Aku tidak habis pikir apa
yang ada di dalam kepala Sir Arthur Conan Doyle ketika menciptakan Sherlock
Holmes. Tokoh fiktif ini begitu sangat hidup, dengan sifat khasnya yang membuat
siapa saja akan mudah mengingatnya. Hidup Holmes seperti hanya diciptakan untuk
memecahkan kasus-kasus yang sulit. Bahkan katanya, jika tidak memecahkan kasus,
otaknya tidak akan pernah puas.
Otakku tidak puas dengan berdiam diri. Beri aku masalah, beri aku pekerjaan, beri aku sandi yang paling rumit, atau analisis yang paling berbelit-belit, dan aku akan kembali menjadi diriku yang semula.
Novel ini dibuka dengan
percakapan ringan Holmes dengan Watson. Di mana mereka juga sempat menyinggung Penelusuran Benang Merah yang pada
cerita tersebut memang benar-benar dibuat novel.
“Aku membacanya sekilas. Sejujurnya aku tidak bisa memberimu pujian untuk itu.”
Begitulah kata Holmes
kepada Watson yang sudah mengabadikan salah satu pemecahan kasusnya.
Pada bab pertama hanya
berisi percakapan-percakapan ringan antara Holmes dengan Watson hingga akhirnya
tiba dimana Watson mengetes deduksi Holmes yang menurutnya masih di luar nalar.
Dan Holmes menunjukkan
deduksinya dengan arloji yang diberikan Watson. Dari jam tersebut, Holmes bisa
tahu siapa pemilik sebelumnya hingga pada kesimpulan: ‘Kakakmu sering mendapat kesulitan keuangan’ hanya dengan mengamati
sebuah arloji!
Dan ya, pemikiran
Holmes memang luar biasa.
Misteri muncul
bersamaan dengan seorang wanita yang datang ke tempat Holmes. Wanita itu
meminta Holmes untuk memecahkan kasus ayahnya yang telah hilang—yang ternyata
mempunyai kaitan dengan masa lalu yang membuat maut selalu mengincarnya.
Semuanya mengerecut pada sebuah harta dan pengkhianatan.
Sebenarnya setiap
cerita kasus Sherlock Holmes hampir memiliki kesamaan. Ia akan mencari petunjuk
dan fakta-fakta untuk memecahkan kasus dengan pengamatan dan pemikirannya yang
luar biasa. Tidak perlu waktu lama bagi Holmes untuk menemukan fakta dan
ciri-ciri pelakunya dalam kasus ini.
Di sini, sialnya Holmes
bertemu dengan detektif kepolisian yang membuat langkah yang salah. Akhirnya
Holmes memecahkan kasus ini tanpa bantuan polisi.
Serunya di novel ini
kita akan menemukan adegan laga yang tidak biasa. Menegaskan bahwa Holmes tidak
hanya detektif yang ‘hanya bisa berpikir’ dalam memecahkan masalah. Ia bahkan
memburu langsung mangsanya!
Ada kemungkinan kita memerlukan pistol pada saat tiba di sarang mereka (….) tapi kalau rekannya melawan, aku akan menembaknya hingga mati.
Novel ini ‘dibawa’ oleh
narasi Dr Watson yang selalu bersama Holmes. Menurutku itu seakan Watson adalah
juru kamera Holmes yang menyorot gerak-gerik hingga emosi Holmes dengan sangat
dekat. Narasi seperti ini sukses membuatku menikmati bab demi bab, adegan demi
adegan.
Kau
benar-benar seperti mesin—mesin yang penuh perhitungan. Terkadang sikapmu
sangat tidak manusiawi. – Dr. Watson kepada Holmes.