Jum'at di depan sanggar.
Sebuah pagi yang indah pada Sabtu 9 Mei 2015. Pada hari
dan pagi itu juga saya mengikuti kegiatan ‘Clean Indonesia Campaign’ yang berkerja sama dengan Pramuka pilihan se-DKI dan
kedutaan Korea.
Sehabis berlari dari Lapangan Banteng untuk ‘ambil’ nilai
olahraga, segera saya bertolak ke Monas. Bersama keempat teman saya: Meyla,
Ely, Edelyn dan Selvi, kami sampai di Monas jam setengah 9. Padahal acara ini
sebenarnya dimulai jam 7 pagi tadi. Tapi ya sudahlah, acara juga belum dimulai
juga…, jadi ya slo wis.
Ketika saya ingin masuk ke dalam acara tersebut, ada
penjagaan. Mereka panjaga melihat saya yang mengenakan tas, baju bola
putih dan celana pendek. Penjaga itu
mengibaskan tangannya seperti mengusir, ia agak jauh dari tempat saya
berjalan.
Tak saya hiraukan pengusiran itu, wong saya peserta dalam
acara ini kok. Oh iya, btw keempat teman saya itu tertinggal jauh di belakang
sana.
Penjaga baru sadar ketika saya menjengguk Pak Adi di
belakang barisan yang sedang dibariskan. Saya dikasih baju oleh Pak Adi yang
gendut itu. Bajunya lumayan keren menurut saya. Berwarna putih, ada aksara
Koreanya beserta bendera negara Indonesia-Korea di masing-masing
dada kanan-kiri.
Cepat
saya kenakan itu baju, juga tak
lupa saya mengganti celana panjang. Selepas itu, saya masuk dalam barisan.
Begitu pun keempat teman saya yang tak lama sampai di tempat setelah saya
baris.
Oh iya, hanya ngasih info saja nih ya…, bahwasanya saya
ini orang yang kalau berjalan tidak bisa lambat, harus cepat, kecuali kalau
jalan sama do’i. ciat!
Di
dalam barisan, saya menemukan wajah-wajah lama. Seperti Kak Sogi, Kak Riyan,
Sule, Kak Kus, dan beberapa wajah lagi yang sering saya lihat tapi tak tahu
namanya :3 *sedih*
Monas ketika itu.
Nah, upacara pembukaan sudah dibuka oleh mc yang menggunakan bahasa Indonesia
tapi dengan aksen Korea. Wah, pokoknya susah digambarkan.
Jadi gini, mc
tersebut adalah orang Korea. Udah tua juga sih, lebih tepatnya aki-aki lah
gitu. Dia menggunakan bahasa Indonesia kok ya terbalik-balik. Logatnya pun
begitu. Membuat saya tidak bisa untuk tidak tertawa. Tapi untuk menghargai, pastinya saya tidak tertawa ketika itu juga, namun saya
tahan.
Cuaca pagi ini panas. Upacara masih berjalan. Ada
sambutan dari Dinas Kerbersihan, dari Kedubes Korea dan lain-lain. Ya
selayaknya acara pada umumnya….
Yang masuk di kepala saya cuma bagini.
Ternyata kemerdekaan Indonesia-Korea tidak berjarak jauh.
Cuma 2 hari, ya 2 hari. Namun kemajuan negaranya jelas lebih maju Korea. Apalagi operasi kreseknya yo kan?
Nah, kerena itu, ada kata-kata yang saya dengar, begini:
mari kita balap Korea. Ya seperti itu.
Setelah upacara usai. Kami foto bersama. Dan mendapatkan
(satu orang) satu karung
plastic transparan, lalu kaus tangan dari plastik, ‘cidukan’ buat ambil sampah
dan minuman bulir jeruk yang ternama itu…
Menurut saya, di sinilah acara intinya. Yaitu
bersih-bersih monas. Kami memulai kira-kira jam 9 lewat sedikit dan berdasarkan
intruksi, kami
akan berkumpul kembali jam 10 pas.
Kami berpencar mencari sampah. Saya dapati sampah-sampah
berupa putung rokok, sampah plastik botol mineral, permen, bahkan saya temukan
gembok yang berlabel kepolisian yang dibuka paksa, juga ada baju. Wow.
Asyik saya memungut sampah. Lalu apa kabar dengan keempat
teman saya itu?
Karung mereka terlihat masih agak kosong, setengahnya pun
tidak terisi. Yang ada di karung mereka terlihat juga hanya putung rokok, daun
kering, ranting, dan beberapa sampah plastik bercampur pasir.
