Hari
itu aku bertemu dengan adik kelas yang ekskul jurnalistik di sekolah. Ekskul
ini adalah ekskul yang kurintis ketika aku masih menjadi ddgmz di SMK. Sungguhlah
dalam merintis ini ekskul bukan hal mudah. Pernah aku sampai putus asa dan
ingin melepas semuanya. Tapi, hari itu, aku sadar bahwa apa yang kulakukan
selama ini, bukanlah hal yang sia-sia.
Ada
47 orang yang datang hari itu di taman monas. Aku menyempatkan hadir setelah
aku pulang kerja. Aku bertemu mereka jam setengah 2 siang. Mereka sudah
terlihat lelah. Dan aku mengenalkan diri di depan mereka..
Ada
yang mengira bahwa aku adalah wanita. Ya, kita sebelumnya memang tidak pernah
bertemu, hanya di grup whatsapp saja. Yang mengira aku adalah wanita bilang
begini,
“Padahal
di bayangan saya, ka Afsokhi itu cewek, pake jilbab syari.”
Ebuseh.
Kebanyakan
anggota jurnalistik adalah perempuan. Ya, perempuan, makhluk yang sulit untuk
dimengerti. Untung saja pemimpin redaksinya adalah perempuan juga. Aku sekarang
hanya di balik layar saja. Tidak terlibat langsung dengan mereka.
itu tuh, yang lagi berdiri, pemimpin redaksi |
Di
tempat kerjaan sebelum menuju ke monas untuk bertemu mereka, hatiku
merasa berdebar, aku gugup, mual, berak-berak, aku bahkan sempat menyatat apa yang akan kukatakan
di hadapan mereka nantinya. Rasanya seperti merasakan cinta pertama lagi. Mungkin
lebih dari itu.
Di
sisi lain aku terharu, mereka sangat antusias dalam mengikuti pelatihan. Yang kukatakan
saat itu, tidak terlalu banyak, hanya beberapa, karena kupaham mereka juga
sudah lelah, aku tak mau mereka berpikir: “Eh siapa sih nih orang, sok akrab
banget, bikin lama lagi. Gak guna!”
Ebuseh…
Jadi,
kemarin itu selain pelatihan tentang jurnalistik dan kepenulisan. Ada juga
games-games. Dan games yang sangat berkesan bagiku adalah ketika mereka ditugaskan
untuk menggambar. Bukan sembarang gambar, mereka menggambar beramai-ramai tanpa
ada diskusi. Jadi dalam sekelompok itu, mereka tidak tahu mau gambar apa. Dan mereka
hanya dikasih waktu 2 menit. Orang pertama berniat menggambar pohon, eh orang
kedua malah berpikir bahwa orang pertama menggambar orang. Maka selanjutnya ia
kasih mata dan alis seenak jidatnya.
Dan
yang membuat klimaks adalah ketika satu-satu dari ketua kelompok mereka
mempresentasikan apa yang mereka gambar. Jelas saja si ketua di sini diuji
bagaimana ia harus bisa mengarang.
Dan benar saja, mereka pandai mengerang. Aku tak bisa
menahan tawa ketika ketua kelompok menjelaskan apa yang kelompoknya gambar. Ia benar-benar
mengarang bebas.
Ini salah satu gambarnya yang udah kuedit:
Aku ingin menutup
tulisan ini dengan suatu hal yang berkesan. Tapi rasanya sangat sulit untuk
ukuran tulisan yang ditulis dalam sekali duduk ini. Jadi kukatakan saja. Aku meresa
hidupku tak sia-sia ketika bertemu kalian, wahai anggota jurnalistik SMKN 11
Jakarta. *PELUK SATU-SATU*
bonus: