MENYUSURI SISI KELAM CINTA BERSAMA BUKU BERNARD BATUBARA

Sebenarnya saya sudah lama menamatkan buku ini. Tapi ya, saya merasa belum menjadi pembaca yang kaffah kalau belum menceritakan kepada orang-orang bahwa buku yang kita baca itu bagus, sarat amanat, banyak faedahnya, enak dibaca. Maka untuk beberapa hari ke depan (dan seterusnya) saya akan menuliskan buku-buku yang sudah saya baca, di blog.
            Untuk buku ini, Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, saya dapatkan ketika ada festival ASEAN LITERARY di TIM. Kebetulan, waktu itu si penulis, Bernard Batubara sedang berbicara di panggung. Waktu itu sore hari. Barangkali bang Bara juga sudah lupa. Tapi entah juga.
            Saya melihat buku itu di booth Gagas Media yang dijaga oleh muda-mudi yang ramah.
            “Ini penulisnya Bernard Batubara yah?” tanya saya.
            “Iya, tuh orangnya lagi di sana,” jawab Mas-masnya sambil menunjukan panggung. Saya membeli buku itu, dan mendapat satu buku catatan kecil sebagai bonus, bergambar Koala Kumal. Kemudian, saya ikut nimbrung di kursi penonton, nonton talks show itu.
            Ndak membutuhkan waktu lama untuk menamatkan buku ini. Bukan apa-apa, itu karena memang buku ini ‘sangat nikmat’. Isinya cerpen-cerpen bertemakan cinta. Dan di sini bang Bara mengangkat kesuraman cinta.
            Diawali dengan kisah Hamidah. Seorang gadis buruk rupa yang kemudian menjadi cantik jelita ketika didatangi oleh kunang-kunang, yang ternyata adalah Ibunya.
Aku telah menunggu saat-saat ini, untuk bicara kepadamu Hamidah. Maafkan aku harus menunggu dua puluh satu tahun lamanya sampai akhirnya bisa memiliki wujud kunang-kunang. Butuh usaha keras untuk menjadi kunang-kunang setelah mati, Hamidah. Lebih mudah menjadi kecoak atau lipan, tapi kau pasti tak mau bicara dengan kecoak dan lipan. (hm. 7)
            Ketika membaca ini, saya jadi ingat Si Cantik dalam novel Cantik Itu Luka. Dalam hal ini, kita belajar bahwa ndak butuh cantik untuk hidup yang lebih baik. Cantik bukan jaminan, bahkan wanita cantik itu malah rawan disakiti. Karena cantik itu luka. Maka, berkekasihlah dengan wanita buruk rupa, mereka cenderung tidak akan menyakiti hatimu.
            Cerita selanjutnya tentang asal-usul Pontianak yang dikemas begitu ciamik. Bahkan di sini bang Bara seperti begitu menikmati menjadi si kuntilak.
            … sesuatu itulah yang hendak kuceritakan kepada kalian lewat tangan cerpenis yang tenah kupinjam ini. Maka begini ceritanya. (hlm. 15)
            Saya jadi berimajinasi, jangan-jangan bang Bara harus melakukan ritual agar ia bisa kesurupan kuntilanak lalu menuliskan cerpen ini. Hahaha..
            Cerpen ini berkisah tantang kuntilanak yang menyukai seorang sultan tampan yang sedang melakukan perjalanan. Kuntilanak itu mengganggu rombongan sultan karena ia tertawa keras setelah bercanda gurau dengan daun, ranting dan akar.
            Sembarangan, ha. Begini-begini, biar kuntilanak begini, aku punya hati. Lebih tak punya hati para koruptor di gedung dewan itu! (hlm. 19)
            Selanjutnya cerita tentang kesetiaan wanita kepada kekasihnya. Sampai pada cerpen ini, kita disuguhkan cerita-cerita surealis. Dan itu cukup memikat pembaca untuk melanjutkan cerita-cerita selanjutnya. Ilustrasi-ilustrasi bergambar tiap cerpennya pun sangat apik. Terkesan begitu tampak suramnya cinta itu.
