Pasti kalian
tahu dong apa itu apatis? Yeah bener banget, apatis seperti yang pernah kita
pelajari di PKN, adalah suatu sikap acuh tak acuh, ndak peduli pada suatu hal.
Nah, sekarang kamu itu masuk katagori pelajar yang apatis atau aktivis? *kasih
kaca *piss..
Cara mengetahuinya cukup mudah,
biasanya pelajar yang apatis itu ndak pernah ikut ekskul dan jarang menyuarakan
pendapat di kelas sekalipun. Pelajar aktivis sebaliknya, ia adalah yang
mempunyai segudang kesibukan, mengikui ekskul dan sering bersuara di kelas atau
antar kelas bahkan antar sekolah.
sumber: goggle |
Kalau gue amati, banyak banget lho
pelajar apatis di sekitar kita. Jadi, mereka ini hanya masa bodoh dengan segala
hal yang terjadi. Ndak mau ambil pusing masalah uang kas, uang fotocopy,
masalah pengurus kelas, dan sebagainya. Padahal kelasnya itu butuh suaranya,
siapa tahu pendapatnya bagus dan dapat dipertimbangkan?
Pernah ndak sih ketemu pelajar yang
apatis seperti itu? Terus apa yang kamu pikirkan? Mungkin sebagian dari kita
akan jengkel dan merasa gondok liat mereka si apatis. Rasanya pengin ngapain
gitu agar mereka ikut bersuara. Tapi kita tahu, itu hak-hak dia. Setiap orang
mempunyai hak untuk memilih.
Tapi (lagi), menjadi pelajar yang
apatis bukan pilihan yang tepat. Karena, menjadi pelajar, jika apatis, itu akan
disesali ketika tua nanti. Kamu akan berpikir, “Coba ketika menjadi pelajar
dulu, gue melakukan ini, melakukan itu.” Dan gue ini bukan orang tipe penyesal
seperti itu.
Tapi (lagi) tetap saja, menjelang
kelulusan, gue merasa masih ada hal-hal mengganjal yang belum gue raih. Walaupun
gue cukup bisa dibilang pelajar aktif. *pedebanget
Sebelumnya gue ini juga pelajar
apatis kok. Gue baru marasa bukan apatis ketika kelas 8 SMP. Lanjut ketika SMK,
gue sungguh getol banget pengin melakukan banyak hal. Tapi itu semua terkendala
oleh orang-orang ‘sepemikiran’ yang langka, bahkan ndak ada. Percuma membuat ‘aliansi’
tapi ndak cukup orang. Hingga akhirnya gue cuma bisa melakukan segala hal yang
bisa gue lakukan sendiri.
Menurut gue, pelajar yang acuh tak
acuh, bukan warga negara yang baik. Negara ini butuh suara-suara anak-anak
muda, negara ini butuh suara beranimu, negara ini butuh pemimpin muda
sepertimu, negara ini butuh kita yang peduli terhadap bangsa. Tapi apa boleh
buat, gue yakin kok di dalam diri si apatis pasti memiliki rasa peduli, pasti
memiliki rasa berani, hanya saja ia ndak mau membuka mulutnya atau mencoba
mengisi tinta dari penanya yang cukup lama telah habis.***