Bagiku, tidak ada sahabat lama.
Semua sahabatku adalah baru, mengikuti waktu yang terus baru pula. Sahabat
selalu ada dalam ingatan, dan ingatanku kuat karena sahabat. Aku suka
mengingat, dan mengingat adalah kusakaanku. Apalagi mengingat tentang sahabat. Hem....
Beginilah ingatanku mengenai sahabat. Tak perlu bermeditasi untuk
mengingatkannya. Semua ada di batok kepala, utuh, bersama beribu-ribu cerita.
***
Bertahun-tahun yang lalu. Seragam
putih-merah kukenakan sedemikian rupa. Dasi, topi, yang kukenakan petanda bahwa
aku anak SD. Dulu, aku sekolah siang, ya jadi aku harus mandi siang, juga
otomatis tidak mandi pagi, ckckck.
E tetapi aku terlihat tampan
lho..., itu terbukti ketika aku melihat rapotku, ada fotoku di sana. Rasanya
ingin kembali aku ke masa-masa itu. Bebas, dan tak memikirkan banyak tugas!
Ah..., aku ingin bercerita
mengenai sahabat. Begini ceritanya. Sore itu, kebanyakan anak laki-laki bermain
bola dan anak perempuan bermain bola bekel' yang kecil dan suka memantul itu.
Berbeda dengan anak laki-laki,
bola yang dimainkan adalah bola plastik cap Panda. Warnanya putih dan empuk
bila ditendang. Bola cap Panda, berbeda dengan bola jenis lainnya. Untuk itu,
temanku, Andre, adalah langganan pembawa bola cap Panda, kala itu. Dialah
pemilik bola itu, walau... Em, maaf, dia sendiri tidak pandai bermain bola. Aku
ingat betul sepatu yang ia kenakan, berwarna hitam, agak runcing dan bertali.
Demikianlah. Aku? Aku ketika itu
adalah anak baru, aku pindahan dari kampung, sebab orangtuaku berada di Jakarta,
dua-duanya. Kelas 4 SD, tepatnya semester 2, aku pindah ke Jakarta, sekolah di
sana dan mendapat teman baru. Perbendaharaan bahasa Indonesiaku cukup baik,
hanya saja, bahasa 'gaul' banyak yang tidak kumengerti kala itu. Hu...,
begitulah nasibku.
Aku jadi ingat Denis. Dia adalah
temanku, perempuan, perawakannya besar dan suka bermain dengan Ibat. Mereka
berdua suka sekali mengerjaiku. Huh.Terlebih lagi kala itu, hem..., ketika aku
bermain bekel' bersama teman-temanku di kelas. Bu Yuli sedang tidak masuk hari
ini.
Dalam permainan, pasti ada yang
kalah dan ada yang menang, sedangkan aku tidak suka kecurangan. Melihat
Syahrul, temanku, curang, segera aku menyerunya.
''Hai. Curang kamu!''
Begitu seruku, Syahrul tetap
mengelak, tak mau menerima kecurangannya sendiri. Karena itu, kami bertengkar
dan ribut!
***
Selepas keributan itu. Aku
dipojokan oleh Denis dan yang lainnya. Aku menangis sedu-sedan. Tapi, tak lama
kami kembali berteman. Hahaha..., maklum, anak SD. Aku ingat betul ketika kami
kembali berteman. Waktu itu aku keluar kelas sehabis menangis, lalu, ada
Syahrul, Maulid, dan yang lainnya dari lawan arah. Mereka memberhetikanku lalu
kami bersalaman dan berjanji tak boleh lagi mengulang keributan tadi.
***
Selama SD, aku duduk sebangku
dengan Andre, selalu, ya, selalu. Sebab, dia itu pintar, dan mengerti segala
hal. Aku sering berdiskusi dengannya walau dia yang dominan. Andre memang
seperti keturunan China, kulitnya putih, rambutnya lancip, dan matanya agak
sipit, kalau tertawa matanya akan hilang dimakan kerutannya. Selain itu, ia
juga agak gendut. Ah, pokoknya seperti anak-anak China pada umumnya.
Kadang aku suka bermain ke rumah
kosannya. Sekedar bermain PS atau juga layangan. Kalau bermain PS, selalu aku
kalah olehnya. Apalagi PS bola, huuu... Dia rajanya. Kadang-kadang, aku bermain
di 'daerah' Andre hingga sampai senja malam. Soalnya, di lapangan luas tak
terasa hari akan gelap.
Selain itu, Andre juga pernah
bermain ke kontrakanku. Kontrakan di bawah jalan kereta Jayakarta. Kami bermain
berempat, ada Syahrul, Maulid, Andre dan aku. Kadang kita makan bersama, dan
bermain apa saja. Pernah suatu hari, ketika kami berangkat ke kontrakanku,
Andre, kakinya terkena kawat sampai berdarah. Terpaksa ia sulit untuk berjalan.
Sampai di kontrakan, ia diobati oleh Bapakku. Bapakku sudah tua, kala itu aku
ingat betul, beliau sedang membuat adonan untuk dagangannya.
***
Sekarang, hari telah berlalu
menjadi tahun. Selepas lulus SD, kami berpisah, dan jarang bertemu. Terakhir,
aku ingat betul, aku bertemu Andre di SMK N 11 Jakarta untuk mendaftar di sana
juga. Namun, naasnya, Andre tidak diterima sedang aku, Alhamdulilah, diterima.
Aku 'pangling' ketika melihat
Andre kala itu. Dia tampak agak kurusan, wajahnya sudah tidak seperti anak
China lagi, pokoknya berbeda..., ketika pendaftaran di SMK 11, terlebih dahulu
aku bertemu Reza, anak kecil itu, aku bertemu dengannya dan bertanya,
''Di mana Andre?''
''Itu, di sana.''
Aku menghampiri, menembus
keramaian, dan terlihatlah sosok Andre, benar, dia itu berbeda. Selain itu,
kini ia pun menjadi agak 'alay'. Eksis di media sosial, meng-upload
foto-fotonya sampai banyak. Hohohho, itulah Andre yang sekarang.
Sebenarnya ada banyak yang belum
kuceritakan mengenai sahabat di sini. Namun, semua sahabatku terpatri di dalam
hati, mereka tak akan kulupakan, mereka ada beserta cerita yang kita buat.
Oh..., terima kasih sahabat, aku yakin, suatu hari nanti pasti ada suatu waktu
untuk kita bercerita banyak.***
Afsokhi Abdullah
Kosan, 01 Januari 2015