Renungan Anak SMK Kelompok Manajemen Bisnis



Pelajaran di kelas dimulai. Kali ini pelajaran ekonomi, dan menyangkut pembangunan ekonomi. Jika berbicara mengenai ekonomi, anak SMK kelompok manajemen bisnis nggak pernah bosen pastinya. Mau nggak mau ya harus nelen kan? Iya emang.

Nah, kali ini guru saya menjelaskan panjang lebar mengenai pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi itu berbeda. Lebih tepatnya, kalau yang pertama untuk negara berkembang dan yang ke dua untuk negara maju. Kalo masih nggak mudeng baca ulang paragraf dua deh yah.

Namun hari ini kita akan membahas mengenai pembangunan ekonomi. Ya, sesuai negara kita ini, Indonesia yang sedang berkembang dan entah sampe kapan terus berkembang.

Saya bertanya kepada guru saya ketika beliau menjabarkan apa-apa yang akan dipelajari di kelas hari itu. Setelah dijabarkan, saya tidak menemukan adanya masalah-masalah di pertumbuhan ekonomi (negara maju), yang ada hanya masalah perkembangan ekonomi. Sontak membuat saya bertanya,

''Bu,'' nama guru saya Ibu Besty, ''apakah di negara maju yang tumbuh ekonominya nggak ada masalah!?''

Sepersekian detik bu Besty tarik napas dan angkat bicara,

''Tentunya ada, Sokhi. Di mana kita mempelajari ekonomi sesuai keadaan negara kita. Kalau di negera maju sana, pasti mereka belajar ekonomi pertumbuhan. Jadi mereka berpikir harus bagaimana untuk mempertahankan ekonomi terus tumbuh, dan sebagainya. Bukan tanpa masalah. Hanya saja pembelajaran kita berbeda, mereka petumbuhan dan kita perkembangan. Intinya, belajar ekonomi sesuai keadaan negara.''

Saya pun paham. Ternyata begitu....

Guru ekonomi yang satu ini memang dan emang mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi. Beliau mempunyai usaha di rumahnya (online shop) dan menjadi second line di perusahaan asuransi mobil. Pekerjaannya hanya di depan laptop, itu saja sudah bisa menerbangkan beliau beserta anak dan suaminya ke luar negeri.

''Sekarang, seharusnya anak SMK juga harus mempunyai jiwa kewirausahaan,'' ujar Bu Bes panggilan akrabnya, ''tanya kepada guru kewirausahaan kalian: bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Nih ya, Ibu nggak modal banyak buat usaha di rumah. Cukup laptop, hape, dan pulsa. Kalian juga bisa seperti ibu. Tapi yaa..., tidak online shop juga, ngga harus asuransi juga.''

''Kalian ini lulus SMK pasti mau bekerja, kan?'' tanya Bu Bes kepada seluruh muridnya yang kini diam mendengarkan penjelasan tadi. Semua pun mengangguk jawban 'iya' untuk lulus dari SMK mau bekerja.

''Nak,'' papar Bu Bes, ''negara kita ini butuh wirausaha-wirausaha muda. Coba, ada tidak di antara kalian menjawab untuk lulus dari SMK bakal menjadi pengusaha dan membuat lapangan usaha lalu memperkejakan orang banyak?''

Kelas sunyi, tampaknya semua sedang merenung. Bu Bes kembali melanjutkan,

''Nggak ada yang jawab, kan? Di luar sana banyak orang butuh lapangan pekerjaan, nak. Oke lah kalian unggul di TIK, orang yang jadi kuli panggul mana bisa TIK. Nanti kalian 'kalo' kerja bakal dikasih komputer dan ruangan sendiri. Tapi, sekali lagi, kalian harus mempunyai jiwa kewirausahaan!''

Ya, benar juga apa kata Bu Bes. Kita lulus dari SMK pasti ingin bekerja bukan membuka lapangan pekerjaan. Tapi, kenapa sekolah mempersiapkan tenaga ahli untuk bekerja bukan untuk mempersiapkan pengusaha ahli untuk membuat lapangan usaha. Entah.

Andai saja begitu, lulus anak SMK semua membuka lapangan usaha dan memperkejakan orang banyak. Wah, kerennya negeri ini. Bisa-bisa mengalahkan Jepang kali yah.

Tapi apakah ada anak SMK yang berpikiran sama seperti saya untuk kali ini. Jadi, anak SMK nanti khususnya jurusan manajemen bisnis lulus akan membuka usaha dan memperkejakan orang banyak. Wah..., keren.

Saya juga masih bertanya-tanya, bagaimana untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan.

Selama saya belajar mata pelajaran Kewirausahaan dari kelas satu sampai kelas dua ini. Kebanyakan adalah teori, dan membuat kerajinan tangan, itu saja. Sama sekali tidak mengeluarkan jiwa kewirausahaan menurut saya. Apalagi pelajaran yang baru-baru ini mengenai budi daya ikan. Dalam pada itu, siswa hanya dibuat berkelompok, mencari materi mengenai budi daya ikan, mempresentasikan dan lalu sudah. Itu saja. Entah guru Kewirausahaan yang tidak sesuai prosedur atau apalah, entah.

Menurut saya belajar seperti itu sama sekali tidak mengembangkan jiwa kewirausahaan.

Nilai rapot saya di mapel kewirausahaan adalah A+, A, dan SB. Ya, ini nilai yang sangat memuaskan bagi saya. Namun hanya nilai, itu saja tidak lebih dari cukup. Jadi nggak jadi memuaskan deh.

Saya tidak tahu bagaimana mengembangkan kewirausahaan. Kalau saja hanya membaca, tidak shahih rasanya. Saya butuh penjelasan langsung dari guru. Secara lisan dan jelas.

Dan saya tidak akan lupa untuk bertanya kepada guru kewirausahaan saya, ''Bagaimana cara mengembangkan jiwa kewirausahaan!?'' begitu.

Tampaknya sudah selayaknya sekarang anak SMK khususnya bisnis manajemen bisa turut andil di pembangunan ekonomi. Sebentar lagi AFTA akan menukik di Indonesia dan orang Indonesia meluas di Asia Tenggara yang katanya bebas. Jadi, yo Mari kita bersaing dengan negara asing. Memupuk tekad penuh kesadaran menapak masa depan untuk Indonesia Raya yang lebih cerah. Demikianlah renungan anak SMK kelompok Bisnis Manajemen, mungkin masih banyak lagi di luar sana. Dan mungkin belum berani menuliskannya atau..., hanya pasrah akan keadaan pendidikan di Indonesa.***


Afsokhi Abdullah
Kosan kecil, 11 Februari 2015.
Comments
2 Comments

2 komentar

Terkadank teori susah dipraktekkan -_-

Reply

Posting Komentar