Yeah,
akhirnya gue udah selesai UN. Tapi gue belum benar-benar bisa bernapas lega,
gue harus menunggu pengumuman apakah gue lulus apa ndak, apakah nilai gue terpuaskan
memuaskan apa ndak. Sampai saat ini, gue tetap optimis, hasil itu semua pasti ndak
mengecewakan. Bagaimanapun, gue udah semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai
bagus di UN, dan—selama tiga tahun sekolah—gue berusaha memantaskan diri untuk
bisa lulus.
ini pemandangan pas gue belajar di atas kosan gitu... |
Asal kalian tahu, di tahun 2016,
kelulusan itu ndak tergantung pada nilai UN, tapi pihak sekolah yang
menentukan. Jadi ya, jangan serius-serius gitu bacanya… #krik
Nah, selian fakta di atas, pada
tahun ini UN-nya sebagian besar menggunakan apa yang dijeluki oleh orang-orang
dengan CBT atau UNBK. Penjelasanya, maksud dari CBT atau UNBK intinya kita
mengerjakan soal UN yang tadinya di kertas, eh pindah ke layar monitor
komputer. Canggih deh!
Fakta lain, sebelumnya, tahun lalu,
CBT atau UNBK ini sudah ‘diuji coba’ di sekolah-sekolah yang menurut pemerintah
layak untuk menerapkan sistem ini. Dan menurut berita yang gue baca, tahun ini
dibanding tahun lalu, banyak sekolah yang menerapkan sistem ini, naik drastis.
Ini manandakan bahwa gaung kemajuan pendidikan Indonesia, semakin terdengar
keras.
Tapi, eh tetapi, jangan harap 100%
dengan sistem baru ini ndak ada kesalahan atau eror atau apalah itu. Karena
bagaimanapun pasti semua bisa salah. Dan dengan adanya sistem ini, menurut gue
pribadi, kemungkinan-bisa-menurunkan kesalahan-kesalahan UN di tahun lalu.
Bagaimana ndak?
Kita ndak usah repot-repot
‘mbuletin’ LJK, kita hanya log in lewat komputer, mirip banget kayak kita mau
maen warnet gitu. Abis itu tinggal masukin token, dan boom dimulailah UN itu.
Yang tadinya boleh jadi ada
kesalahan ‘mbuletin’ di angka atau huruf yang salah di LJK, di sistem CBT angka
kesalahan itu menurut gue diminimalisir. Kerena memang di sistem baru ini, ndak
usah mbuletin LJK. Jadi ndak usah lagi pakai pensil 2B dan dengan gugupnya,
dengan hati-hatinya, dengan sayangnya menjaga LJK agar ndak lecek. Sekarang,
kita hanya perlu jangan sekali-sekali mengotak-atik komputer aja.
Di sekolah gue, sebelumnya ada uji
coba CBT. Sungguh, waktu itu gue merinding. Bukan apa-apa, si penjaga lab
komputer bilang gini pas uji coba mau dimulai.
“Kalian harus jaga komputer yang ada
di depan kalian. Jangan sekali-kali membuka yang tidak-tidak. Kalau sampai ada
kerusakan di komputer yang sedang kalian pakai, maka sampai lulus dan kemana
pun akan kami kejar untuk bertanggung jawab atas kerusakan itu.”
Deg.
Waktu itu yang bilang guru cewek. Kenapa gue bilang guru cewek? Kerena memang
guru satu ini masih muda sih. Walau gue ndak pernah diajar sama guru ini. Tapi
kata-katanya pedas. Dengar-dengar, beliau ini terkenal galak dan suka makan
orang. Hiii.
*
Hari ujian
nasional pun tiba. Hari pertama pelajaran bahasa Indonesia. Orang-orang reme di
media sosial. Dan anehnya, banyak di antara mereka yang membuat surat wasiat
gitu. Jadi isinya tentang permintaan maaf, do’anya, hartanya akan diserahkan
kepada siapa, pembagian warisan sampai nanti kalau mati dikubur di samping
makam siapa. Ngeri juga sih gue bacanya. #krik2
Pelajaran favorit yang satu ini,
bahasa Indonesia, hm, sungguh menguras tenaga. Seperti biasa, ia memang
terkenal sebagai pelajaran koran. Iya, jadi mengerjakannya seperti baca koran,
kata teman-teman sih gitu. Tapi menurut gue? Ya gitu juga..
