Bulan suci Ramadhan,
bulan yang di dalamnya tersurat jelas dengan sangat bahwa adalah saat yang ‘pas’
untuk memperbaiki diri. Dengan memperbanyak tadarusan, beribadah, dan hal
positif lainnya, dengan ‘iming-iming’ pahala yang berlipat ganda.
Karena itu, kita para remaja akan
berlomba-lomba mencari keberkahan Ramadhan, terutama pahalanya. Awal Ramadhan,
remaja akan terlihat memenuhi masjid dan mushola dekat rumah. Mereka bersemangat,
dengan alasan disuruh orangtua sampai ikut-ikutan teman, di antara mereka,
pasti ada niat murni karenaNya.
Jika memang niat murni kerenaNya,
lalu kenapa hari selanjutnya Ramadhan kian sepi saja itu masjid dan mushola
yang awalnya diramaikan oleh mereka para remaja?
Seperti di daerah kosan saya, awal
Ramadhan, banyak sekali yang berbondong-bondong ke mushola sampai ke
jalan-jalan itu shaf. Namun, berjalannya hari, mereka kembali nongkrong dan
ngobrol ngalor-ngidul dengan sebatang rokok yang berasap di tangannya, terlihat
magis di malam hari.
Menjadi remaja
memang susah, remaja dikaruniai dengan hormon-hormon yang luar biasa, rasa
ingin tahu yang sangat, dan merasa ingin bebas dari aturan. Itulah remaja. Bahkan,
pada sebuah seminar yang pernah saya ikuti, sang pembicara bersabda bahwa masa
depanmu tergantung pengontrolan masa remajamu.
Iyah, remaja adalah mereka yang
berumur 10-25 tahun. Semakin tua usia seseorang, tidak menjamin semakin matang
pemikirannya. Begitulah remaja, mereka bisa saja memilih untuk berpikir dewasa,
namun ada pula yang seperti anak-anak, ingin dilayani saja.
Remaja adalah pertengahan dari masa
anak-anak dan masa dewasa. Ia tidak ingin dikatakan anak-anak atau seorang yang
sudah dewasa. Masa remaja, adalah masa pencarian jati dirinya sendiri, dengan
caranya sendiri.
Berada di masa remaja, bagaikan
meluncur di atar kereta yang relnya berlika-liku. Jika kita memegang pegangan
dengan kuat, niscaya tidak akan terjatuh. Dan jika sebaliknya, tidak kuat dalam
berpegangan, bisa-bisa terjatuh dan terjerumus ke dangkal sana. Penuh dengan
kegelapan, dan hitam.
Macam-macam penyakit remaja sampai
sekarang masih saja ada. Sebut saja itu namanya kenakalan remaja. Mungkin kini
bukan kenakalan lagi, namun kejahatan remaja. Mulai dari pencurian, pemerkosaan,
ah banyak lagi macamnya, saban hari ada di berita dan media massa bukan?
***
Iyah, jadi remaja
memang sangat sulit. Harus mampu mengontrol diri sedemikian rupa. Kita bisa
saja memilih untuk menjadi remaja yang lebih baik, berpegangan pada agama, dan
patuh pada orangtua. Namun yang sulit adalah untuk konsisten, beristiqomah.
Tidak lain, yang sangat mempengaruhi
seorang remaja adalah orangtua. Kedua orangtua adalah madrasah pertama untuk
remaja. Orang yang hebat, adalah lahir dari orangtua yang hebat.
Begitulah pemandangan saya tentang
remaja. Sulit bukan? Maka dari itu, mari kita sadar wahai para remaja, untuk
apa kita hidup di dunia yang fana ini, bukan untuk hanya bersenang-senang,
namun untuk mempersiapkan bekal kehidupan yang kekal, yang bernama akhirat,
surga atau neraka kau pilih dari sekarang.***
Jakarta, 19 Juli 2015