            Selanjutnya kita akan membaca cerpen yang seolah ditulis oleh anak kecil yang masih duduk di SD. Judulnya Seribu Matahari untuk Ariyani. Bukan apa-apa, menurut saya bang Bara seperti memburamkan dalangnya menjadi penulis untuk membuat tokoh yang begitu kuat. Jadi tidak menoton. Kan kadang kita membaca cerita ada yang tokoh satu dengan tokoh lainnya tuh cara pengucapannya sama, padahahal setiap tokoh memiliki cara berbicara yang berbeda seharusnya. Ya seperti kita saja, pasti cara bicaranya berbeda-beda.
Bangun tidur aku melihat foto. Sebelum tidur, aku melihat foto lagi. Dua kali sehari. Setiap hari. Kadang, Abang masuk kamar. Abang menempeleng kepalaku. Abang menempeleng kepalaku satu kali sehari. Kadang-kadang dua kali atau tiga kali. Kadang, saat aku sedang menulis nama Ariyani. (hlm. 86)
            Total cerpen di buku ini ada 15. Dari keseluruhan, saya sangat suka dengen cerpen berjudul Menjelang Kematian Mustafa. Itu karena di cerpen ini saya sebagai pembaca begitu merasa tegang. Ceritanya pun penuh lika-liku.
            Namun, Mustafa, mengingat pelajaran yang diberikan oleh Maman Kampang, segera menusukkan pisau lebih dalam ke jantung korban, membelokkannya ke kiri, ke atas, mencabutnya, lalu menusuk lagi. Juga membelokan pisau ke kanan, menekannya dengan kuat hingga si korban tak bisa melakukan hal lain selain terkulai, mengerang sebentar, dan akhirnya ambruk. (234)
            Ketika saya membaca narasi di atas, saya merasa nyeri sendiri. Sungguh. Saya merasa seperti korban yang dibunuh oleh Mustafa. Cerpen ini dari awal cerita memang seru, bisa menaikan adrenalin kita selaku pembaca. Dari halaman pertama yang mellow-melow, sampai cerpen ini semua diputarbalikan habis menjadi sadis!
            Buku ini ditutup dengan cerpen yang berjudul sama dengan judul buku. Adalah cerita tantang malaikat yang jatuh cinta pada perempuan di bumi yang bernama Rahayu.
            Aku bahkan tak merasa yang kubawa adalah wahyu, melainkan lebih ke pesan burung yang tak penting-penting amat untuk diketahui. Wahyu-wahyu yang kubawa itu seperti SMS nyasar dari orang tak dikenal… (hlm. 269)
            Jujur, saya ndak terlalu suka sama cerpen ini sebagai penutup. Awalnya, saya kira dengan judul seperti itu, isi cerpennya adalah tantang cinta yang amat hebat sehingga diakhiri dengan bunuh diri. Dalam artian di sini mereka adalah manusia bukan malaikat. Tapi ya, pendiskripsian tantang si malaikat di cerpen ini cukup membingungkan, asal-usulnya ndak begitu jelas.
            Entah disengaja atau ndak, di halaman 146 itu paragraf awalnya ndak dikasih ‘huruf besar’ tapi biarkan normal saja. Sedangkan di paragraf serupa, selalu bertuliskan besar.


           
            Buku ini cocok dibaca oleh remaja-remaja labil yang selalu memikirkan bahwa jatuh cinta hanya indah dan indah. Ndak memikirkan bahwa ketika jatuh cinta, ndak selamanya indah. Ada suram, gelap dan takut.
            Selain itu, buku ini pun nyaman untuk dibaca. Mulai font, margin, ukuran buku, semuanya apik. Cukup nikmat untuk dibaca sambil santai di kelas, di angkutan umum, atau di kamar sambil galau-galau.
            Jadi kalau kalian beranggapan bahwa ini novel berjudul jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri, kalian salah, ini adalah buku kumpulan cerita pendek. Ya itu saja, selamat membaca J
Comments
1 Comments

1 komentar:

Wah keren banget ya haha :)) Jadi pengen beli nihh...

-jevonlevin.com

Reply

Posting Komentar