Foto: Kak Riky.
Tampak ruangan di lantai dasar masjid Baitul Ilmi’ penuh.
Ada banyak orang yang terlihat sedang bercakap-cakap di dekat pintu masuk, dan
beberapa lagi sudah memenuhi kursi-kursi yang disediakan
di dalam.
Sudah jam 8 pagi lewat. Seharusnya acara ini mulai pada pukul
8 pas.
Kalau nggak ada ini bisa kesasar saya. Sumber: Afsokhi.
Saya dan teman saya, Fitria, lantas berjalan ke pintu masuk.
Kami berpisah ketika regrestrasi, saya di tempat ikhwan
(cowok) dan dia akhwat
(cewek) ya, begitu.
Di bagian ikhwan tidak terlalu antre, sedangkan akhwat antre
agak panjang. Setelah tandatangan di samping nama saya yang sudah diprint dan
dimi-crosoftexcel-kan, segera saya masuk ke dalam. Terlihat ada seperti
harapan-harapan yang dituliskan dan ditempel di dinding, namun saya tidak
ikutan. Kalau pun ikutan, saya akan menulis begini: SEMOGA APA YANG DISEMOGA-MOGAKAN DI SINI BUKAN HANYA SEMOGA, MELAINKAN
SUATU AKSI NYATA. DAN JUGA BUKAN SEKEDAR
TULISAN YANG DITULIS DI ATAS KERTAS DENGAN TINTA SEMATA.
Begini suasananya. Sumber: Twitter
Ini hanya sebagian kecil. Sumber: Twitter
Saya melihat bangku kosong, banyak. Lalu saya memilih
bangku seenaknya. Terlihat di depan saya ada rombongan memakai baju batik,
kebetulan juga di samping salah satu dari mereka, ada bangku yang kosong.
“Boleh gabung, Kak?” pinta saya setelah mencoleknya agak
keras.
“Oh…, iyah, iyah, boleh, silakan.” Orang yang saya colek
tersenyum ramah.
Lantas saya berpindah tempat
di sampingya.
“Dari mana, Kak?” tanyanya membuka pembicaraan, saya baru
saja membenarkan tempat duduk saya.
“SMK N 11 Jakarta,” jawab saya, hemat.
“Oh…, di mana tuh?”
“Kota.”
Basa-basi dimulai. Dan perlu kamu tahu, saya, jujur,
paling tidak bisa dengan basa-basi.
Tak lama dari itu, kami dipindahkan ke bangku yang kosong
agak di depan sana oleh arahan panitia. Kami pindah, diikuti juga dengan
rombongan ikhwan yang baru saya tahu namanya: Riky
dari Cipayung dan dia anak IT ternyata.
Di bangku Ikhwan. Sumber: Twitter
Sejurus kemudian, saya berkenalan dengan semua rombongan
itu. Aduh, saya lupa nama mereka. Kan kalau kenalan
pasti salaman-tangan sembari
mengucapkan nama, dan itu saya hanya fokus memberikan nama saya dan tak fokus
mendengarkan nama mereka. Jahat!
“Sokhi.”
“Sokhi.”
“Sokhi.”
Sampai kira-kira ada enam kali
seperti itu.
Acara belum dimulai-mulai juga. Kanan, kiri, belakang,
depan, semua orang mengobrol. Melihat keadaan demikan, saya lanjutkan basa-basi
yang tertunda dengaan Kak Riky yang ternyata sudah kelas 3, dia sudah UN
ternyata.
Kami saling bertukar tanya dan jawab. Sampai-sampai
sehabis acara, teman saya, Fitria, menebak bahwa saya dan anak kelas 3 itu
sudah kenal lama. Tapi sebenarnya tidak, padahal baru kenal tadi, ya, tadi.
Tak lama setelah itu, acara dimulai dengan nasyid. Keren
juga, menarik.