Hari pertama sukses parah. Gue
optimis dapet nilai memuaskan!
Hari berikutnya adalah matematika.
Gue belajar keras untuk pelajaran yang satu ini. Belajar arit, geo, persentil,
desil, rata-rata baku, harmonis, dan apalah itu. Dari perhitungan gue, dengan
waktu mengerjakan butuh 5 lembar coret-coretan, maka gue yakin bisa dapat nilai
memuaskan di mata pelajaran satu ini! Dari
tadi memuaskan mulu, Mz…
Di hari kedua
ini, kartu ujian gue ketinggalan! Gue baru sadar pas udah di kelas. Harap-harap
cemas, apakah bakal diusir karena ndak bawa kartu itu, apakah akan disuruh
pulang buat ambil kartu itu. Tapi, entah pengawasnya yang emang ndak terlalu
niat apa alasan lain, gue masih bisa mengikuti ujian tanpa kartu itu.
Nah, di hari ini nih, hari ketiga,
sial, komputer gue mati! Dan hampir gue ndak bawa kartu lagi, inget di tengah
jalan gue balik lagi ke kos, ambil kartu dan agak telat masuk kelas.
Hari ketiga pelajaran bahasa
Inggris, ada listening. Pertama-tama
headshet gue ndak bunyi, terus diperbaiki oleh teknisi. Kedua, komputer gue
mati mendadak. Windows-nya urged sendiri gitu. Gue panik. Melihat teknisi
memperbaiki komputer, gue dengan harap-harap cemas, ditambah teknisi itu
mukanya ndak meyakinkan, tapi, ya, sudahlah, berapa menit kemudian, boom gue bisa lanjut walau tertinggal
dengan yang lain.
Bahasa Inggris oh bahasa Inggris.
Menurut perhitungan gue, di pelajaran ini, nilai gue bakal memuaskan!
Hari terakhir ada teori kejuruan,
administrasi perkantoran. Gue udah belajar sebelumnya—jangan ditanya—gue
baca-baca soal UN teori kejuruan di tahun-tahun sebelumnya. Dan sial, di hari
itu (atau hari ini, pas gue nulis ini) sedikit banget yang keluar di UN.
Kebanyakan tentang PNS. Apalagi ada pasal-pasalnya segala.
Gue sedikit banyak inget (maksudnya
gimana?) tentang itu untungnya. Dan yeah, nilai gue, gue harap memuaskan di
mata pelajaran ini!
*
Pas pulang, ternyata ada pak polisi
menghadang di gerbang sekolah. Sebelumnya, pas di ruangan UN, ada penggeledahan
di tas-tas kami. Untung gue ndak bawa macem-macem, cuma bawa buku bacaan doang.
Emang, kalau gue bawa tas, pasti di dalemnya ada buku, entah novel atau apa,
dibaca? Kadang-kadang ==”
Setiap yang mau melewati gerbang
sekolah, akan diperiksa. Ada yang kedapatan membawa karter, baju ganti, dan
lain-lain. Memang, dalam pemeriksaan itu ndak diketemukan pilok, tapi pasti di
luar sana ada yang coret-coretan. Maksud pemeriksaan ini memang untuk itu,
mencegah adanya coret-coretan. Karena hari ini, hari terakhir UN, Boss…
Pas gue mau keluar gerbang, ndilalah pak polisinya minta foto. Gue
jadi modelnya, diapit dua pak polisi seolah menggeledah tas, dan jok motor.
Mereka jago banget gayanya. Gue curiga, jangan-jangan selain polisi, kedua
bapak ini adalah… stop, sudah!
“Buat laporan ya, pak?” tanya gue.
“Iya,” jawab pak polisi datar. Udah
gitu aja.
*
Hm.. ndak tarasa udah panjang banget
ini postingan. Kerena itu, gue akhiri saja ya. Mari kita do’akan yang terbaik
untuk teman-teman kita kelas 12 yang sedang harap-harap cemas menunggu
pengumuman. ^_^