Aku menyebutnya wanita pemarah
Namun kadangkala, aku menyebutnya wanita paling lembut
Dan di lain waktu, aku menyebutnya seorang Ibu
Dia, kekasihku
Senyumnya manis, dan itu sering melintang di kepalaku dengan sendirinya
Senyum yang terdiri dari kasih, sayang, dan perjuangan
Dengannya aku bahagia, dan dengannya aku bisa melepas tawa
Dirinya sudah kunomor kesekian di hatiku setelah Tuhan, Ibu, Bapak, Abang, Kakak, Adik, atau keluargaku
Ya, dia belum berkatagori masuk ke keluargaku
Namun, ya demikian, aku merasa kita sudah sangat dekat bak keluarga
Dirinya mempunyai singgasana tersendiri di hatiku
Ketika melihatnya, aku bisa menemukan fase kemasadepanaan
Melihatnya, aku bisa berharap, dialah wanita pembunuhku
Maksudnya, dia wanita yang selalu bersamaku sampai aku terbunuh oleh proses sang waktu
Hatiku licin jika mengingatnya
Di situ ada kenangan, rindu, dan segala rasa yang berjimbun
Tapi tetap saja, bukan hanya rasa yang baik-baik
Tapi ada rasa yang buruk-buruk
Seperti tergores cemburu
Terjebur napsu
Tenggelam dalam kenikmatan dunia
Tanpa memikirkan apa jadinya setelahnya
Aku akui itu
Namun, tetap, sayangku yang polos dan benar-benar sayang tanya noda kusarangkan di hatinya
Kuraut dan kuruncingkan sedemikian rupa sehingga ketika sampai di dadanya, ia akan sesak
Dunia ini tidak lain hanyalah tempat basa-basi
Yang kekal dan abadi hanyalah di akhirat nanti
Agama kita mengajarkan begitu
Kita sama-sama tahu dan mengerti akan hal itu
Seyogianya, harapan yang sesungguhnya adalah kekekalan
Nikmat dunia hanya sebuah fatamorgana yang sering kita sukai
Nikmat dunia bukan apa-apa jika dibanding surga
Bukan apa-apa atau malah itu sebenarnya dosa
Kusebut engkau adalah wanita pelipur lara
Wanita paling terdekat yang pernah aku jumpa
Wanita paling mengerti yang aku cintai
Wanita terindah yang aku pernah miliki dan aku harap sampai akhir hayat nanti
Apalah arti tanpan dan cantik bagiku?
Ia hanyalah daging dan tulang yang tertata rapi, hanya itu!
Dengan proses sang waktu, ia akan remuk seremuk-remuknya
Dan ia bukan prioritasku untuk memilihmu
Aku yakin, cinta tak pernah akan mati dimakan waktu
Jika memang cinta yang menyerupa cinta-Nya
Cinta-Nya tidak tertandingi
Namun dincintai ciptaan-Nya sungguh surga bagiku di dunia
Cinta yang benar-benar cinta
Cinta yang penuh api biru yang menjilat-jilat
Cinta yang jika tergores akan pulih
Cinta yang dimiliki olehku, dan kamu, Fitria....
Fitria adalah suci
Fitria adalah wanita
Fitria adalah bukan halal bagiku
Fitria adalah teman
Fitria adalah sahabat
Fitria adalah wanita yang pengertian
Fitria sebentar lagi dewasa
Fitria memiliki pemikiran kedepan
Fitria suka padaku
Fitria sayang padaku
Fitria cinta padaku
Demkian aku begitu
Tapi, Fitria punya masa depan yang tidak aku tahu
Demkian aku begitu
Tapi, aku, di masa depanku, aku memohon, semoga Fitria akan selalu denganku
Sampai proses kejam sang waktu benar-benar membunuh kita sampai nirwana
Afsokhi Abdullah
Jakarta, 14 Mei 2015
Untuk, Fitria Ulfa, nyawa dalam setiap detik menulis puisi ini.