“Kayaknya sudah sering tampil nih.” Celetuk saya. Dan Kak Riky
yang mendengar pun tertawa kecil. Apa yang lucu coba? (-_-)”
Selanjutnya, ada pembawa acara masuk. Namanya Kak Fajrul,
perawakannya agak gemuk, dan kalau saya timbang-timbang dan bandingkan dengan
mc-mc yang sering saya jumpai. Kak Fajrul ini kurang jam terbang. Kata-katanya
banyak yang mengambang. Tapi, tak masalah bagi saya, tetap seru!
Btw, kalian tahu? Saya sedang ikut acara apa? Hahaha…
Jadi, saya ini sedang mengikuti acara KAPMI NASIONAL yang
diadakan di Kuningan Jakarta. Acara ini dihadiri oleh -/+ 500 pelajar
se-Jakarta dan ditambah Tanggerang.
Sambutan. Sumber: Twitter
Pada intinya, acara ini sama halnya dengan seminar.
Pembicaranya itu lho, keren-keren. Kalian tahu Dick Doang? Ibu Retno? Pak Imam?
Pak Yaya?
Ya, merekalah pembicara-pembiacaranya, akan saya pisahkan
hasil dari talk-shownya, sekarang saya mau cerita dulu. Ngga apa-apa kan?
Oke, gimana? Lanjut? Ayok!
Jam 12 siang lewat sedikit, kami sholat Duhur di masjid
ini yang ternyata berada di lantai 3, kalau lantai dasar-ini mungkin sengaja digunakan sebagai aula.
Saya beranjak dari bangku lalu keluar ruangan. Naik ke
lantai 3 lalu
wudhu. Sempat saya muter-muter tidak jelas karena kehilangan arah. Bayangkan,
banyak sekali pintu, namun pintu itu tidak bisa terbuka, hanya ada satu-dua
saja.
Menara masjidnya. Sumber: Afsokhi
Foto dari lantai tiga masjid. Sumber: Afsokhi
Ngeriii....
Saya seperti salah
satu dari rombongan Kak
Riky, mereka orang-orangnya welcome banget ternyata. Sudah seperti sudah kenal
lama saja kami ni.
Selepas
sholat, kami bermain di depan masjid yang juga banyak stand-stand yang
menawarkan makanan, minuman, baground foto, formulir anggota KAPMI, suasana
ramai.
Kembali
Fitria sms saya, “Ikutan KAMPMI yuk. Formulirnya udah di aku.”
Membaca
itu, saya menimbang-nimbang. Ikut nggak yaa?
Kalau
dipikir-pikir, nggak ada ruginya sih, hanya saja, takut tidak bisa membagi
waktu nantinya. Kerena itu, saya bermain ke stand dari pengrekrutan KAPMI. Ada
dua meja dan empat kursi. Saya mendekati mereka yang saya taksir pasti anggota
KAMPI. Saya bertanya kepada salah satu dari mereka.
“Formulir
KAMPMI yah, Kak?”
“Iyah,
mau ikut KAPMI?” Jawab yang ditanya dengan tanya.
“Hem…,
KAPMI itu ngapain aja, Kak?” Jiwa kewartawanan saya keluar.
“KAPMI
itu kegiatanya dinamis sih, ya. Setiap Minggunya kami ada rapat. Kami juga ada
namanya anggota yang pasif dan aktif. Kegiatan yang paling ekstrim sih kita
ikut demo, gitu.”
Saya
tercekak, demo? Saya tidak pernah demo.
“Siap-siap
nanti nginep di masjid.” Celetuk yang lain dan disusul tawa, “bercanda, bercanda….”
Gokil
juga mereka.
Saya
kembali menimbang-nimbang. Sms dari Fitria tidak saya bahas. Hem.., apa
salahnya kalau dicoba. Kata Firda, teman saya yang sudah menjadi anggota dan
baru saya tahu tadi berkata, “Ikutan aja, dijamin jadi tambah pinter,” katanya
meyakinkan ketika saya temui bersama teman-temannya.
Oke,
saya ikut!
