Cemburu itu
Peluru, buku ini aku dapatkan ketika mengkuti workshop menulis di Setiabudi.
Dapatnya gratis karena waktu itu menang kuis. Sebetulnya di buku ini pun ada
CD, tapi sial, CD itu sudah ndak bisa lagi diputar, rusak. Padahal, setelah
cari tahu, CD itu isinya adalah 5 film mini dari cerita di buku.
Membaca buku ini, aku seperti
dilempar ke pelbagai tempat yang berbeda-beda. Cerita-cerita yang unik walau
singkat. Bahasanya ringkas tapi padat. Bahkan ada yang hanya beberapa karakter
saja.
Pantas begitu, karena ini memang
buku cerita yang dikembangkan dari sebuah fiksimini yang ndak lebih dari 140
karakter. Rata-rata, cerita di buku ini hanya sampai dua halaman saja. Adapun
yang satu halaman sampai setangah halaman, yang banyak titik-titik aja pun ada.
tuh kan, cuma titik-titik..
Penulis buku ini ada lima orang:
Erdian Aji (aji drive), Novita Poerwanto, Kika Dhersy Putri, Andi Tantono dan
Oddi Frente. Kelima orang ini, adalah orang-orang sibuk di dunianya
masing-masing. Mereka bukan orang sastra atau apalah itu. Mereka hanya pekerja
biasa yang bertemu atas dasar suka menulis fiksimini. Fiksimini adalah menulis
dalam kurang dari 140 karakter di twitter.
Buku ini dibuka oleh Calara Ng dalam
tajuk catatan rehat, semacam kata pengantar.
….bahwa bagaimana sastra menjadi ruang rehat bagi manusia-manusia megapolitan yang sehar-hari berhadapan dengan atasan, klien, anak buah, laporan sales, perencanaan proyek, peluncuran produk, konferensi pers, dan serba-serbi lainnya. Sastra menjadi oase segar untuk pemulihan diri. Sastra menjadi semacam terapi ketika tekanan pekerjaan membua menusia menjad setengah gila. (hlm. 5)
Ini
menegaskan bahwa sastra sangat dekat dengan dunia kita. Ndak melulu sastra
identik dengan buku-buku tebal, kacamata, orang tua, diskusi berat, atau apalah
itu.
Buku ini dibuka dengan cerita
berjudul Buntingnya Perawan Kekar.
Diawali dengan fiksimini di depannya, lalu pengembangannya adalah dua halaman
sendiri. Ini adalah cerita tentang buntingnya seorang gadis bernama Zubaedah di
sebuah desa. Sepenjuru desa tahu desas-desus ini, tapi gadis itu tak mengaku
siapa yang telah menghamilinya. Di cerita ini pun kita seperti diajak menebak,
siapa yang menghamili Zubaedah?—setelah membaca secara keseluruhan—penuh
teka-teki.
Kalian jangan kaget ketika menemukan
Dim Sum, Singkong dan sebagainya muncul sebagai judul.
Tiga singkong rebus. “Mana kenyang segini? “Makanlah, Nak. Orang kaya menyebut ini dim sum.” (hlm. 15)
Kita juga akan menemukan
cerita-cerita menggelitik yang mengkritik pemerintah. Seperti,
Virus kantuk. Berkembang biak dari gedung dewan, mewabah hebat ke seluruh pelosok negeri. (hlm. 37)
“Oh, si gendut jelek koruptor itu ya? Ya nggak heranlah, dia kan dulunya babi.” (hlm 36)
Dari keseluruhan
cerita, menurutku kesemuanya sangat seru. Bisa melatih kita untuk berpikir
lebih segar. Kita seperti disuguhkan dunia fantasi entah barantah. Tapi tetap
menghibur. Aku sarankan untuk membaca buku ini jangan terlalu cepat, serapi terlebih dahulu cerita demi cerita
yang kiranya sukar dimengerti. Karena dengan begitu kita bisa memecahkan
teka-teki yang dibuat penulis. Begitu cara menikmatinya.
Buku ini cocok dibaca oleh siapa
saja, terutama mereka yang ingin membaca kumpulan cerita. Ada 100 cerita di
buku ini, selamat menikmati!
Ohya,
buku ini terbit tahun 2011 diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Kalau
kalian pengin baca, mungkin bisa membelinya lewat online atau di toko-toko buku
kalau masih ada.***
foto lain:
ada yang diulang-ulang gini..
kalau yang ini sengaja dibalik hurufnya.. kacau!
ngohoho.. ini apalagi xD