Izin comot fotonya yah Kak Farida ^_^ |
Ini adalah Jambore Cabang pertama yang pernah saya ikuti. Selama menjadi penggalang, tak pernah saya ikutan jambore, ranting sekalipun. Sesaat sesudah menjadi penegak sekarang ini, saya alhamdulilah bisa ikutan pesta para penggalang tingkat kotamadya ini yang diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan.
Sehabis
maghrib saya berangkat naik busway bersama Fitria dari Kota. Perjalanan
sebenarnya tidak terlalu jauh, namun rute buswaylah yang membuat perjalanan
jauh. Berangkat habis maghrib, dan sampai di bumi perkemahan jam 9 lewat, malam.
ini penampakan kalau lagi paginya.. |
Sampainya
di depan gapura buper ragunan, kami masuk dan berjalanan mencari tenda SMK 9.
“Biarkan
intuisi menari, biarkan intuisi menari,” kata saya pada Fitria ketika mencari tenda
SMK 9 di antara banyaknya tenda. Tak jauh dari pandangan mata yang samar-samar
karena malam, kami melihat tenda-tenda. Setelah kami dekati, ternyata mereka
adalah para PMR yang sedang berkemah, memperingati hari PMI ke-70.
Kembali
kami mencari, saya percayakan pada intuisi. Kami berjalan, beberapa saat
kemudian kami temukan tenda puteri SMP 32 Jakarta. Saya sempatkan untuk menyapa
mereka satu-persatu dan lalu kembali mencari tenda SMK 9.
Tak
cukup lama, kami temukan tenda itu. Tenda yang berloreng-loreng seperti abri.
Kami masuk ke kavling itu dan disambut dengan hangat.
Mereka
yang menyambut adalah kebanyakan calon pramuka Bantara SMK 9. Mereka yang akan
diproses, dilantik nantinya.
Malam
pertama perkemahan saya habiskan di tenda SMK 9. Malam itu, kami berbincang
panjang kali lebar di samping tenda dengan alas spanduk dan kacang menjadi
cemilan utama.
Perbincangan
didominasi dengan kegiatan DKR Tambora, lalu merembet-merembet ke permasalahan
cinta. Terus sampai kami lelah, dan akhirnya tidur. Yang putri tidur di tenda,
dan putra di samping tenda dengan alas spanduk tadi.
Kira-kira
jam 12 lewat kami beranjak tidur. Di sini, nyamuk sungguh kejam dan teramat
kejam. Padahal saya sudah pakai jaket, kaus kaki, dan dengan sekuat pikiran
membungkus diri dengan kain. E tetap saja nyamuk meringsek masuk ke pertahanan
saya dan mencumbui kulit saya dengan ganas. Paginya, bentol-bentol semua ini
muka, dan sebagian tubuh lainnya.
Pagi-pagi
saya tidak mandi, kalaupun mandi, mau nyari air-nya juga susah. Tak cuma saya
yang merasakan, namun juga iya mereka peserta jambore. Wc-nya sungguh bau, ada
pisang goreng yang belum disiram, ada sirup marjan yang berkarat. Hahaha…
Ada
opsi lain jika ingin mandi, pergilah ke kementerian pertanian. Tak jauh kok
jaraknya dari buper, cukup keluar buper, nyebrang, jalan terus ke kanan deh. Di
sana akan kita temukan cinta sejati masjid yang cukup besar, dan di
masjid itu ada toilet banyak.
***
Sebenarnya kepentingan saya datang ke sini adalah untuk bertemu
dia mendampingi pramuka penggalang SMP 32. Secara, saya sendiri adalah
penegak di pangakalan SMP 32 Jakarta.
Pagi ini
saya berkunjung ke tenda putera, menyapa mereka dan bercerita. Lalu tak lupa
juga ke tenda puteri, sedikit nyemil-menyemil, membantu apa yang bisa dibantu,
lalu kembali ke tenda SMK 9.
Pagi ini
jadwalnya adalah senam bersama di lapangan. Karena penggalang, mereka yang akan
pergi ke lapangan dari tendanya masing-masing, selalu dengan yel-yel heboh dan
menghebohkan. Pagi ini didominasi dengan suara-suara khas remaja baru baligh
menggelegar memecah embun pagi.
Kegiatan
jambore cabang kali ini cukup meriah, kegiatannya pun lancar.
