KEPADA ANGIN, BANTU AKU BISIKAN INI KEPADANYA

Waktu sendiri tak ada yang dikerjakan seperti ini, aku selalu mengingatmu dan semua tentang kita. Iya, kita, kamu dan aku, tidak ada yang lain. Sekali lagi, hanya kamu dan aku.

***

Kepada angin, tolong bisikan kepadanya risalah cintaku. Bisikan dengan jelas di telinganya, jangan lupa terbelih dahulu kau menyibak rambutnya yang panjang menghalangi, bisikan seperti ini: ''Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, bukan hanya di dunia, namun sampai surga. Cintaku bukan pasaran. Cintaku bukan murahan, ia hanya pantas diberikan kepada orang yang pantas.''

Lalu jangan buru-buru pergi, angin, usaplah rambutnya yang hitam, usap keningnya yang sering menyembulkan setetes keringat dan, berilah hembusan mesra tepat di matanya. Setelahnya, barulah kau kembali pulang, angin.

Terima kasih angin, kau sudah membisikannya. Semoga dia mendengar dan mengerti bahwa, kali ini aku tidak bisa langsung membisikan itu. Sebab, aku sedang bertapa di dalam goa yang penuh penenang hati, tentu tanpanya dan segala tentangnya. Pun tanpa semakhluk pun yang berjenis wanita.

Aku sedang memantaskan diri. Aku sadar, selama ini aku salah, aku telah jauh dari jalan lurus. Sebenarnya aku tahu jalan yang lurus seperti apa, hanya saja godaan sangat dasyatlah yang menyerangku.

Mereka menggoda dari segala arah. Mulai telingaku, tanganku, kakiku, mataku, hingga hatiku yang sebenarnya tidak bisa mendenger, ikut terbisikan godaan-godaan.

Yang, semua itu membuatku resah dan selalu resah.

Aku ingin kembali ke jalan yang lurus setelah salah memilih jalan menyimpang nun jauh ke sana. Aku ingin menjadi manusia yang seperti halnya hakekat manusia. Yang percaya Tuhan, Ia mengawasimu di mana saja dan, percaya akan siksa dan nikmat yang diberikanNya.

Salah satu jalan menuju kenikmatanNya adalah menjaga diri dari wanita.

Aku percaya, aku sedang diuji. Aku tidak mau karena wanita aku goyah. Tapi, memang, tak dapat kupungkiri, menatap mata senjata lebih mudah ketimbang menatap mata wanita.

***

Apa pun nanti resikonya, yang penting aku percaya pada Tuhan, Ia akan memberikan kenikmatan pada hambaNya yang berbuat baik selama di dunia. Selagi kita masih bisa hidup, kenapa tidak berbuat baik dan memperbaiki diri?

Aku sadar, waktu terus bergulir dan mengalirkan takdir, dan tugasku adalah terus berjalan di jalan yang lurus sembari terus istiqomah.***

Akhir Juli pada hari Jum'at malam

Comments
0 Comments

Posting Komentar