Keempat teman saya yang gokil :3
“Kok daun ikut diambil? Itu kan bukan sampah, itu bisa
jadi pupuk alami,” kata saya pada Edeline yang meyoritas isi karungnya daun
kering dan pasir.
Dia diam, melongo, dan tak lama kemudian hanya tertawa.
“Oh iya….”
Bla bla bla bla…
Sudah setengah jalan. Karung saya sedikit lagi bakalan
penuh. Ketika saya di depan pos satpam, saya menemukan sampah yang tidak biasa.
Waktu itu saya melihat samar-samar botol air putih mineral bermerk terkenal di
Indonesia. Botol itu berada di semak-semak tanaman. Saya ambil dengan cadukan
lumayan sulit, tadinya ingin saya ambil dengan tangan langsung, tapi saya coba
sekali lagi dengan cidukan e ternyata bisa…
Dan ketika saya masukan ke kerung, isinya ternyata air
kencing!!!!
Ya, terlihat warna kuning keoren-oren agak kental di
sana. Dan jelas itu adalah air kencing! Oke. Untung tidak saya ambil pakai
tangan, kalau iya? Bisa berabe nantinye…
Sudah jam 10, kini kami berkumpul di tempat yang sama
ketika upacara tadi. Cuaca sedikit agak tidak terlalu panas, ada mendung di
sekitaran monas. Kami istirahat. Kami dikasih minum lagi, dikasih bolu dan
stiker.
Lalu kami berenam: saya, Selvi, Ely, Edeline, Meyla dan
Pak Adi duduk di bawah pohon rindang. Ada sesi foto-foto juga antara kami dan
menjadikan Pak Adi juru kameranya. Padahal Pak Adi ini adalah Pembina kami
lho…, beliau memang baik hati dan tidak sombong, pantas selalu tumbuh-kembang
sedemikian jadinya…
Ketika kami melepas lelah juga
dengan yang lain namun berbeda
rombongan, tiba-tiba datang Ondel-Ondel tanpa diundang dan memang datang begitu
saja di muka kami. Meyla yang takut dengan Ondel-Ondel sejak lahir sontak ngibrit dan lari dari tempat duduknya.
Tapi pelariannya tidak mulus, dia menabrak saya, menabrak
Ely dan menabrak apa saja di sekitarnya. Alhasil saya mendapat tendangan dari
kaki Ely. Brak! Wuah, lumayan sih,
tapi tak apa kok.
Meyla memang begitu orangnya.
Orang-orang yang melihat tingkah Meyla menggelak tawa.
Kwkwkwkw….
Eh, kebalik, wkwkwkw….
Lalu, kemudian, and then, kami ingin berfoto dengan orang Korea. Ya, di sini
memang ada orang Korea, cowok jug cewek. Kan pokoknya ciri-ciri orang Korea tuh matanya sipit,
kulitnya putih dan rambutnya ngembang agak pirang.
Dan kebetulan di antara kami ada yang maniak banget sama
Korea. Dia adalah Selvi. Kerena itu, Selvi-lah yang akan mengajak orang Korea
itu
untuk berfoto dengan kami
dengan
ajakan diksi Koreanya yang seadanya.
Kami melihat Selvi beraksi mendatangi cowok Korea itu.
Dan yeah. Akhirnya kami foto bersama cowok Korea. Fotonya sama Pak Adi sih,
saya tidak ambil gambar ketika itu. Huhuhu….
Nah, setelah acara benar-benar selesai yang ditutup
dengan acara foto-foto, akhirnya kami pulang. Sebelum pulang kami mendapatkan
uang yang tak disangka-sangka sejumlah Rp 50.000,-
Bolunya,,,
Alhamdulilah….
Kemudian kami pulang ke rumah masing-masing deh.
Harapan saya untuk acara ini adalah begini, setidaknya
acara ini menghabiskan banyak biaya. Menghadirkan orang-orang penting juga.
Jadi, semoga saja acara ini bukan hanya ceremony saja. Melainkan ada
implementasi dan kesinambungan ke depannya.
Selvi dan Edeline dari belakang.
Bukan hanya memanfaatkan kami-kami para peserta hanya
sebagai pelengkap agenda kerjamu dan
dijadikan laporan ke atasanmu. Dan pokoknya begitu deh. Ngerti kan?
Sip
See you next time
^,^~
Tambahan:
Monas agak sepi yo,,,
Sepanjang perjalanan mereka selalu membincangkan tentang Korea dan artisnya --"
Di patung kuda depan Indosat...
Gedung BI
Masjid BI
~.~
Baju baru....