DI HADAPAN RAHASIA ADIMAS IMANUEL


Puisi, secara utuh hanya diketahui artinya oleh penulis. Ketika kalian membacanya, maka akan ada pendapat-pendapat yang berbeda. Tiap kata, tiap kalimat, tiap bait, mempunyai makna yang berbeda jika kalian meminjamkan buku ini ke seorang teman dan tanya, bagaimana pendapatmu tentang puisi ini? Mereka pasti akan berpendapat yang boleh jadi berlawanan dengan pendapat kalian.
            Kendati demikian, menurutku puisi bukanlah untuk dihindari. Ya, puisi memang penuh teka-teki, di sana kita akan menemukan bahasa yang jarang kita temui, bahkan kita harus membuka kembali KBBI untuk mengetahui maksud kata yang ada di puisi. Menurutku ini keseruannya. Kita bisa menemukan kata-kata baru, dan berguman, selama ini aku ke mana saja, ini ada di KBBI! Dan mencoba kata-kata baru itu digunakan untuk menulis karya kita, boleh saja, bukan? Tapi jangan keseringan :p
            Buku kumpulan puisi Di Hadapan Rahasia karya Adimas Imanuel ini, aku rasa buku puisi yang keren. Dibuka dengan puisi berjudul Menanam Rahasia lalu ditutup dengan apik oleh Di Hadapan Rahasia.

            Kauhidupi rahasia layaknya bayangan sendiri            ia melekat di usia, getah menanti disadap            ingatan-ingatan yang ingin diungkap. (hlm. 9)

            Puisi-puisi selanjutnya, penulis menulis puisi yang terinspirasi oleh lukisan-lukisan. Menurutku, agar lebih terasa puisi tersebut, kalian bisa mencari lukisannya di goggle.
            Aku membaca puisi-puisi di buku ini secara acak, dan terkadang pula membacakannya di kelas keras-keras seperti pujangga-pujangga. Aku cukup pede, karena memang puisi-puisi ini bagus. Ada tentang kekasih, sakit hati, tuhan, kehidupan, rahasia-rahasia. Aku rasa puisi-puisi di buku ini berkesan murung, jarang sekali aku temukan puisi yang bernada bahagia, atau memang ndak ada?
           
Kemudian cuaca membatu, kabut luruh seperti awal huruf dipagut imbuh.meninggalkan kita: kepastian-kepastian yang saling membatalkan. Sejak hidupkehilangan kilau dan tinggal silau, tak bisa memenuhi kita dengan seluruh: hidup yang kekurangan nanti. (hlm. 25)

           
            Membaca buku ini, aku merasa sedang ada di depan (atau di hadapan?) rahasia-rahasia. Yang mana mereka berupa puisi-puisi penuh taka-teki. Adimas Imanuel telah berhasil memukau aku selaku pembaca buku ini. Ada pesan-pesan yang begitu gamblang terbaca, ada yang penuh rahasia, dan ada pula yang harus dibaca berulang-ulang agar mengerti maksudnya. 
di sela-sela buku, akan ada gambar potongan-potongan seperti ini. penyatuannya ada di halaman 'mau di akhir'

            Secara keseluruhan, aku suka buku ini. Dan yang paling favorit, puisi yang berjudul Etudes-Tableaux juaranya!

            Aku alirkan tubuhku ke tubuhmu agar tahu seperti apa            wajah dunia jika tak mengenal cakrawala, agar rasa laparku            kehilangan nafsu karena telah tuntas pegembaraannya:            ia tak bersekat darimu.             namun angin yang bersarang dalam paru-paruku gamang            memilih akan menuju pembuluhmu yang mana. Sungguh,            ia hanya ingin berkunjung dan menanyakan kabarmu,            siapa tahu rindu yang purba berpapasan di pernapasan. (hlm. 43)

Setelah membaca buku ini, aku membayangkan, bagaimana rasanya menulis buku puisi? Pastinya seru, bukan? Penulis akan benar-benar memilih diksi yang tepat, dibalut tema yang mantap, dan bertutur yang akurat. Aku jadi ingin menulis buku puisi, ya mungkin ndak sebagus Adimas. Tunggu saja, mungkin (lagi) suatu saat nanti buku itu jadi.

            Aku rasa, ndak ada salahnya kalian membaca buku ini. Harganya ndak terlalu mahal, enak dibaca dan ndak terlalu tebal (apa semua buku puisi seperti ini, ya?). Pesanku, ketika membaca buku ini, jangan kesusu untuk beralih ke puisi selanjutnya. Coba rasakan puisi yang baru saja dibaca, kerena puisi seperti perempuan, mereka sangat ingin dimengerti walau terlihat angkuh di depan kalian.*** 
Comments
0 Comments

Posting Komentar