BELAJAR DARI SEEKOR LALAT

Donat teronggok di atas motor yang terparkir siang hari dekat sebuah pasar. Donat yang bertabur meses cokelat dan ada gigitan di salah satu bagiannya. Terlihat gigitan itu dibuat oleh gigi manusia, bukan hewan.

Lalat segera mengerumini donat itu. Lama kelamaan, lalat semakin banyak saja seperti musim kampanye di jalan. Tak jauh dari situ, ada got yang hitam legam, ada taik kucing dan tikus got yang mengambang. Bacin.

''Makanan, padahal itu makanan, kenapa dibuang begitu saja?'' kata seekor lalat mengamati seonggok donat yang dikerumuni oleh kawanannya. Ia sendiri berada dekat tong sampah yang masih bersih, agak jauh dari kawanannya yang mungkin sedang kelaparan.

''Saban hari..., ada saja makanan yang dibuang. Entah di jalanan, tong sampah, di mana-mana.

''Apa manusia itu tidak suka makanan? Bah, mana mungkin. Di suatu tempat tidak jauh dari sini saja banyak manusia kelaparan, tidak ada makanan untuk dimakan. Sedang di sini makanan dibuang.

''Sebenarnya tidak hanya donat saja. Di hari sebelum ini, kadangkala ada burger, roti, buah, lauk, nasi, banyak sekali. Entah aku harus senang atau sedih. Sebagai seekor lalat, jika ada makanan yang dibuang, aku makan itu makanan. Tapi, memang tidak tahu diri manusia itu. Kalau mereka tidak makan, mana bisa hidup bukan?''

Kemudian, lalat itu tertawa kecil. Mengaggumi apa yang telah ia katakan tadi. Lalu ia pergi, sayapnya dikepakkan sangat cepat, melesat dan gaib entah ke mana, hilang.***


Pinangsia
26 Mei 2015 menjelang UKK
Comments
1 Comments

1 komentar:

begitulah manusia. hobi buang makanan, padahal diluar sana banyak yang susah mau makan aja~

Reply

Posting Komentar