Sekitar
jam 8 malam, rombongan orang yang ingin ke Malioboro pun turun ke bawah. Saya
diajak sama Mas Rey, dia saya kenal ketika Mas Rey masuk kamar, dan saya
bertanya basa-basi tentang Malioboro. Dan yeah. Saya diajak!
Saya
turun tangga, bertemu teman-teman yang ingin ke Malioboro. Masuk mobil dan
cabut…!
***
Di
dalam mobil, mulailah perkenalan itu. Ada Mbak Resty (dari Subang) yang super
aktif duduk di depan samping Mas Agus. Ada Mbak Aini (Semarang), Mbak Anis
(Semarang), Mbak Riya (Kudus), dan Mas Rey (Kudus).
Susana
di dalam mobil mencair gegara Mbak Resty. Kalau saya lihat, Mbak Resty adalah
kaloborasi dua teman saya. Dia agak mirip dengan Yulia, dan suaranya mirip
dengan Debora. Ya, begitulah.
Dari
sekian orang di dalam mobil ini. Hanya saya yang masih SMK, rata-rata mereka
adalah kuliah dan kerja. Dan juga, di antara kami, adalah mereka para alumni
Kampus Fiksi, dan peserta Kampus Fiksi Roadshow. Saya? Saya hanya pengaggum
Kampus Fiksi di media sosial saja, hiks :’(
Sampailah
kami di Maliboro. Saya mulai akrab dengan Mas Rey, saya borong pertanyaan
kepadanya.
“Malioboro
itu gimana, kak? (awalnya saya memanggil Mas Rey: Kak).”
“Ada
apa aja nanti?”
“Pernah
ke sini sebelumnya?”
Dan
banyak lagi pertanyaan lainnya, dan dengan sabar Mas Rey menjawabnya. Oh pantas
saja Mbak Resty kepincut dengan Mas Rey, saudarah-saudarah, ternyata mereka berdua mamang cocok ^_^
Kami
ber-6 menyusuri jalan Malioboro, kami akan menuju Titik Nol Yogyakarta, kata
Mas Rey, di sana ada tampat yang pas untuk berfoto-foto, dan benar!
Lama
kami menikmati malam yang indah di langit Yogya. Kenangan kami ukir bersama
dengan pena yang sama: perbedaan. Dan saya merasa sangat bahagia bisa dengan
mereka malam ini. Pasti saya tidak akan melupakannya :’)
SEMUA FOTO (4) DI ATAS, SAYA AMBIL DARI BLOGNYA MAS REY, IZIN YA MAS~
***
Menuju
pulang, kami sempatkan untuk membeli oleh-oleh. Mata saya sudah 4,5 wat, sudah
agak pusing-pusing juga. Tapi, semua itu terusir dengan obrolan-obrolan ringan
yang kami adakan.
Dan
yang berkesan di antara itu semua adalah mencoba Wedang Ronde.
Saya
penasaran, kenapa sepanjang jalan yang kami susuri banyak pedagang Wedang
Ronde? Aromanya pun khas. Setelah satu porsi yang ditraktir oleh Mas Rey habis,
saya bertanya kepada pedagang Wedang Ronde.
“Bang,
tahu sejarah Wedang Ronde?” tanya saya sambil mengembalikan mangkuknya, sedangkan
yang lain masih menikmati hangatnya si Ronde ini.
“Nggak
tahu, Mas,” jawabnya singkat, sambil cengar-cengir.
“Mungkin
gini kali yah Mas,” kata saya memberikan pendapat, “wedang ronde ini dulunya
dibuat oleh orang-orang Yogya untuk Ronda. Ketika saya minum-makan wedang ini,
rasanya tuh pengin melek, Mas, pas buat ronda! Gimana?”
“Nggak
tahu saya, Mas,” kembali Abang pedagang Ronde cengar-cengir.
Ah,
kalau gitu, mari kita berselancar di internet!
Ini Wedang Ronde, Bikin Saya Ketagihan!
Abang yang dagang...
***
Sekitar
Jam 01:00 kami ber-6 menunggu jemputan di tempat yang sudah direncanakan dengan
Mas Agus. Lama kami menuggu, berasa jadi gembel. Bayangkan, di tengah malam, di
trotoar yang kotor, ada taik kucing, dan parkiran mobil, kami duduk menunggu.
Hahah…,
tapi tak apalah kalau bersama dengan mereka orang-orang yang baru saya kenal
dan langsung menjadi teman, sahabat bahkan keluarga saya sendiri, ini kan
menjadi berkesan, bukan?
Belasan
menit kemudian, mobil Mas Agus menepi. Segera kami naik, dan sampailah di
gedung KF yang sudah ramai pengunjung (selama perjalanan saya tidur).
Kami
yang masuk ke gedung Kf berasa makhluk asing yang baru saja mendarat di bumi
dengan membawa plastik hitam berisi piring terbang (lha).
Hahaha…,
kami masuk ke kamar masing-masing, dan membunuh malam dengan gelap yang bernama
tidur.
Tambahan:
MALIOBORO TENYATA AGAK MECET JUGA. TROTOARNYA PENUH PARKIRAN.
BARU PERTAMA KALI LIAT TARI SAMAN PAKE TALI DILILITIN GITU KEREN
MALAM ITU, MALAM MINGGU. PAS BANGET, ADA KAYAK PEMENTASAN GITU. BERUPA BAND DAN LAWAKAN KHAS JAWA
MIRIP KAYAK DI FATAHILA JAKARTA KOTA YAH?
BELI OLEH-OLEH...
Bersambung... ~> Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan