Kelamahan gerakan Pramuka adalah tidak pernah mampu mengomonikasikan ke orang lain. Karena kita malu. –Kak Miki
Menjadi salah satu peserta kursus
jurnalistik yang diadakan oleh kwartir daerah DKI Jakarta adalah sebuah
pengalaman langka. Pasalnya, pramuka dan jurnalistik adalah dua bidang yang
sangat saya sukai. Kedua bidang itu seringnya saya temui secara terpencar.
Kadang saya ikut pelatihan kepenulisan atau jurnalistik dan, di suatu waktu
menjadi peserta pelatihan pramuka.
Kursus jurnalistik ini diikuti oleh
penegak dan pandega seluruh DKI. Total peserta kira-kira ada 60 sekian (karena
saya tak suka mengingat angka setelahnya. #ikut-kutankakIqbal). Ada yang dari
universitas macam UIN, UNJ, SMK, SMA, MA, pokoknya di sini semua campur aduk
atas dasar mencari ilmu komunikasi kejurnalistikan. Di mana, salah satu
permasalahan gerakan Pramuka adalah ketidakmampuan mempromosikan kegiatan,
mendokumentasikan juga mengomunikasikannya.
ngomongin fotografer |
Barangkali kita boleh berfirasat
baik, selama ini kegiatan pramuka jarang terdengar karena memang itu jiwanya
Pramuka: melakukan banyak hal, tanpa berharap orang tahu. Ndak sombong.. tapi menurut saya, ini bagai
bumerang. Bukan begitu?
Acara kursus jurnalistik ini dibuka
pada Jum’at siang (28 Januari), semua peserta sudah siap di bangkunya
masing-masing di sebuah ruangan ber-ac, setelah sebelumnya mendapat kamar di
graha yang ber-ac (juga). Nikmat mana lagi yang kaudustakan?
Pertama kami mengenal Kak Aji. Kak
Aji ini seorang penulis khususnya di bidang ekonomi. Kak Aji yang sering memandu
acara ke depannya..
Yang saya ingat dengan kata-kata Kak
Aji adalah: jadikan diri kalian ini
kantor berita. Lalu dalam hati saya bertanya, begitu gampangnya menjadi kantor berita jika seorang diri pun
bisa?
Setelah itu, kami mengenal Kak Untung.
Kak Untung adalah seorang wartawan Tempo. Kak Untung berbicara mengenai era
digital. Di mana ada penjelasan terkait internet sehat, etika jurnalis,
penulisan berita dan, yang paling membuat saya tertarik: infografis.
Kak Untung dan korannya |
“Jadi kalian tidak usah capek-capek
membuat tulisan yang bertele-tele. Dengan infografis, audiens akan tahu yang
kalian maksud,” kata Kak Untung.
Oh ya, sebagian besar pengisi materi
kursus ini adalah ‘orang pramuka’ juga lho.. yups, mereka yang dulunya 01 DKD
DKI, 01 DKN. Wah, saya jadi berpikir, “Menjadi anggota pramuka tuh bisa
menjanjikan masa depan yang cerah.”
***
Ngomong-ngomong, perjalanan saya
(sendirian) ke kursus ini ndak mudah lho. Saya harus naik busway dari Halte
Mangga Besar ke Harmoni, habis itu ke arah PGC turun di Cawang UKI, dilanjutkan
ke arah Kp. Rambutan dan naik angkot 121 sampai di depan BUPERTA. Tak lupa saya
ceritakan, berjalan bersama peserta
Brigadir Penolong yang tak sengaja bertemu di depan gerbang BUPERTA . Senang
sekali.
kakak2 BP |
Di perjalanan busway, saya selalu
was-was dan waspada. Jangan sampai keblablasan halte dan, itu membuat saya tak
sepenuhnya menikmati perjalanan. Ditambah lagi, ketika naik busway dari
Harmoni, seorang bapak-bapak ngedumel karena pelayananan trans Jakarta yang
menurutnya kurang, kebetulan bapak ini duduk di samping saya. Berisik sekali.
Hari pertama kursus, kami dijejeli
banyak materi. Mulai dari dokumentasi, promosi, publikasi sampai fotografer.
Adapun kami dibagi kelompok untuk mendapat tugas. Mulai membuat tugas jargon
hingga poster. Menantang sekali.
Keesokan harinya, Sabtu 29 Januari,
kami mendapat beberapa materi lanjutkan. Yang pada intinya, ia adalah
penyambung dari materi sebelumnya. Atau kata Kak Widya, menjahit materi-materi
sebelumnya agar menjadi satu.
Betapa setiap peserta berwajah pucat
pasi dan tak bertenaga Sabtu pagi itu. Itu karena memang keterlambatan nasi box
dari catering. Saya sadar, ternyata catering ini memerlukan perjalanan jauh. Di
cover nasi box tertulis: Jl. Kebun Jeruk
bla bla bla.. Kebun Jeruk ke Cibubur jauh ndak sih?
Saya tertarik untuk menceritakan
teman-teman selama kursus. Ada salah satu peserta dari UIN, namanya saya lupa.
Dari perawakannya, kakak ini bisa dibilang berisi, pakai kacamata, dan tampak
seperti mahasiswa akhir semester. Gemesin pula.
Saya kagum dengan kakak ini.
Orangnya agamis, dan berbicaranya pun seperti orang-orang yang biasa di mimbar.
Beberapa kali dia saya dengar mengeluarkan hadist dan dalil. Gokilnya, selera
humornya pun tinggi. Pokoknya kalau saya bertemu lagi dengan kakak ini, saya
akan bertanya, “Kak, tolong jelaskan atas dasar agama, kenapa sampai saat ini
saya belum menemukan jodoh?” hahaha..
Secara
keseluruhan, teman-teman di kursus asyik-asyik. Bahkan yang sebelumnya ndak
kenal menjadi sayang kenal. Ditambah lagi, kami juga punya grup watsapp.
Wah, semoga kita tidak hanya sampai di sini yah, Teman, semoga di hari
berikutnya kita bertemu dalam sukacita yang dalam. Salam Pramuka!
Grup WA kami..
Foto-foto
Sekian~
Senin, 00.10 Jakarta