Yang menarik
dari semua kegiatan di jambore cabang kali ini adalah ketika pentas seni dan
festival. Iya, soalnya kalau kegiatan yang lain saya tidak bisa ikut, yang ikut
merekalah para penggalang, ckckck…
Jadi gini,
pentas seni diselenggarakan malam hari. Malam itu saya sedang di tempat penjual
bakmi bersama Kak Endang dan Rika, adik kelas saya. Di situ kami berbincang
mengenai risalah pramuka 32 yang sedang dalam masalah. Saya tidak bisa
bercerita di sini, do’akan saja semoga pramuka 32 bakal bangkit lagi. Aamiin..
Semoga... |
Ketika Tambora
dipanggil untuk pentas di panggung, segera saya berlari bareng Rika ke tempat
pentas tersebut. Menembus malam, tenda, dan tambang yang menghalang. Jika tidak
hati-hati, bisa-bisa terbang jatuh tersungkur.
Kami sampai
di pentas seni, meriah. Saya nikmati penampilan adik-adik penggalang, mereka
senang, saling adu pentas, dan kebolehan. Di sinilah tempat sebenarnya untuk
menunjukan jati diri, bukan tawuran. Di sini kau akan dilihat banyak orang,
unjuk gigi dan melatih mental. Inilah pramuka penggalang.
Paginya
adalah festival. Saya ikuti rombongan panjang sambil memegang kamera. Memotret
mereka dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Ada yang
pakai jenggot, baju adat, ember, gayung, sarung, jilbab, mantan dan
masih banyak lagi. Mereka kompak dan saling beradu yel-yel..
Sampai pada
titik yang sudah disediakan, mereka berkumpul berdasarkan ranting (kelurahan).
Foto bersama, dan lagi-lagi beradu yel-yel
dari masing-masing ranting. Jadi, yel-yel itu adalah mendadak. Secara,
dalam satu ranting kan berbeda sekolah-sekolah. Tapi, tak habis pikir, mereka
semua kompak tanpa kendala melantunkan yel-yel mendadak itu.
Yang paling
berkesan adalah yel-yel mereka dengan membawa ember dan gayung sambil
berteriak, “AIR… AIR… AIR… AIR…” seperti membangunkan orang untuk sahur.
Hahah.. ada-ada saja..
Menurut
saya, yang paling kompak adalah Tambora, yups ranting di mana pramuka 32
berpangkalan. Mereka semua kompak menggunakan yel-yel dari pramuka 32. Ketika
tambora dipanggil, mereka semua mengambil posisi, kaki kanan di depan, kaki
kiri di depan, tangan siap dan mulai berteriak.
“I KNOW I
CAN, BE WANT BE WANT BE, DADI NOMOR SIJI DADI NOMOR SIJI, PRAMUKA IS THE BEST,
PRAMUKA IS THE BEST.” Dan seterusnya dan seterusnya. Dengan semangat yang
membara, sampai-sampai ubin mengepul. Saya yang melihat tepat di belakang
mereka merasa terlusut juga oleh semangat mereka.
Bangganya,
saya adalah salah satu pembuat yel-yel itu. Lebih tepatnya ketika di lirik:
DADI NOMOR SIJI. Iya, aih, jadi terharu :,)
Ini pramuka 32 lagi pada latihan ceritanya... |
Tak terasa
hari ini adalah hari terakhir jambore. Kami membereskan semua tenda, saling
bahu membahu dan membawanya ke mobil. Saya dan pramuka 32 naik mobil macam TNI
pakai. Cukup luas dalamnya.
Setelah
beberapa puluh menit semua lelap, dan saya foto-foto mereka satu-persatu yang
tidur. Hahaha… lucu-lucu. Dan saya tidak tega untuk menampilkan di sini, kejam,
biarkan itu menjadi aib. Hahaha…
Perjalanan
lumayan jauh, sampai di SMP 32, kami turunkan barang, saya tidur di sanggar,
jam 5 sore baru pulang. Ouh, jambore yang seru bukan? Masih banyak yang tidak
bisa saya ceritakan di sini. Tentang sakit hati, tentang cinta, tentang salah
paham, tentang tangis, dan masih banyak lagi.
Dan sekarang
saya sedang mempersiapkan untuk mengikuti jambore daerah di cibubur. Semoga
lebih baik lagi yah… aamiin ^_^
Gambir, 22 September 2015