Dulu ketika aku
menjelang lulus dari SMP, aku sudah berniat untuk masuk SMK. Alasanya karena
setelah lulus dari SMK, aku bisa dengan mudah mencari pekerjaan, atau
setidaknya memiliki skill tentang
dunia kerja dibanding lulusan SMA. Di samping itu aku memang menghindari materi-materi pelajaran yang
terlalu banyak. Setahuku di SMK itu banyak praktiknya dan sedikit teori, dan
faktanya memang begitu.
Tapi bayanganku di atas
adalah ketika aku belum melihat statistik yang mengatakan bahwa SMK adalah lulusan yang banyak menyumbang pengangguran. Penyebabnya banyak, mulai dari kurikulum, guru produktif yanglangka hingga lulusan yang pilih-pilih kerja.
Sedikit pengalamanku sekolah
di SMK, waktu itu aku masuk jurusan Administrasi Perkantoran. Kalau aku tidak
salah ingat, guru produktif di jurusan ini hanya beberapa saja, mereka bahkan
sudah menjelang pensiun, jumlahnya bahkan lebih sedikit dibanding guru
pelajaran reguler seperti Matematika, PPKN, Agama, dan sebagainya.
Zaman yang semakin
berkambang, tentu saja seharusnya ‘SMK’ melihat itu. Seperti bagaimana cara
mengarsipkan dan melakukan korespondensi. Dulu mungkin kita lebih sering
menggunakan surat untuk korespondensi, tapi zaman semakin maju, kita
menggunakan email untuk surat-menyurat. Seharusnya di kurikulum dimasukan
bagaimana surat-menyurat menggunakan email, bukan dengan tulis tangan yang
masih kupelajari waktu itu.
Juga tentang bagaimana
arsip-mengarsip, zaman sekarang kita sudah menggunakan penyimpanan dengan
metode awan atau cloud. Tapi di
kurikulum yang kita pelajari lebih berfokus pada pengarsipan hardcopy, padahal ketika kita masuk ke
dunia kerja, arsip yang lebih sering kita temukan adalah berupa softcopy.
Hal-hal semacam itulah
yang kurasakan selama di SMK. Kurikulum seharusnya memerlukan perhatikan lebih
dari pemerintah dan pihak yang berwenang, tentu saja di samping pelatihan bagi guru produktif yang harus terus mengupdate
bagaimana cara mengajar agar sesuai dengan dunia kerja yang termutakhir. Perhatian
itu tentu tertuju pada sekolah negeri maupun swasta, bahkan data menyebutkan
SMK banyak yang dikelola oleh swasta.
Sehingga pertanyaan
kemudian muncul, setelah lulus SMK, seharusnya kita kuliah untuk mengasah
kemampuan kita lagi, atau langsung bekerja dengan skill yang pas-pasan?
Ya tentu saja kita
tidak bisa memukul rata SMK di seluruh Indonesia, tapi yang pasti statistik
mengatakan bahwa lulusan SMK belum maksimal dalam hal melahirkan tenaga kerja.
SMK yang seharusnya melahirkan tenaga kerja, malah melahirkan pengangguran. Ironis
bukan?
***
Teman dan adik kelasku
di SMK ada banyak yang tanpa tadeng aling-aling memutuskan untuk kuliah saja
dibanding bekerja. Mereka mempunyai tekad kuat untuk itu, tekad yang menurutku
seharusnya hanya dimiliki oleh lulusan SMA. Lulusan SMK ya harus bekerja,
karena tujuan dari adanya SMK ya untuk itu kan?
Tidak sedikit pula ada
teman yang bekerja sambil kuliah di kelas karyawan. Tentu saja ia bekerja di ‘tempat’
yang tidak terlalu tinggi, setara dengan tenaga administrasi aja, dan gajinya
hanya sebatas UMR atau di bawahnya. Dan tidak sedikit pula lulusan SMK yang
melanjutkan kuliah tidak sesuai dengan jurusan SMK-nya. Rumit.
Menjadi lulusan SMK
memang penuh dilema, antara bekerja atau melanjutkan kuliah. Tapi menurutku
jika memang selama di SMK kita benar-benar
dididik untuk menjadi tenaga kerja yang ahli, tentu saja setelah lulus kita
akan dengan mudah diserap di dunia kerja. Berbeda jika dalam pendidikan itu
kita tidak dengan benar-benar dididik untuk bekerja, ya jadinya kita memutuskan
untuk kuliah saja. Sistem pendidikan di SMK memang harus matang, dengan hasil
akhir yang berfokus pada melahirkan tenaga kerja yang siap pakai.
Malihat statistik di
atas, tentu saja pemerintah tidak bisa hanya diam. Perlu pembedahan di
sana-sini dan semoga pemerintah serius akan itu. Jika tidak, peminat SMK akan
semakin sedikit dan kita hanya bisa menunggu kematiannya saja.***
Bahan bacaan:BPS: 7 Juta Orang Indonesia Menganggur, Paling Banyak Lulusan SMK
Banyak lulusan SMK menganggur, akibat pilih-pilih kerja?
Banyak lulusan SMK menganggur, akibat pilih-pilih kerja?