P [Cerpen]

saat ini saya ingin keluar rumah. sendiri menyusuri jalan sambil melihat langit sore. satu hal yang masih terus saya ingat, bahwa langit terbuat dari lautan lain di dunia ini. di sana ada kehidupan yang sama seperti di sini, dan saya meyakini itu dari kecil.

saat saya duduk di tepi jalan yang berdebu, seorang peri turun dari langit diiringi polisi awan yang berseragam oranye. mereka berjejer rapi dan angin sore meniup rambut mereka yang klimis dan rapi.

saya melihat mereka turun perlahan ke sebuah danau yang tak jauh dari tempat saya duduk. maka saya pergi ke danau itu dan menanti mereka mendarat. terlihat peri itu berpakaian serba putih dan bercahaya samar, sedangkan polisi awan mengenakan pakaian serba oranye dan tegap. saya jadi ingat pemuda pancasila.

saya duduk di tepi danau, tak ada siapa-siapa, hanya saja nyamuk mulai banyak bersarang di kaki saya. membuat kulit saya banyak yang bentol-bentol. tapi hal itu tidak menyurutkan antusias saya terhadap kedatangan makhluk langit itu.

jika orang melihat ke atas, seharusnya juga melihat seberkas jejak di langit seperti roket yang pergi ke luar angkasa. namun bedanya yang satu ini berwarna oranye dan berekor kekuningan.

saya melihat ke sekeliling saya begitu sepi, sebentar lagi malam bakal tiba. namun makhluk langit itu tidak juga sampai ke danau. saya jadi semakin bosan dan memanggil-manggil mereka.

“ayo cepat, turun!”

kata saya, yang saya sendiri nggak tahu apa tujuan saya berkata seperti itu. seorang peri di barisan paling depan seolah adalah panglima dari rombongan itu. saya menunjuk-nunjuknya sambil mengisyarakatkan untuk segera turun sebelum malam tiba.

tapi seolah seperti slow motion, mereka begitu terlihat lambat untuk sampai ke danau. maka saya mencari cara agar mereka bisa cepat sampai. saya memanggil orang-orang di sekitar danau untuk menyerukan peri agar segera turun.

tak lama, tepi danau sudah terisi oleh banyak orang. mulai dari tukang bakso, tukang ojek online, anggota DPR, hingga anak kecil, sampai bapak saya sendiri yang cuma pakai sarung dan bertelanjang dada. kami sama-sama menyerukan kepada peri untuk cepat turun sebelum malam tiba.

“Turun! Turun!”

teriak kami serentak. 10 menit lagi agaknya matahari sudah tak terlihat. peri itu tersenyum kepada kami dan mengangkat tongkatnya sambil merapal mantra. ketika ia mulai mengayunkan tongkatnya ke arah kami, terlihat bintang-bintang kecil gemerlapan di ujung tongkat itu, berputar dan akhirnya menuju ke arah kami.

entah apa yang terjadi selanjutnya, sore itu menjadi terang kembali. matahari menjadi dua: di barat dan timur. barat berwarna biru, dan timur berwarna kuning spongebob. semua itu terjadi hanya dalam sekejap mata.

saya melihat ke orang-orang sekitar, mereka juga kebingungan. apa yang terjadi?

peri akhirnya sampai di atas danau, ia mengambang berdiri di atas air. sedang polisi awannya menunggu di atas pohon-pohon.

“Apa maumu?!” tanya saya sambil berteriak.

peri bergeming, dan hanya memberikan seulas senyum yang siapa saja yang melihatnya akan setuju bahwa ia adalah wanita paling cantik yang pernah mereka lihat sepanjang hidup dan tak pernah terbayangkan kecantikan semacam itu di kepala manusia. peri itu berbadan sempurna, bercahaya tipis, dan aura itu, tak datang dari bumi.

“Aku akan membawamu pulang,” kata peri padaku.

aku tak mengerti dengan apa yang dikatakan peri. tapi detik selanjutnya badan saya terasa melayang, dan berpindah ke sampingnya. harum wangi menyeruak dari tubuh peri, yang sepertinya ini wangi surga atau semacam itu.

“Sudah tidak ada kata bermain,” kata peri, saya hanya diam dan meringis.

Bapak saya terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi, ia hanya mematung di sana. sarungnya sedikit melorot.

lalu saya dibawa peri ke awan hanya dalam hitungan 5 detik, di sini saya diajarkan bagaimana menggunting kuku kucing raksasa. di sini saya diajarkan untuk merawat kucing raksasa ini, di atas awan. dia adalah sumber kehidupan, kata peri.

kami tinggal di antara bulu-bulu kucing, bersama orang-orang lainnya. dan sepanjang hidup merawat kucing ini agar ia bisa terus berpindah dari awan satu ke awan lainnya.

kata peri, saya terjatuh dari punggung kucing ketika umur saya 6 bulan. lalu ditemukan oleh keluarga manusia yang mengurus saya sampai detik ini. hari ini adalah hari kepulangan saya ke rumah setelah sebelumnya mereka memantau saya dari atas awan.

saya tidak menyangka ternyata benar di awan ada kehidupan.***

Comments
0 Comments

Posting Komentar