Keesokan
harinya adalah hari pulang saya ke Jakarta. Pagi tadi alaram hape saya berbunyi
kencang, beberapa kali memang, tapi saya matikan lagi dan lagi. Dan tepat jam 6
saya baru bangun. Yang lain sudah siap dan rapi dengan pakaiannya masing-masing.
Ah, saya akan tertinggal! Cepat saya mandi, siap-siap, dan diantar ke stasiun
Tugu Yogyakarta.
Ketika saya akan pulang. Mas Reza berceletuk, " Sokhi, nulis yang bener luh!" Begitu, dan masih terngiang di kepala saya sampai saat ini. Dan juga terima kasih untuk Mas Rey yang sudah memberi oleh-oleh berupa bukunya: Mendayung Impian, tunggu resensinya yah, Mas~
Kereta
Bogowonto dua jam lagi akan berangkat, saya masih bertahan di tempat tunggu
stasiun. Saya habiskan dua jam itu dengan bermain twitter, ramai para peserta
KF emas saling mention, termasuk saya juga sih.
Tak
terasa kereta sebentar lagi datang, sempat saya lihat ada orang yang membawa
kardus yang sama dengan saya, ah, pasti anak KF nih, batin saya. Dia naik
kereta yang sama dengan saya, namun berbeda gerbong, udah, gitu aja.
Di
kereta, saya habiskan di restorasi, memesan ayam goreng dan nasi dan air putih
dan kopi. Menikmati pemandangan yang hadir di depan mata dan sambil menikmati
lagu-lagu ost Kiseijuu. Uhuy.
***
Saya
sampai di Jakarta (tepatnya di kosan) malam jam setengah 7 lewat. Besok
sekolah? Oh tidak, ditambah lagi seragam yang belum saya cuci dan nggak enak
badan juga. Dan alhasil, keesokan harinya, saya kesiangan.
Hari
Rabunya baru saya masuk. Teman-teman di kelas sudah siap saya bagikan oleh-oleh
dan segera ludes begitu saja, semoga berkesan yah, teman ^_^
Btw, ini sekolah saya ^_^
Selepas
itu, saya menuju ruangan Pak Simon (disuruh teman), guru produktif saya yang
sangat perhatian ini menceramahin saya kerena tidak memberitahu bahwa saya
pergi ke Yogyakarta kepadanya. Semua ada prosedurnya, bla, bla, bla…, kata
beliau dengan kental logat bataknya. Saya hanya mendengar dan sedikit
menyanggah apa yang beliau katakana jika kurang berkenan di hati saya.
Selesai
itu, saya menuju ruang Bu Sri, wali murid yang sangat aktif. Saya disuruh Bu
Sri menceritakan apa-apa yang terjadi kemarin di Yogyakarta. Beliau mendengar
dengan antusias, dan beberapa kali berdecak kagum.
“Wah
hebat kamu, Sokhi.”
“Berani
banget sendirian.”
“Kamu
orangnya pendiem, tapi tau-tau pinter juga kamu yah.”
Bla
bla bla bla…
Dan
ternyata Bu Sri ini juga suka dengan tulis-menulis, beliau sendiri sudah
mempunyai buku. Wow, saya kagum. Dan beliau memberitahu saya bahwa kalau ada
perlombaan tentang tulis-menulis maka saya yang akan mendapatkan jatah untuk
ikut serta dan mewakili sekolah.
Akhirnya,
setelah sekian waktu bersua dengan para orang-orang hebat yang menggeluti dunia
kepenulisan di Kampus Fiksi Emas, saya berasa mendapatkan cabukan agar saya
sendiri bisa menjadi seperti mereka. Saya tahu, itu semua tidak mudah,
dibutuhkan banyak membaca, belajar, pengalaman, bargaul, dan seterusnya.
Susah
memang dijelaskan kenapa saya mau jauh-jauh ke Yogyakarta sendiri modal nekat.
Yang saya tahu, saya mendapatkan kepuasan batin yang tidak bisa diutarakan
dengan apa-pun.
Tambahan:
Ini buku yang saya dapat, gratis dari Kampus Fiksi Emas, harus bikin jadwal nih buat selesaian buku sebanyak ini *.*9
Ketika penumpang di depan kita pergi :3