MIMPI BESAR IRGI

Sudah dua hari saya di sini. Di sekolah gratis amal center Kebun Jeruk. Sebenarnya sekolah ini dibawah naungan yayasan amal center. Selain sekolah, yayasan ini juga membuka panti asuhan, panti asuhan non-panti, panti jompo, dan banyak lagi.
            Kemarin malam saya sampai di sekolah ini kira-kira jam 8, dijamu dengan hangat dan diperbolehkan untuk menginap beberapa hari ke depan. Kebetulan saya di sini ada beberapa urusan, termasuk untuk riset membuat buku biografi sang pendiri yayasan.
            Malam itu saya tidur di kelas, bersama seorang anak bernama Irgi. Irgi ini sudah beberapa tahun menetap di sini. Irgi masih sekolah di jenjang sekolah dasar kelas enam, persis seperti adik saya Fahmi.
            Kesan pertama bertemu dengan Irgi, ia tampak sebagai bocah yang kritis, pengetahuannya luas, dan sedikit sombong.
Malam itu kami terlibat perbincangan lumayan panjang. Posisinya (secara harfiah) saya tiduran dan dia sedang mengotak-atik notebook saya ini. Santai.

Irgi..


            “Selain belajar, mengaji, di sini juga belajar komputer, seperti mengetik,” katanya ketika saya tanya kesehariannya, “waktu itu komputer ada sebelas, tapi sekarang tinggal satu,” tambah bocah kelahiran 2003 ini.
            Dia juga bocah yang asyik, nyambung kalau diajak ngobrol. Ketika saya tanya cita-citanya, dia menjawab dengan sangat antusias khas seorang bocah. “Abis dari SD mau masuk SMP Khairul Umam, SMK juga di sana, ambil jurusan tekhnik robotik.”
            “Kenapa mau ngambil jurusan itu?” sela saya.
            “Karena robot bisa membantu kita,” katanya polos. Katanya lagi, ia mempunyai mimpi besar bisa melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di kairo, mesir! Saya tertegun mendengarnya. Bocah ini mempunyai pemikiran panjang..
            Setiap dua Minggu sekali, Irgi akan dijenguk oleh bapaknya. Irgi juga berbicara kepada saya bahwa kedua orangtuanya sudah lama bercerai. Tujuh tahun ia tak bertemu dengan Ibunya.
            “Apa salahnya kita bersama lagi? Menjaga anaknya ini,” katanya ketika saya bertanya apa harapannya untuk kedua orangtuanya itu.
            Seorang bocah seperti Irgi, secara umum seharusnya tinggal bersama keluarganya. Dikasihi oleh Ibunya, juga saudara-saudaranya. Hidup di lingkungan yang semestinya. Tapi Irgi kurang beruntung dalam hal itu. Irgi pun mengaku tak mempunyai kakak, ia hanya mempunyai satu adik. "Adik ikut ibu," katanya.
            Mungkin karena hal di atas, Irgi tumbuh menjadi bocah yang pemberani, yang kritis, yang cekatan, yang ingin menang, yang selalu berguna bagi masyarakat.
            “Kalau bukan kita, yang harus berguna dan melindungi masyarakat siapa lagi? belum tentu ‘orang luar’ sana mau melindungi kita,” ucap bocah yang juga suka membaca majalah anak ini.
            Irgi mempunyai hobi otak-atik komputer, hal ini pun begitu tampak jelas ketika saya ijinkan untuk bermain di notebook saya. Dia menyebut tentang windows lah, smadav notebook saya kenapa tak diperbarui lah, photo shop lah, king soft lah, banyak lagi. Bahkan bocah SD ini suka bekerjasama dengan teman-temannya untuk membuat video di youtube.
            Selain hobi otak-atik komputer, ia juga suka menulis dan bermain basket.
            “Ketika kita menulis, kita bisa memancarkan semua yang ada di hati,” katanya bijak.
          Ia sangat berharap mempunyai laptop untuk mengetik, selama ini ia menulis manual di buku tulis untuk menyalurkan hasrat menulisnya itu.
           
*

Melihat Irgi, saya jadi ingat masa kecil saya. Di mana sejak kecil saya jarang bertemu orangtua. Kedua orangtua saya bekerja di Jakarta dan saya di hidup kampung, sekalinya pulang kampung mereka ya hanya sebentar. Lalu berangkat lagi, diiringi tangis keras saya (tak terima ditinggal), selalu begitu.  
          Dan ketika saya ‘menjemput’ kedua orangtua saya ke Jakarta karena di kampung tak ada yang mengurusi saya, beberapa tahun kemudian kedua orangtua saya memilih untuk menetap di kampung. Saya tidak mengikuti kedua orangtua saya, saya melanjutkan pendidikan di Jakarta. Pilihan yang berat.

Detik ini, ketika saya menulis ini, saya sedang di kelas yang disulap menjadi tempat tidur. Saya menggunakan meja kecil untuk menaruh notebook dan posisi kaki duduk sila. Sedang Irgi sudah pulas tertidur di samping saya. Meringkuk.

difoto sama Irgi. entah kenapa dia menaruh buku bacaan saya begitu,  sehingga berkeesan apalah2..


            Sedari tadi ia meminta ijin untuk diperbolehlan mengotak-atik lagi di notebook saya. Tapi saya bilang, “Nanti ya, Kakak mau ngeblog dulu. Kalau mau, nungguin, hehe..”
            Mungkin karena lama menunggu, dia tertidur pulas sekarang. 
           Dan, berikut adalah tulisannya yang ditulis kemarin malam, hasil dari otak-atiknya tanpa saya campur-tangan-i:

Motivasi tak terduga
Hari libur ini mungkin tersa aneh bagiku karena cuaca tadi malam hujan dan sekarang panas tak terasa hari mulai sore sekitar pukul 4 aku bermain.
 bermain disekeliling pohon memang menyenangkan merasakan kekuatan alam yang sejuk dan ditengah terik nya matahari ada kesejukan dari terpaan angin ke pohon yang hijau   nan asri.
Aku pun pulang dengan tubuh lelah dan kaku,di tengah perjalanan aku pun berfikir melihat segerombolan semut yang berbaris rapi,seandainya aku seperti semut yang selalu bergotong royong pasti semua pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena gotong royong ,dan aku melihat sebuah kupu-kupu  yang melakukan hubungan mutualisme dengan bunga “memberi apa yang berguna bagi yang lain dan berguna bagi diri sendiri”
Hingga saat aku sampai dirumah aku pun sadar apa yang aku lihat tadi adalah sebuah motivasi yang berguna untuk kehidupan, mulai dari semut  yang selalu bergotong royong dan kupu-kupu yang membantu proses penyerbukan dan ia pun mengambil nektar dari bunga sebagai imbalan.
“Karena semua makluk  saling membutuhkan satu sama lain”
Nama: irgi hilman abdillah   
Tempat: jl.cendrawasih
Waktu mengarang: 23.25-00.18        

semoga kisah ini menginspirasi kita, khususnya bagi saya sendiri dan umumnya pembaca budiman sekalian.***      
                                                                          






Comments
0 Comments

Posting Komentar