Foxtrot Six: 'Film Mahal' yang Disayangkan

Ketika film-film Indonesia sedang ramai dengan genre romantis dan horor, Foxstort Six kemudian hadir dengan film penuh aksi dan drama yang dewasa. Ia bercerita tentang 6 mantan anggota marinir yang mempunyai misi rahasia untuk membebaskan Indonesia dari ‘belenggu mematikan’.

Diceritakan pada 2031 Indonesia terdampak krisis pangan yang sangat parah. Warganya begitu terlantar, kelaparan di mana-mana, yang kaya semakin kaya; pemerintahan bobrok, media tidak memihak masyarakat, menteri dan dewan  hanya memikirkan kakayaan dirinya sendiri.

Digambarkan teknologi di Indonesia yang sangat maju, mulai dari kendaraannya hingga gadget. Tapi di jalan yang lain ada orang-orang yang berdemo, menuntut pemerintah yang semakin tidak jelas.
Karena kekejian itu, lahir gerakan reformasi untuk mengggulingkan pemerintahan dan menuntut keadilan.




Meski di tahun 2031, warga Indonesia digambarkan belum dewasa. Mereka sangat mudah terprovokasi dan mudah diarahkan oleh elit. Petinggi pun semakin senang dengan situasi seperti ini.
6 mantan anggota marinir tersebut mencoba merebut kembali kendali pemerintahan. Tentu saja dengan resiko mati di depan mata, karena kekutan mereka sangat tak sebanding, lawan mereka  memiliki pasukan kusus dan senjata terbaik.

Di situlah ketegangannya, di mana tokoh-tokoh protagonis dibuat hancur-sehancur-hancurnya seolah tidak ada harapan lagi. Tapi seperti para penjahat pada film yang lain, mereka tidak langsung membunuh lawan saaat itu juga, tapi bermain terlebih dahulu yang membuat boomerang bagi mereka.

Omong-omong, semua dialog dalam film ini berbahasa inggris, menurutku itu pilihan baik untuk membuat kesan lebih dewasa dan keren. Atau bisa dikatakan terasa lebih Hollywod di samping aspek efek CGI dan adegan laganya yang berusaha keras memukau penonton dari segi visual dan audio.

Dari aspek adegan perang, memang tidak ada yang baru. Kita akan menemukan darah yang bercucuran, senjata api saling menembak, merobek luka, menyembuhkan luka sendiri, dan sebagainya.

Kalau dilihat dari aspek cerita, juga tidak ada yang baru. Film ini sama seperti film perang pada umumnya. Tapi tidak bisa dibilang buruk karena ada kejutan-kejutan yang bisa membuat penonton berdecak kagum.

ketika saya datang ke gala premiere di plaza indonesia... satu studio sama iko iwais!!!!1111!!


Motif para antagonis pada film ini mengingatkanku pada The Hunger Game, di mana mereka (orang penting dalam pemerintahan) bersenang-senang di atas penderitaan rakyatnya yang kelaparan. Dan mereka menggunakan ‘lapar’ itu sebagai senjata.

Menurutku jahitan cerita dalam film ini tidak terlalu rapat, cerita malah bagaikan jahitan yang masih ada bolong di beberapa tempat. Adegan hacker pun dibuat sangat mudah, seperti tidak ada alternatif lain untuk membangun cerita lebih menegangkan.

Kalau dari aspek akting, menurutku cukup memuaskan. Mengingat pemeran dalam film ini  adalah (bisa dibilang) aktor terbaik yang dipunyai Indonesia (walau tanpa Gading Martin. Haha). Oka Antara yang menjadi tokoh sentral dalam film ini memberikan performa yang maksimal. Tentu saja tanpa mengesampingkan pemain lainnya.


oka antara dalam bidikan kamera saya


Dilihat dari cinematography, menurutku film ini ada di atas rata-rata film Indonesia. Mulai dari grading dan pengambilan gambarnya terlihat professional.

Sangat disayangkan, film yang dibuat seniat (baca: Edan! Biaya Pembuatan 'FOXTROT SIX' Termahal Sepanjang Sejarah) ini menurutku seharusnya masih bisa membuat gebrakan yang lebih dashyat; yang bisa mengangkat kritik sosial, politik, kemanusiaan, bahkan sejarah.

Tapi secara keseluruhan, film ini mampu menghiburku. Dan aku sangat mengapresiasi semua di balik pembuatan film ini, karena, ya, film ini dibuat sangat niat dan menurutku membuat kancah perfilm-an Indonesia semakin berwarna.***


Comments
0 Comments

Posting Komentar