Saya
mengisi formulir. Di sana ada hoby, dan satu yang cukup menarik. Alasan kenapa
ikut KAPMI. Saya tuliskan saja seperti ini, “Karena
saya ingin menambah ilmu keagamaan, mendapatkan teman, bersilaturahim dengan
mereka. Mendapatkan pendidikan kepemimpinan. Dan ingin ikut ambil andil dalam
visi CERDAS BERMORAL”
Ketika dari KAPMI mempromosikan. Sumber: Afsokhi
Dan
yeah. Formulir sudah penuh saya isi. Tunggu kedepannya. 0.09
Fitria
mencari saya, bertanya tentang formulir lewat sms. Saya jawab saja, kalau saya
sudah isi langsung di standnya dan sudah dikumpulkan juga.
***
Saya kembali ke tempat awal. Acara sudah dimulai kembali,
kali ini ada pembagian hadiah. Yang pertama untuk para penannya ketika sesi
talk show, dan selanjutnya syal Palestina akan dibagikan kepada mereka yang mau
maju ke depan dan menyeruakan tentang kemerdekaan Palestina juga berkaitan
dengan Indonesia.
Teman saya, Fitria sms, “Ngiler syalnya…,” begitu katanya. Dan benar saja, dia maju ke
depan dan berorasi tanpa babibu, padahal, belum dipanggil.
(-_-)/
Dalam hati saya bicara, “Ya Allah, ini anak berani banget.
Nggak malu apa? Nggak takut disorakin apa? Emang nekat emang nih anak.”
Dia berorasi dengan suara yang terbata-bata, pesannya pun
tidak terlalu nyambung dan sulit dipahami. *maaf yah, emang gitu kok :p*
Sebenarnya saya mau maju tadi, tapi ada aja rasa takut
bergelayutan di dada. Padahal pantat saya sudah naik 1 cm dari kursi. Maju
untuk mendapatkan syalnya dan memberikan kepada Fitria. *cie…*
Btw, ini yang namanya Fitria Ulfah itu ~>
Salud deh buat, dia. Buat saya mana?
Tampak dia senang sekali mendapatkan syal itu. Dan entah kenapa tak lama kemudian dia sms saya mengajak untuk pulang. Kenapa yah
kira-kira? Padahal acara belum usai.
***
Akhirnya acara usai juga, kami (saya dan Fitria) pulang dengan naik busway. Saya bertemu lagi dengan
teman-teman rombongannya Kak Riky di halte busway, dan di situlah kami berpisah. Semoga
mereka mengingat saya ketika kami berjumpa di lain waktu, aamiin.
Ngantre di halte Kuningan. Sumber: Afsokhi
Saya dan Fitria masuk busway ke
arah Grogol, berdiri di dekat pintu yang tidak untuk dibuka. Dia
tampak lelah, dan tak lama kemudian, ada bangku kosong, dan dia duduk
lesehan di bawah.
Kami sampai Grogol cuaca mendung. Fitria haus, dan saya
pegel-pegel. Kami putuskan untuk membeli air mineral dan beberapa jajalan yang
tersedia di samping halte. Kemudian kami duduk di bangku yang disediakan halte. Sambil memakan gorengan dan otak-otak.
Tak lama dan makanan belum tandas, hujan turun deras, deras sekali. Tapi saya tetap
hangat, sebab sekarang saya di samping dia. Ciat-ciat-ciat!
And
then, hujan berhenti,
menimbulkan genangan dan ada buliran air yang nyaris turun ke tanah di mahkota
daun. Langit Jakarta masih mendung, namun cuaca agak cerah
sesuai mestinya, sudah jam 3 sore.
Kami turun di Kota, saya menunggu dia naik busway ke arah
Bandengan. Dan setelah itu, saya bertolak ke halte Manggabesar.
Hari yang indah. Hari ini saya mendapatkan pelajaran dan
banyak hal. Mulai dari teman, ilmu, iman, dan cinta yang benar-benar. Idihhh…
Afsokhi
Abdullah
Kosan,
06 Mei 2015
Tambahan:
Bus yang dipakai peserta KAPMI Tanggerang.
Batas Wilayah.
CERDAS BERMORAL!
BERSAMBUNG ~