'Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat' Adalah Buku Lelucon?

Seingatku, aku terakhir membaca buku pengembangan diri itu sekitar 3-4 tahun lalu. Buku itu berjudul The Seven Habits of Highly Effective Teens. Dan, ya, pada dasarnya aku memang tidak terlalu menaruh perhatian lebih kepada buku jenis ini (dan dunia motivasi). Karena (1) aku yakin apa yang aku inginkan semua ada di tanganku, jika aku ingin sesuatu ya aku harus berusaha sekuat tenaga (2) semua kata-kata motivasi itu hanya omong kosong, dan orang kurang kerjaan yang memercayainya.

Hingga akhirnya aku menemukan buku ini: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Jelas saja, sebagai buku pengembangan diri, judul buku ini bertentangan terhadap apa-apa yang orang katakan di seminar, blog, atau buku tentang pengembangan diri yang ‘menuntut’ kita untuk senantiasa melakukan segala hal yang positif. ‘Bodo Amat’ tentu saja berkonotasi negatif, tapi di buku ini ia dinarasikan bahkan setara dengan ajaran Buddhisme. Nah..

Karena itu aku tertarik untuk membaca ini, berharap aku menemukan hal baru. Dan benar saja, ketika membaca di bab pertama, aku menemukan judul yang berbunyi, “Jangan Berusaha”. Dari sini aku mulai berpikir, apakah ke depan akan ada banyak judul semacam ini? Atau sebenarnya buku ini hanya lelucon?

Akhirnya aku membaca kalimat demi kalimat buku ini, dan ya, aku menemukan bahwa apa yang dikatakan Mark Manson adalah hal yang bisa disetujui oleh banyak orang. Lihat saja, di bab pertama ini ia mengatakan bahwa berpikir positif, menjadi sukses, unggul, menjadi nomor satu, itu adalah bagian dari lingkaran setan yang membuat kita tidak pernah bahagia/merasa cukup.

Ironisnya, pengarahan pemikiran pada hal-hal positif ini—tentang apa yang lebih baik, apa yang lebih unggul—hanya akan mengingatkan kita lagi dan lagi tentang kegagalan kita, kekurangan kita, apa yang seharusnya kita lakukan namun gagal kita wujudkan. (Hlm. 5)

Artinya jika kita terus mengejar kebahagiaan, kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan. Kita tidak pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan, kata Albert Camus.

Melalui bab 1 ini, aku bisa menemukan inti dari apa yang dipikirkan Mark Manson, bahwa sebenarnya ada banyak hal yang keliru di dunia ini, terutama tentang kebahagiaan di dunia, dan hal inilah yang sering muncul di bab-bab selanjutnya.

Tentu saja Mark menawarkan solusi dari masalah-masalah tersebut. Di bab 2 yang berjudul “Kebahagiaan itu Masalah” ia berkata,

Kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah. Kata kuncinya di sini adalah “memecahkan”. Jika Anda berusaha menghindari masalah Anda atau merasa seakan-akan tidak punya masalah apa pun, Anda akan membuat diri Anda sengsara. (Hlm. 36)


Pengalaman membaca buku ini buatku cukup menyenangkan, dan tidak kaku-kaku amat sebagai buku nonfiksi. Kadang Mark menyisipkan kisah-kisah orang hebat hingga kisah hidupnya sendiri, dan kemudian pembaca dibawa untuk membedah apa pesan dari kisah tersebut. Dengan narasi seperti ini, aku pikir ia bisa ‘masuk’ ke banyak kalangan, dan memberikan kesan tanpa menggurui.

Mark lebih berkesan seperti tamu yang datang ke rumahmu, dan ia terus mengoceh tanpa henti di ruang tamu tentang pemikirannya yang gila dan, sialnya, kamu setuju.

Tentu saja ada banyak ‘mutiara-mutiara’ yang aku temukan dalam buku ini. Tapi pada intinya sih ia sedang membicarakan: bagaimana cara kita membuat ‘nilai’ untuk diri kita sendiri dan komitmen akan itu, buka pemikiran kita lebih lebar lagi, jangan menyiksa diri dan ingat suatu saat kita akan mati.

Jika kita amati lebih jauh lagi, sebenarnya buku ini sedang membicarakan hal-hal baik yang seharusnya sudah kita sadari sejak lama. Ia mengajarkan kita untuk ikhlas, tawakal, tidak terlalu mengejar kebahagian dunia, memberikan manfaat pada orang lain, dan jangan lupa pada ‘hari akhir’ kita. Bahkan aku merasa apa yang dikatakan Mark dalam buku ini, ada beberapa yang mirip dengan apa yang dikatakan kitab suci. .

Dan, sebagus-bagusnya buku ini, ada hal yang membuatku agak jengkel. (1) ada banyak pengulangan ‘makna’ dan kalimat bertele-tele yang membuatku kadang bosan (2) setidaknya penerbit memberikan ilustrasi atau gambar atau apalah untuk membantu pembaca mengingat apa yang dibacarakan pada bab/halaman tertentu, karena memang banyak sekali hal yang disampaikan pada buku ini, dan kita tidak mungkin ingat semua.

Pada akhirnya, membaca buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah pengalaman menyenangkan yang bisa membuatmu membuka mata, pikiran, lebih lebar lagi tentang dunia ini. Ia menyajikan pemikiran-pemikiran yang membuat kita berpikir ulang tentang suatu hal yang sudah terlanjur kita amini selama ini.

Dan setelah membacanya, jika kamu ingin menerapkan apa-apa yang dikatakan buku ini atau tidak, itu masalah lain. Tapi setidaknya, ketika kita selesai membaca buku ini, kita merasa seperti manusia yang ‘sedikit’ beruntung di antara manusia-manusia lainnya.***
Comments
0 Comments

Posting Komentar