Esa Mutiara.
Dari namanya, kita bisa menebak bahwa cewek ini anak pertama. Dari namanya
pula, kita bisa tahu kalau dia anak rohis (apa hubungannya?)
Perkenalkan, dia bisa dibilang teman
gue, lebih tepatnya adik kelas sejak SMP..
Ketika SMP, gue sama sekali ndak
kenal sama cewek satu ini. Bahkan gue baru kenal sama dia pas satu sekolah di
SMK. Itu pun gara-gara ada seminar bareng yang kami ikuti. Berjalannya waktu,
kami dekat dan udah gitu aja. Ngoahaha..
Hingga akhirnya, kemarin dia bilang
ke gue untuk menuliskan tentangnya. Gue bingung nulis apa. Tapi semoga aja
postingan ini bisa memenuhi ekspetasi dia.
Gue mulai dari mana ya..
Hm.
Jadi gini, cewek satu ini menurut
gue kalau emang lu belum kenal, tampak begitu judes atau bahkan cuek. Kalau
udah kenal, beuh, dia emang bener
super judes dan cuek. Tapi sebentar, hal itu akan terjadi kalau lu bikin dia
bete. Selama ini sih berteman sama dia, ndak terlalu bermasalah sama hal ini.
Ya enjoy aja..
Menurut temen-teman gue, doi ini
cantik. Bagaimana ndak? Lihatlah, dia menutup auratnya, wajahnya berseri-seri,
murah senyum, dan begitu menggemaskan. Selain cara bertuturnya yang lembut.
Ditambah lagi, di sekolah dia sering membaca al-qur’an gitu.
Jadi di sekolah kami setiap hari
tepatnya setelah bel masuk sekolah, akan ada yang namanya KI1. KI1 ini, untuk
yang beragama islam membaca al-qur’an, dan yang non-muslim beribadah
menyesuaikan.
Dan si doi ini, sering banget baca
al-qur’an lewat speker sekolah untuk mempimpin kami satu sekolah membaca al-qur’an.
Suaranya merdu, enak didengar dan rasanya pengin terus dengerin sampe lupa baca
al-qur’an sendiri. Astaghfirullah..
“Siapa tuh yang baca al-qur’an?”
tanya temen gue suatu hari.
“Paling si anu,” gue menyebut
namanya.
“Dia adik kelas lu waktu SMP kan?
Cantik lu gila,” katanya sambil melotot ke arah gue. Gue ndak menjawab, cuma
menempeleng kepalanya.
Kata doi, dia minta gue nulis tentang dia atas dasar kenang-kenangan
karena gue mau lulus. Walaupun sampai saat ini pengumuman kelulusan belum
terang benderang. Semoga aja sih gue lulus. Biar tulisan yang udah telanjur
diposting ini ndak malu-maluin, hihi..
Selain itu, si doi ini bisa dibilang
sedang memperbaiki dirinya. Jadi buat kalian yang berharap bisa dekat TERUS
mencoba melancarkan rayuan gombal TERUS nembak TERUS berharap pacaran. Gue rasa
ndak mungkin.
Bukan apa-apa, gue yakin sama si doi
pasti dia bersungguh-sungguh dalam hal di atas. Gue sebenernya juga ndak
deket-deket amat sama dia, apalagi sampai-sampai pacaran atau apalah. Biar,
biarkan si doi asyik dengan dunianya sendiri. Ini bukan berarti dia ndak mau
berteman sama kalian. Bolehlah kalau itu. Tapi ingat aja apa yang gue omongin
barusan.
Btw, doi ini anak akuntansi, paling
jago ngitungin duit walau ndak ada duitnya. Pun suka dunia psikologi. Awalnya,
itu gara-gara salah-satu guru di SMP bernama Bu Sri sering berbicara psikologi
di pelajarannya. Tertariklah si doi ini, dan sering pula minjem buku ke gue
tantang psikolog. Gue juga suka psikolog sih, punya beberapa bukunya juga.
Kenapa gue suka? Karena di dunia psikolog tuh mengasyikan, kita belajar tantang
kemungkinan-kemungkinan manusia yang bisa dibedakan berdasar ‘yang telah Tuhan
berikan sejak lahir’, dan banyak lagi.
Kalau si doi ini minjem buku, cepat
juga kembaliinnya. Gue curiga metode apa yang dia anut dalam membaca buku.
Jangan-jangan bukunya ndak dia baca, pinjem cuma biar deket sama yang punya
buku aja? Ngohaha..
Gue juga pernah terlibat dalam satu
ekskul sama si doi. Yakni ekskul PIK dan Jurnalis. Tapi keterlibatan ini ndak berlangsung
lama. Mungkin karena si doi ini bosenan kali ya? Mungkin..
Di jurnalis, dia minat banget
menjadi orang yang mewawancarai narasumber. Maka pernah beberapa kali dia
menghasilkan satu berita dan gue yang nulis. Dan sekarang, kedua ekskul itu di
sekolah entah bagaimana kabarnya, barangkali sudah tinggal kenangan, huhuhu…
Gue rasa, postingan ini sudah
lumayan panjang. Jadi gimana? Tutup aja nih?
Eits bentar-bentar. Ada satu lagi
nih, yaitu asal-usul panggilan Kak EYD. Sungguh, ini panggilan paling absurd
yang pernah ada yang disematkan pada gue.
ini pas ada kegiatan bareng..
Jadi, waktu itu gue lagi sakit hati
karena dikasih komentar sama admin kampusfiksi tentang tulisan gue yang
berantakan. EYD berantakan, metafor, analogi dan sebagainya. Maka gue beli buku
EYD untuk memperbaiki salah satunya. Yang lain gue belajar dari buku-buku nyastra.
Nah, buku EYD ini sering gue bawa
dan dibaca di blankon sekolah sambil duduk dan menikmati suasana sekolah, di
samping pohon. Mungkin beberapa orang di bawah atau di bagian manalah di gedung
sekolah kami, ada yang liat gue lagi baca buku EYD. Termasuk si doi ini.
Akhirnya terciptalah: Kak EYD itu lahir. Yups, kak Ejaan yang Disempurnakan.
Ngoha..
Ada-ada aja emang. Tapi ya gue
terima panggilan itu dengan lapang dada. Kadangkala kalau ketemu dan doi
panggil gue, orang yang denger sering senyum-senyum ndak jelas gitu.
“KAK EYD!”
Mana ada orang punya panggilan
seperti itu? ngoahaha..
Dah, gimana? Sampai sini aja tulisan
ini? Yaudah.***
ini dia sosoknya!