Dek, semenjak mata ini melihatmu, dengan sekejap jantung berdebar lebih kencang. Sedang di kepalaku, terus berpikir bagaimana bisa dekat denganmu dan, dekat denganmu. Aku tipe laki-laki yang mudah jatuh cinta, dan aku juga laki-laki yang akan memperjuangkan cinta jika sudah bertemu bidikannya. Dan bidikan itu, ya kamu, Dek, kamu targetnya.
Ketahuilah, Dek, kamu itu wanita indah. Aku percaya kamu tercipta dari segala hal paling nikmat di dunia. Kamu harus percaya kata-kataku, karena aku laki-laki yang sangat tidak bisa untuk berbohong pada wanita yang dicintai. Aku cinta kamu begitu saja, iya, sejak pandangan itu.
Kerling matamu, aduhai, sungguh sempurna. Belum lagi wajah manismu, putih kulitmu, hitam legam rambutmu, bibir menggoda itu. Ingin rasanya kulumat bibirmu di atas cangkir yang barisi rindu. Dek, aku tak sesaru itu, aku tak akan mencium atau memelukmu jika belum datang waktunya. Kalaupun kau mau, ayo kita lakukan dan berharap masih ada ruang di surga untuk kita.
Ada alasan keharusan kenapa kita harus menikah, Dek, agama kita sama. Dan di antara kita pun pasti punya perasaan, tinggal menyatukan dan beres, kita akan bahagia.
Saban malam tiba aku selalu membayangkan wajahmu dan wajahmu. Wajah yang akan tampil di setiap malam di tempat tidur kita kelak. Wajah yang tenang, wajah yang tak pernah buatku bosan. Wajah yang sering membuatku berfantasi sedemikian rupa.
Bukan hanya wajah, asal kau tahu, Dek, segala yang ada padamu, mulai dari ujung ke ujung, dari yang terucap dan belum terucap, semuanya sudah masuk ke dalam cintaku yang ada di dada. Cintaku ada di dada.
Aku sangat menyukai laut dan deburnya dan lampu di malam hari dan anginnnya. Kamu seperti itu, persis sekali. Kamu tenang, kamu menenangkan, kamu tak pernah membuat bosan, kamu sangat aku sukai.
Sampai saat ini aku memang bukan siapa-siapamu, Dek, pegang tanganmu saja aku tak berdaya. Jangankan pengang tangan, melihat wajahmu yang itu, aku merinding begitu hebatnya.
Dek, sudah sepatutnya kita memperjuangkan cinta kita. Walau saat ini hanya aku yang mengungkapkannya, kamu belum. Dan walau ungkapan itu tak kuucapkan, hanya melalui tulisan dan tulisan dan tulisan gila semacam ini. Dek, aku mencintai wanita sepertimu. Jadi, tunggulah waktu, dan sabarlah, aku pergi jauh darimu dan datang dengan lamaran yang telah kupersiapkan bersama semesta.***
0 Comments