Mampukah Kita Melawan Kemecinan dalam Diri Kita?

Kadang aku berpikir bahwa untuk merasakan kehidupan yang hqq maka kita harus mencoba bertingkah konyol, bertingkah semaunya, tanpa ada batasan yang mengikat. Ketika sudah begitu, ada rasa yang entah apa yang menjalar di dadamu, walau kemudian bisa saja kamu menyesal karena sudah melalukan hal tersebut.





Kadang aku kasihan kepada mereka yang hidupnya terlalu serius. Kenapa mereka bisa seperti itu? Aku kadang berpikir, apa hal yang bisa membuatnya tertawa? Sebuah video orang terjatuh dari bangkukah? Wk. Receh!

Baiklah, mari kita melihat mecin dari dua sisi, satu sisi ia adalah bahan penguat rasa (semua tau), di sisi lain dia adalah sebuah simbol (tidak semua tau). Seseorang pernah bilang padaku bahwa setiap orang mempunyai kadar mecin tersendiri. Mereka pasti mempunyainya, semua tergantung kita, mau menerima kadar itu atau tidak. Jika mau, maka kita harus terbuka dengan mecin itu dan rasakan kehidupan yang tak pernah kau rasakan sebelumnya. Mecin membawamu kepada kehidupan baru.

Dan jika tidak, itu pilihanmu, tapi sebaiknya cobalah merelakan tubuhmu sekali-kali ketika kadar kemecinan itu datang. Relakan segala yang kaupunya dan biarkan ia menjalar dari ujung kakimu sampai ujung rambutmu. Mecin mengajarkan kita bahwa sebagai manusia, kita tidak melulu serius, kaku; bahwa hidup ini hanya permainan, hanya sementara, tak seserius yang kaupikirkan.

Aku sendiri mengakui, untuk melawan kemecinan dalam diri sendiri itu sangat sulit, kecuali mereka yang sudah terlatih untuk jaim. Kadang aku berpikir, mereka yang jaim pun ingin bertingkah mecin dan bertanya dalam hati, “Bagaimana rasanya menjadi mecin?” tapi ia tak pernah mencobanya, sungguhlah orang yang seperti ini menyesal di hari tuanya kelak. Wk.

Aku kadang kasihan kepada orang yang memercayai bahwa mengonsumsi mecin itu tidak berbahaya dan standarnya orang mengonsumsi mecin harus segini dan segini. Memang sih benar, tapi kan konteksnya jelas-jelas beda. Orang seperti ini adalah yang hidupnya tidak mudah bahagia, terlalu kaku, dan mari kita doakan semoga orang seperti ini dapat hidayah kemecinan.

Jadi, saranku, mulailah menerima kadar kemecinan di dalam diri kalian ketika ia datang menjalar. Rasakan dan hirup aromanya--bagaimana ia mengambil alih kontrolmu. Rasakan dan belajar merelakan, bagaimana ia membuatmu merasa bahwa hidup ini sesekali perlu ditertawakan sepanjang hari dan tak perlu diseriusi. Dengan begitu, kau akan merasakan kebahagiaan hidup yang tak pernah kaurasakan sebelumnya. Eh tapi, jangan percaya kepadaku begitu saja, aku bukan ommu, wk, sorry aku lagi mecin ini.
Comments
0 Comments

Posting Komentar