Selamat ulang tahun Stevenly
Pagi tadi aku mendapat kabar via pesan singkat dari seorang yang spesial dalam hidupku. Dalam pesan itu, tertera bahwa si anak besar, Stevenly, ulang tahun hari ini..., ya, hari ini, 21 Januari 2015. Di pesan itu pun tertera ajakan agar aku hadir ke rumah Stevenly atau akrab disapa Epen.
Epen, sebut saja begitu, dia temen sekelasku sedari kelas 10 sampai sekarang ini, kelas 11 SMK. Tinggi badanya berkisar 170 cm dan berat..., entahlah, sulit untuk diucapkan, ckckckc. Saban bertemu dengannya, aku sering melihat Epen membenarkan celananya, dalam artian merapikan (seragam sekolah) yang kadang terlihat kebesaran dan kadang pula kekecilan itu. Mungkin bersebab tak ada ukuran yang sepadan dengan dan untuknya, Epen terlalu besar bila dibilang masih anak SMK. Ckckckc.
Kalau ada guru, dia terpaksa memasukan baju seragamnya secepat mungkin, sebab itu aturan di sekolah kami: 'baju harus dimasukan'. Peraturan itu menyebabkan Epen sulit untuk mematuhinya. Epen yang berbadan besar itu lebih sering mengeluarkan baju seragamnya dengan dalih kesempitan. Pernah suatu waktu, dia memasukan baju seragamnya bermaksud merapikan, tapi, ya begitu, sulit dan tak elok dipandang mata. Celananya naik sampai atas sana. Ckckckc.
Aku mengenalnya sejak kelas 10 kala itu, lebih spesifiknya ketika dia menjadi wakilku selaku aku menjadi ketua kelas. Masih hangat di kepala, bagaimana ulang tahunnya yang tahun lalu dirayakan. Waktu itu hari Jum'at, di jam genting pulang sekolah petang hari. Vina, pacar Epen, cieee, melambaikan tangan pertanda memanggilku ke mejanya yang dekat dengan ambang pintu kelas. Sampai di meja Vina, dia berbisik,
''Nanti, jangan pulang dulu, Epen ulang tahun hari ini. Jangan bilang-bilang ke yang lain yah.''
Aku mengiyakan, sebelumnya aku meminta Vina untuk mengulang, sebab kelas sedang bising, maklum ini jam terakhir plus lagi tak ada guru masuk. Kelas sudah seperti pasar apung yang tak mengapung. Rafika, yang tepat di samping Vina tersenyum, terlihat wajahnya yang berseri-seri dan selalu sumringah bak ikan emas, eh. Tak lama kemudian, bel pulang dinyalakan, bunyinya menguasai seantero sekolah. Rafika dan Vina sudah siap di kantin. Aku, yang masih di kelas, sudah mendapat tugas untuk mengajak si anak besar itu, Epen, ke kantin dengan menutup matanya. Wah sudah seperti di FTV-FTV saja ini, ckckckck... Batinku.
Susah memang menutup mata anak besar ini, sampai-sampai keadaan menuntutku agar harus menjijit dan meraih matanya sekenanya. Sampai di kantin, tampak kantin sudah mulai sepi. Lilin sudah dinyalakan dan mata Epen pun dibuka....
Happy Birth Day To You ....
Happy Birth Day To You ....
Happy Birth Day To You ....
Suasana meriah. Om, tukang es, hanya duduk di mejanya dan ikut tersenyum lalu beranjak memberikan selamat pula ke Epen. Aku, Vina, Rafika, Bagus, dan Tania larut dalam kesenangan si anak Besar itu. Wajah Epen selalu begitu, sipit, putih, dan rautnya datar dan, sesekali ia memasukan ingusnya ke dalam hidung. Semua itu tak melukiskan tanda haru atau apa pun yang berbeda dari biasanya. Selalu begitu, ckckckc.
***
Kue pun dipotong, dibagikan kepada yang hadir. Aku mendapat bagian cukup banyak dan mungkin Bagus, si Embe itu, yang terbanyak. Kue cokelat yang dihias cery di atasnya itu cukup nikmat ketika lumer di mulut. Ah, aku ingin menambah lagi rasanya. Hai, rasa kue itu pun masih terasa sampai sekarang. Tapi hari ini dia kembali ulang tahun, ya orang yang sama. Ah, cepat sekali waktu berlari, walau dia tak punya kaki, bukan?
Epen anak yang beruntung. Mempunyai banyak teman yang perhatian padanya, terlebih lagi, pacar. Di sisi lain, Vina dan Epen, membuktikan bahwa mereka pasangan setia..., Dan..., semoga berlanjutlah usia Epen si anak besar itu, diisi oleh hal positif dan berbangga hatilah dengan apa yang dia punya. Selamat ulang tahun Steven... Dari temanmu yang itu.***
Afsokhi Abdullah
Kosan, 21 Februari 2015
4 Comments
4 komentar
Gue turut ngucapin happy best day to him... Gue juga salut sama hidupnya.
Kunbal dan koment balik ke Cara Daftar Blog Google Webmaster