CINTA ITU MENYESATKAN


Cinta itu menyesatkan, Sayang, jadi jangan bermain-main dengannya. Aku bilang begini bukan tanpa alasan dan/atau tetek bengek lainnya. Aku bilang begini memang benar-benar nyata. Ini nyata, lho ya!

Dengar.

Apa kau lupa? Kita bahkan tersesat karena cinta. Aduh, kau pasti lupa, kan? Maka untuk mengingatkan kembali, kuceritakan sahaja ya. Semoga cerita ini bisa membuka batok kepalamu agar faham benar bahwa cinta itu menyesatkan.

Sudah siap? Belum? Baiklah, siap tidak siap kuceritakan sahaja lah. Hm, sebentar, kuseruput kopiku terlebih dulu yah, biar tak mengantuk di tengah cerita kelak.

Baiklah, tetap duduk di sana, dan dengar dengan seksama ceritaku ini. Cerita tentang kita!

Kala itu kita hanya orang asing. Kemudian bertemu karena kebetulan belaka. Dari kebetulan itu, tumbuhlah bentol-bentol di hatiku. Bentol-bentol itu semakin banyak dan menyeruak. Kau tahu apa bentol-bentol itu? Yeah! Itu benih cinta!

Bagaimana tidak dengan mudah aku cinta padamu, Sayang? Bersamamu aku begitu nyaman. Kau seolah bantal guling yang selalu kuidamkan di setiap malam. Maksudku, di setiap malam aku memeluk bantal guling dan membayangkan bantal guling itu seorang perempuan yang kuidamkan. Dan bantal guling itu, kuyakin, ternyata, adalah kau!

Siapa lelaki di dunia ini yang tidak senang jika telah menemukan bantal gulingnya? Semua lelaki akan senang!

Begitulah. Aku nyaman. Kau bisa membuat ramai suasana, walau hanya ada kita berdua. Kau seperti membawa banyak nyawa, dan nyawa itu kaulepaskan ketika kita berdua. Nyawa-nyawa itu menemani kita. Nyawa-nyawa itu yang membuat kita selalu tertawa. Mereka selalu menghibur kita di setiap pertemuan.

Sebelumnya, aku adalah lelaki yang larut dalam sepi. Ibarat laut, sepiku sudah sampai di kedalaman yang paling dalam. Sepi yang paling sepi! Yang paling hitam dan gelap!

Kau pasti pernah melihat relung laut paling dalam kan? Setidaknya di televisi kan? Begitulah gambaran sepiku. Begitu parahnya.

Kemudian kau datang, kau seolah putri duyung yang berenang tanpa arah ke kedalaman laut. Putri duyung yang frustasi barangkali?

Di perjalananmu, kau menemukan lelaki kurus kering sedang sendirian. Tatapan lelaki itu kosong. Kau mendekat dan berkata, ''Sedang apa?'' aku menjawab sedang menunggumu.

Itu jawaban spontan saja. Tapi kadang yang spontan yang paling jujur di antara yang jujur.

Kurasa, kita jangan percaya dengan perkataan orang jika mereka ditanya tapi menjawabnya lama. Harus spontan! Jawaban spontan adalah jawaban jujur!

''Menungguku?'' katamu sang putri duyung.
''Yah, menunggumu.''

Karena belas kasihan, kau membawaku ke permukaan air. Kau membawaku ke tepi laut, membaringkanku begitu saja.

Oh.. Aku semakin larut jadinya.

Yang jelas kau perempuan, Sayangku, bukan putri duyung. Putri duyung juga perempuan kan? Ah sudahlah, bikin pusing saja! Pokoknya ya begitu itu.

Nah, jadi, di mana letak cinta itu menyesatkan yang aku katakan di muka?

Kau pasti bertanya seperti itu kan? Iya kan?! Jawab saja iya! Jangan diam melulu!

Nah, setelah kita lama berkenalan dan bentol-bentol di hatiku kian penuh. Datanglah masalah.

Masalah itu datang dari arah mana saja dan berupa macamnya.

Kau masih ingat ketika aku cemburu dan ingin segera membunuhmu? Kau harus ingat itu!

Kala itu, kalau aku tidak salah lihat, wajahmu panik. Wajahmu merah padam, otot-otot di keningmu menjadi sebesar cacing tanah besar-besar. Matamu hampir saja melorot keluar.

''Jangan lakukan itu. Kau salah paham!'' katamu. Sedang tanganku sudah mencekik lehermu kuat, tangan yang lain membawa sebuah golok. Tajam.

''Jika kau ulangi lagi, mati kau!'' kataku.

Ketahuilah, Sayang, cemburu yang hebat berbanding lurus dengan cinta yang hebat. Menurutku begitu. Kalau ada yang berbeda pendapat, mari kita rundingkan di meja dingin rumahku. Akan kusajikan kue kering dan kopi hangat untuknya.

Nah, Sayang, cinta itu menyesatkan, bukan?

Ah iya, bukan hanya peristiwa di atas yang hampir merengut nyawamu saja. Aku bahkan masih ingat ketika aku ingin membakar hidup-hidup tubuhmu, apalagi kalau bukan karena cemburu. Aku ini pencemburu ya? Memang.

Aku tak mau menceritakan yang kedua itu. Kurasa, nanti kalau ada yang menguping dari pembicaraan kita ini, dia bergidik dan kabur tunggang-langgang.

Jadi, cinta itu menyesatkan, bukan? Ia bisa membuat orang seperti hewan. Dan kau harus tahu tentang perkara ini. Setiap tubuh manusia ada hewannya. Hewan itu bermacam-macam. Ada yang beruang, macan, kucing, kelinci, banyak.

Kalau aku, kucing. Aku bisa melihat hewan kucing di tubuhku ketika aku benar-benar marah. Aku merasakan diriku adalah kucing liar. Kucing paling liar!

Darahku mendidih, mataku memerah dan kurasakan hanya dengan sorot tajam mataku saja, aku bisa menebas lehermu itu.

Ah, sudahlah. Aku selesaikan saja ya ceritanya?

Hei, kamu tidur ya?

Ini sudah selesai...!

Hei!

Hei!

Hei!!!

Tolongggg! Tolonnngg! Toloong!

*

Di antara teriakan serak tolong lelaki itu, tergeletak perempuan yang bersimbah darah. Rumah gubuk itu bisu. Tempatnya ada di pinggir sawah. Jarang ada orang lewat. Di dalamnya hanya ada dua manusia. Yang satu mati, yang satu lagi gila karena telah membunuh yang mati. Kemudian hujan lebat. Petir menyambar. Tak ada orang datang. Hari sudah malam. Nyamuk berpesta.

Di saat seperti ini, si lelaki malah berahi. Ia menyetubuhi mayat yang mati. Mayat yang masih seorang gadis. Mayat yang diberi cerita-cerita tololnya barusan.

''Aku adalah kucing liar...!'' gumam lelaki itu di tengah-tengah orgasmenya yang, kau tahu? Amat gila!***

Bayoran, 12 Mei 2016, kelaparan
Comments
0 Comments

Posting Komentar