduli di luar sana.

Sebelumnya, gue takut untuk keluar tanpa kejelasan-tempat-tujuan. Tapi ya gue berpikir lagi, dunia ini luas, dunia ini memiliki banyak takdir, setiap orang punya takdir, dan siapa tahu gue bisa bertemu dengan orang dalam satu takdir? Siapa tahu?

Rasanya gue pengen bertemu sama lu dan duduk berdua di beranda. Kita mengobrol tentang banyak hal. Mengobrol tentang manusia-manusia yang sudah sedemikian begininya. Dan berbagi pandangan: bagaimana cara hidup yang baik?

Setiap orang pasti bertanya seperti itu. Kita hidup, dan pasti bertanya yang baik seperti apa. Yang taat agama kah? Atau bijimana? Kita pasti punya pandangan yang berbeda, jika kita bertemu dalam satu waktu, pasti akan menemukan titik seru.

Tempat yang gue duduki ini tempat ramai, tempat di mana manusia mencari pembuang waktu. Kita akan temukan penjaja makanan di pinggir jalan putus asa karena ndak ada pembeli. Kita akan menemukan pengemis gaya lama. Kita akan menemukan manusia aneh, mulai dari pakaiannya hingga caranya membalas tatapan kita. Kita akan menemukan orangtua yang mencari nafkah dengan peluhnya bercucuran, entah ia orang baik atau jahat. Kita akan menemukan banyak hal, dan itu semua dimulai dengan keberanian kita membuka pintu dan mulai melangkah. Lihat dunia ini dengan mata dan rasakan hidup ini dengan hati dan mulailah berpikir diri ini di antara banyaknya manusia. Dengan itu kita akan menemukan titik di mana lebih mengenal Tuhan.***
Comments
2 Comments

2 komentar

Ini seperti curhatnya seorang yang introvert.. Mulailah keluar dan boleh lah menari

Reply

menjalani hidup dengan kesendirian dan hanya bisa mengamati kesenagan orang lain bukan merupakan hal yang salah. namun terlepas dari itu semua banyak hal yang bisa kita lakukan demi eksistensi kita sebagai insan yang paling diagungkan dimuka bumi..semoga abang bisa cepat menemukan jlan keluarnya..hehe
keren tulisannya bang.keep write

Reply

Posting Komentar