Dari dulu aku sering bertemu orang-orang yang membicarakan orang lain, hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidak ikut dalam pembicaraan itu. Lama aku menahan, dan ternyata itu sangat menyenangkan.
Kita memang sangat amat jeli dengan kesalahan orang lain. Seperti si A orangnya sangat jorok, si B kerjanya nggak becus, si C kalau ngomong selalu nyakitin. Hal-hal seperti itu sering muncul menjadi topik utama ketika kita membicarakan orang lain.
Jika sudah naik tingkat, misalnya di lingkungan ke-rumahtangga-an, topiknya akan berbeda: Si A tidak becus menjadi suami, masa isterinya disuruh kerja; Si B kayaknya gajinya kecil kok bisa beli motor cash. Dan banyak lagi.
Secara psikolog, membicarakan orang lain timbul dari dorongan naluri manusia. Seperti aku misalnya, aku ini orangnya cuek banget, tapi ketika ada orang-orang di sekitarku membicarakan orang lain, naluriku berkata padaku untuk ikut membicarakannya juga, apalagi jika itu bisa menciptakan gelak tawa. Tertawa di atas penderitaan orang lain memang sungguh nikmat!
Ada juga yang bilang bahwa membicarakan orang lain adalah bentuk lain dari komunikasi sosial. Orang yang membicarakan orang lain sebenarnya tidak memiliki kepribadian yang buruk, ya sepertiku tadi, ia naluriah belaka.
Tapi yang membuat gawat adalah ketika membicarakan orang lain, pendapatmu tentang orang tersebut dapat membuat persepsi negatif, dan itu adalah sebuah pembunuhan karakter dalam bentuk lain. Dan jika membicarakan orang lain sudah seperti kebiasaan, menurutku itu juga sebuah penyakit. Hal itu bisa timbul karena seperti lingkungan di keluarga, sekolah, kampus, tempat kerja, teman-temanmu sering membicarakan orang lain dan kamu menjadi terbiasa tanpa kamu sadari. Terlalu banyak membicarakan orang lain juga akan mengasah sifat picikmu.
Jadi ya membicarakan orang lain seperlunya saja, buat hiburan saja.
Ya memang, 1 kesalahan kecil saja jika dibicarakan di sebuah ‘klub gosip’ akan menjadi topik yang selalu menarik, dimasak dengan berbagai tekhnik dan menjadi ‘hidangan’ yang beragam. Dari satu orang akan merambah ke orang lain, dari berbisik hingga bersuara kencang. Peduli setan orang yang dibacarakan mendangar, yang terpenting kebutuhan batinku terpenuhi.
Tentu saja orang yang berada satu klub gosip bersamamu tidak menutup kemungkinan ia juga membicarakanmu ketika kamu tidak ada. Benar, kita memang tidak akan pernah keluar dari lingkaran setan itu: dibacarakan atau membicarakan orang lain. Kita hanya perlu sebuah pilihan. Dan jika kamu bertanya kepadaku, aku akan memilih untuk membicarakan orang lain. Karena pertama, sebagai hiburan, kedua: aku sudah dibicarakan orang lain, aku juga punya hak dong untuk membicarakan mereka. Walau pada dasarnya ini memang tidak mempunyai tujuan yang jelas.
Intinya kita tidak akan pernah bisa keluar dari lingkaran setan ini, jadi, nikmatilah.
Awalnya kukira ini sangat memalukan, tapi setalah kucoba, ternyata menyenangkan. Jadi, mulailah membicarakan orang lain! hahaha.
Dan ya, hanya umur kita yang bertambah, sifat anak-anak itu tetap kita bawa sampai mati. Menjadi dewasa sepenuhnya hanyalah omong kosong!***