Menjadi siswa yang
sedang PKL, menggunakan almet jurusan, rasanya masih belum menyangka. Padahal,
baru kemarin gue membincangkan Power Ranger, Spongebob, Tom and Jery, Doraemon.
Eh, sekarang perbincangan itu, yang pada zamannya sangat menyenangkan sekali,
kini berubah menjadi perbincangan pekerjaan dan gaji.
Pertama kali mendengar PKL, yang gue
pikirkan adalah bekerja di tempat yang asing, ditatap oleh mata pemburu,
disuruh-suruh, dikesampingkan, tidak terlalu dipandang, dan segala hal negatif
lainnya. Namun, ternyata tidak. Hal itu terbukti ketika gue masuk gedung
Kemkominfo.
Pagi itu, 1 Juli, awal gue masuk
PKL, gue sekelompok dengan Argi, Ridho, Fadly dan Ucup. Yap, cowok semua. Kami janji
jam 7 udah di depan gedung, sialnya gue kesiangan. Di angkot jam 7 kurang 10
menit, nahas, sang sopir tidak lewat jalan yang biasa dilalui dan melewati
gedung yang gue tuju. Alhasil, gue berhenti agak jauh dari gedung, berlari, dan
terlihatlah almet kuning-kuning ngambang dari sebrang.
Gue langsung lari, melambaikan
tangan.
Tanpa babibu, kami masuk gedung, gue
memimpin. Ndak ada yang nanya kenapa gue telat. Huh, syukur deh. Karena itu,
ndak juga gue tulis kenapa gue telat di sini. Hihihi..
Di gerbang, ada satpam dengan
seragam hitam-hitam, kami menyapanya lalu dibalas dengan hangat. Lanjut masuk
gedung yang ditunggu-tunggu. Lapor di resepsionis dan lalu naik lift ke lantai
7. Di lantai paling atas itu, kami bertemu sekeretariat, dikasih surat, lalu
menuju lantai 4.
nungguin name tag :V
Di lantai 4, kami dikasih name tag,
name tag ini digunakan selama PKL.
Tepat jam 8 pagi, kami diarahkan ke
Balitbang (Badan Penelitian dan Pengambangan) SDM di lantai 5. Kami bertemu
dengan Mas Rizal, lalu diarahkan apa-apa yang harus kami patuhi.
“Di sini, bukan memaksa, tapi kalian
harus disiplin, berbaur, fleksibel, kalau lagi nggak ada kerjaan, kalian harus
menawarkan diri, apa yang bisa saya bantu ketika melihat ada yang lagi sibuk,”
pungkas Mas Rizal dengan nada Jawa namun tagas.
Setelah itu, kami diberi pilihan
untuk memilih bagian-bagian mana yang kami inginkin. Ada bagian laporan kantor,
kepegawaian, bagian umum dan keuangan.
Dan akhirnya, gue dapet di bagian
keuangan.
Kami diantar ke bagian kami
masing-masing.
“Ini anak-anak PKL, tolong
dimanfaatkan sebaik mungkin. Mohon bimbingannya,” kata Pak Teguh, instrukur
kami yang lain setelah Mas Rizal.
Kami mendapat tempat masing-masing. Di
sini ruangan di skat-skat sedemikian rupa, suasana nyaman, dingin, dan
orang-orangya ramah-tamah. Tidak ada yang judes.
Pekerjaan gue pertama adalah
memfotocopy dan belajar mesin TIK. Hari berjalan, pekerjaan gue selanjutnya
lebih kepada mengarsip dan mendata. Kadang pula mengantarkan surat dan
menghancurkan berkas.
tiap hari karpet lift ganti berdasarkan hari...
Dari PKL, gue belajar untuk lebih
bergaul, lebih berbaur, dan tidak hanya memikirkan diri sendiri. Kalau kita
tidak berbaur siapa yang akan peduli pada kita? Kalau kita tidak punya
tetangga, saudara, siapa yang memandikan mayat kita?
Maka dari itu, gaitlah
sebanyak-banyaknya teman, dan jauhi lawan.
***
Di gedung kekominfo
ada perpustakaannya, kadang kalau ada waktu luang gue datang ke sana untuk
membaca-baca buku. Banyak buku yang bagus-bagus di sini. Bikin betah deh.
BACA BUKU....
Kemudian, kalau jam istirahat, kami
sholat duhur berjamaah, setelahnya, kami bisa mendengarkan ceramah, atau tidur
di lantai dua masjid. Sampai jam 1 baru kami kembali ke kantor.
Omong-omong tentang kantor, kami
tidak bisa masuk dengan mudah, harus pencet mesin penditekasi (yang hanya
dipunyai oleh karyawan) baru bisa masuk. Cet,
cekrek. Begitu bunyinya, mesin itu pun bisa memfoto sendiri.
Kami harus menunggu dulu yang keluar
atau tidak yang masuk untuk membuka pintunya…
Pas mau keluar, kita harus, apa yah
istilahnya, memberikan bayangan ke sebuah tombol yang bertuliskan: no touch baru bisa kebuka itu pintu. Keren
deh, jadi kepikiran sama markas Power Ranger jadinya kan nih :3
kadang kami tadarusan...
Belum lama PKL, gue udah punya
jelukan, yaitu Organ Tunggal oleh salah satu instruktur kami. Itu disebabkan
karena gue lagi itu mainin keyboad yang udah rusak layaknya meaen organ
tunggal, alhasil, kadang gue diledekin dengan sebutan itu. Huhuhu…
Selama ini gue kenal sama orang yang
bernama, Ibu Dewi, Asri; Pak Waluyo, Ganturi, Durnata, Kunto, Amin, Teguh; Mas
Dimas, Rizal, Mbak Nina. Yeah, baru itu. Mungkin ke depannya akan banyak lagi
yang gue kenal.
Sekedar info, bebarengan dengan kami
anak PKL, ada pula dari anak Magang. Kalau kata Ucup, mereka adala MACAN (baca:
mahasiswa cantik), yeah, semua mereka adalah cewek. Tapi kalau kata Ridho, my
honey-nya tetap Mbak Runi (kalau ndak salah) penjaga perpus itu. Cie cie…
Fadly kami sebut pangeran karena
sering tidur di mejanya, dan Argi adalah bahan ceng-cengan. Lengkap deh :3
PKL-an sama mereka ndak ada
bosennya. Ada saja gelak tawa ketika kami istirahat, pulang, bahkan ketika
kerja ^_^
nunggu angkot 08..
Ehm… okelah kalau begitu, cukup sampai
sini saja. Semoga yang masih pada PKL dipelancar ya… dan semoga mendapat banyak
ilmu dari situ. Amanat gue sih, dahulukan pembelajaran ketimbang perhatian dari
karyawan, jangan caper lah istilahanya. Kan niat kita PKL buat belajar kan,
bukan buat cari perhatian dan uang biar dapet nilai apalah-apalah
begitu? Okeh? Siph ^_^