Dalam suatu ‘hubungan’ antar seseorang
lawan jenis, pasti mengalami beberapa fase. Mulai dari fase cie-cie sampe
bangke-bangke. Mungkin begitu. Seperti biasa, semua pasti berawal dengan
bunga-bunga, sejalan dengan waktu ada kerikil mengganjal, lalu kemudian batu,
dan karang….
Jika mereka yang menjalin hubungan
tidak kuat dan tidak kompak, bisa-bisa akan putus di tengah jalan.
Iyah, dalam suatu hubungan, jangan bayangkan yang indah-indah saja, bayangkan pula hal yang bisa membuatmu menangis, sakit hati, cemburu, kecewa, dan seterusnya. Yang semua adalah bisa membuatmu tidak semangat menjalani hidup dan seterusnya.
Kadang orang akan menjudge
pasangannya berubah tidak seperti awal mereka bertemu. Barang tentu, semua
orang bisa berubah bukan? Jika memang dia ‘murni’ dari awal bertemu kamu: tidak
sikapnya diada-ada, tidak tingkahnya dibuat-buat, maka kemungkinan besar kata
berubah itu tidak akan terlontar.
Namun tetap saja, setiap orang
berubah. Layaknya bumi itu bulat, bulan hadir di malam hari dan matahari hadir
di siang hari, orang pasti berubah.
Apalagi dalam suatu hubungan, yang
terpenting adalah menyatukan dua kepala, dan jika berlanjut ke ranah
pernikahan, maka dua keluarga yang harus disatukan. Jika (lagi) dalam penyatuan
itu ada yang tidak jujur, sampai kapan pun mereka tidak akan satu. Singkatnya
begitu.
Masalah pasanganmu yang berubah,
mungkin saja ia sudah mulai bosan denganmu, atau apalah-apalah yang lainnya.
Namun jika ada cinta di antara kalian, rasa bosan itu akan dengan cepatnya
terganti dengan rasa semakin sayang.
Ya, namanya juga manusia, mau dengan teori apa-pun, pasti ia bisa bosan, apalagi tentang pasangannya. Jujur saja.
Nah, sampailah kita di fase ini. Fase
di mana saling mempertahankan hubungan setelah mengalami perubahan dan
kebosanan. Jika memang karena hanya rasa kagum, suka karena tampilan, pasti
pada fase ini kamu akan putus.
Berbeda dengan mereka yang
mendasarkan, mempondasikan hubunganya dengan rasa cinta, saling kasih dan
sayang, saling mengerti dan berkorban, pasti mereka akan dengan mudah melewati
ini.
Memang, ini adalah fase yang paling
rawan dalam suatu hubungan, apalagi yang menjalani masih labil seperti
kalian.
Ada kalanya kita harus menahan parasaan terhadap lawan jenis selain pasanganmu, karena kita harus menjaga hatinya.
Sebab itu, haruslah ada kedewasaan di sini, saling mengerti satu-sama lain, percaya dan dengarlah keluhannya, maunnya. Dengan itu, pasti hubunganmu akan baik-baik saja.
Seperti nyamuk yang menggit pasti
gatal bukan? Kamu akan menggaruknya atau tidak? *abaikan* *belakangan lagi
banyak nyamuk nih*
Seperti halnya bintang di malam
hari, jika sudah kamu setia dengan cahaya yang satu di antara banyaknya cahaya
yang lain, matamu akan hanya bisa melihat keterangan cahaya yang kamu setiakan.
Cahaya yang lain tidaklah lebih dari sekedar cahaya. Berbeda dengan cahaya yang
kamu pilih, dia akan bersinar lebih tarang, berbeda dengan yang lain, jika
sudah begitu ia siap menuntunmu menuju sesuatu yang bernama bahagia.***
Jakarta 8 Juli