Bagaimana Cara Mengingat Masa Depan?

Setahun terakhir atau lebih, ada seorang wanita yang dekat denganku, dan itu berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kami melakukan banyak hal bersama, apa saja, dan mungkin jika kuceritakan di sini, pasti kau akan berkata, “Mustahil, tidak mungkin! Kalian tidak mungkin melakukan itu!”

Tapi selama itu pula, kami tidak mempunyai status yang jelas. Aku sendiri bingung kenapa bisa. Dan puncaknya adalah, ketika kami sudah jarang berhubungan lagi, dia dekat dengan laki-laki lain dan berkata, “Aku nyaman dengannya.”

Semua berjalan begitu saja, namanya juga tanpa status yang jelas, kami tentu saja tidak berhak untuk melarang-larang dekat dengan sesiapa, bukan? Kecuali jika memang kau mempunyai status dan mempunyai komitmen yang jelas.

Dan akhirnya, kami yang dekat setahun terakhir, yang telah menghabiskan banyak waktu bersama, mengukir kenangan-kenangan, berpisah begitu saja. Begitu saja.

Tentu saja, sekali lagi, kami tidak punya hak untuk menolak hal ini. Lagi pula dari awal pertemuan ini juga tak direncakan, dan begitu pula perpisahannya kan?

Ya, tentu saja kenangan itu akan terus menghantuimu, apalagi hal itu adalah hal ‘pertama yang kaulakukan selama hidupmu’. Tapi tidak apa, kenangan hanya lahir untuk dikenang saja. Kehidupan adalah hari ini, detik ini juga, bukan masa depan, bukan masa lalu.

Dan kita semua hidup di detik yang sama, sekali lagi, bukan untuk masa depan maupun masa lalu.
Seorang teman pernah bertanya padaku, “Bagaimana cara mengingat masa depan?”

Aku tidak langsung menjawabnya. Tapi yang kupikirkan ketika mendengar pertanyaan itu adalah begini, “Caranya adalah kau harus pergi ke masa depan.”

Baiklah, kita tidak tau masa depan itu kapan dan masa lalu itu kapan, mereka tidak jelas, absurd, dan tidak perlu untuk dipikirkan. Sekali lagi, kita hidup di detik ini, bukan untuk masa depan maupun masa lalu.

Tapi tetap saja, manusia mempunyai ingatan untuk kebutuhan masa lalunya, dan rencana untuk masa depannya. Tapi kita kadang lupa, hal itu tetaplah sia-sia. Akan lebih baik kau menikmati harimu, detik ini juga, ketimbang terus mengingat dan merencanakan hal-hal yang tidak pasti.

Balik lagi pada wanita setahun lalu. Baiklah, dia sudah mempunyai lelaki yang bisa membuatnya nyaman, kuterima itu, dan dia menghabiskan waktu bersamanya. Mungkin dia akan melakukan hal yang sama ketika dia bersamaku dengan lelaki barunya. Dan membayangkannya, kadang terasa sakit juga di dada. Tapi itu adalah risikonya, kau bukan siapa-siapa, kau tidak punya hubungan apa-apa, apa hakmu?

Dan sialnya, ketika dekat dengannya, aku selalu melihatnya sebagai poros kehidupanku. Di kehidupanku, jujur saja, aku tidak punya banyak teman, dan dia adalah orang satu-satunya yang bisa saling berbagi dan sebagainya tanpa batas, menghabiskan waktu dan sebagainya tanpa batas. Tapi kini sudah tidak lagi, aku kehilangan teman (atau lebih dari itu?).

Dan hari-hariku pasti akan pincang, tapi itu tentu saja hanya sementara, semua akan baik-baik saja ketika kau kembali kepada kehidupanmu sebelum bertemu dengannya. Dan semua pasti akan baik-baik saja, pasti.

***

Kita semua tau bahwa kehilangan itu pasti sangat menyedihkan. Bisa membuatmu despresi dan ingin mengambil kepalamu untuk dibenturkan ke bebatuan. Inilah risiko jika kau terlalu dekat dengan seseorang yang tidak pasti akan terus bersamamu.

Tapi hanya orang bodoh yang tidak belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya. Mari kita membuka bab baru dalam cerita kehidupan ini, tulis namamu saja dulu, jika kau menemukan nama baru di halaman seterusnya, jangan buru-buru kau catat, biarkan saja dia di sana, dan biarkan dia menjadi sesuatu yang fana. Sembuhkan dulu hatimu, jangan buru-buru membuat kisah baru dengan nama baru, jika akhirnya akan sama dengan bab sebelumnya, buat apa? Belajarlah.