Peduli Air, Peduli Orang Lain





Seorang teman bercerita padaku. Ia bercerita tentang saat di mana ia masih menjadi siswi salah satu SMK di Jakarta tahun lalu, sekarang ia sudah lulus dan bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan ekspedisi. Pada saat itu, ceritanya, ia hendak shalat Duha. Tapi, ketika ia baru saja akan mengambil air wudhu, ia melihat kran air yang bocor dan penampung air yang sudah melebihi kapasitas sehingga membuat air terbuang sia-sia begitu saja.
            Pada saat itu, Ninda, nama temanku, berinisiatif untuk menambal kran air itu setelah menacabut pembangkit listrik sehingga penampung tidak lagi mengeluarkan air belebihan lagi. Saat itu ia sendirian. Setelah dicabut pembangkit listriknya, dia mengambil ember dan menengadahkannya di bawah kran air yang bocor. Ia kemudian mengambil air wudhu lalu shalat Duha yang kuyakin tidak terlalu khusuk karena di pikirannya ada sebuah keresahan: kran air yang terus menyeburkan isinya sia-sia.
Temanku yang berbadan munyil ini lalu mengambil solatip dan karet gelang dari lemari yang berada di mushola, setelah ia selesai shalat. Beruntung ia adalah anggota Rohis di sekolah ini, sehingga ia tahu apa-apa yang ada di mushola, termasuk solatip dan karet gelang tersebut. Setelah itu ia memberanikan diri untuk menambal kran air itu sampai seragamnya basah semua. Ia bekerja keras sendirian.
            “Kan sayang airnya, bisa buat wudhu orang lain,” katanya ketika kutanya, ketika kami bertemu dan aku mendengarkan ceritanya ini.
Ini adalah foto tempat wudhu tersebut. Dulu aku satu sekolah dengan Ninda, jika aku melihatnya menambal air kran yang bocor sendirian seperti di cerita, aku pasti membantu.



            Setelah pekerjaannya itu selesai, setelah basah-basahan, ia kembali ke kelasnya. Ia melewati kantin dan ibu kantin curiga dengan keadaan Ninda yang basah-basah seperti itu.
            “Ninda ngompol, ya?” tanya ibu kantin bergurau.
            Ninda hanya menjawabnya dengan senyum manisnya, di sisi lain ia bingung harus bagaimana menjelaskan.
            Selepas ia kembali ke kelas dan jam istirahat kedua tak lama kemudian berbunyi, ia kembali ke mushola untuk shalat Duhur berjamaah. Kali ini ia tidak sendiri, ada banyak murid lainnya untuk mengambil air wudhu di sana. Di antara banyaknya murid lain, ia melihat pekerjaannya masih utuh di sana, di kran air yang tadinya bocor itu.       
            Akhirnya setelah beberapa hari kemudian, kran air bocor itu diganti dengan yang baru setelah ditambal Ninda dengan solatip dan karet gelang ala kadarnya.
            “Aku senang jika hasil kerjaanku ada manfaatnya.” Demikian Ninda.

sang narasumber, Ninda Evani.



Nb: Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi menulis cerita pengalaman terhadap peduli air Jakarta bersama PDAM DKI Jakarta dan Fiksimini.

Profil singkat penulis:


Nama: Afsokhi Abdulloh
Alamat: Jl. Kebon Jeruk 14, No. 30A RT/RW 001/08, Maphar, Tamansari, Jakarta Barat
TTL: Cilacap, 16 November 1998
Email:
afsokhinaga@gmail.com
Nomor ponsel: 08978754632