Dunia jurnalistik memang
mengasyikan. Setahuku ada dua ‘aliran’ besar yang ada di dunia ini: jurnalistik
sastra dan jurnalistik naratif. Keduanya tentu saja mempunyai selara
masing-masing. Dan menurutku, jurnalistik sastra itu sangat menarik.
Aku pernah bertanya kepada seorang jurnalis Tempo perihal
tulisan berita yang beredar di media online bahwa tulisan di sana sangat
singkat, bahkan di setiap paragraf ada yang hanya berisi dua kalimat saja. Aku
bertanya apa tanggapannya selaku seorang jurnalis tantang hal tersebut.
“Saya tidak suka dengan tulisan berita seperti itu. Mereka
hanya mengandalkan banyaknya klik dalam media yang mereka kelola,” jawabnya,
“padahal kami sudah susah payah belajar membuat karya jurnalistik yang indah,
yang bersastra, secara pribadi saya tidak suka dengan tulisan berita seperti
itu tadi.”
Aku berkata, “Saya pikir itu sebuah pergeseran modernisasi
karya jurnalistik atau apa.”
“Tidak, jangan ikuti yang seperti itu.”
Sebenarnya aku ingin bertanya lebih jauh, tapi mungkin
waktu yang diberikan tidak banyak untuk itu.
Aku
kembali berpikir, bahwa mungkin karena terbatasnya waktu manusia zaman sekarang
lebih memilih segala yang instan, salah satunya membaca berita. Jadi setiap
ingin membaca berita, mereka hanya cukup membaca dalam waktu pendek saja. Tapi
entahlah, mungkin di sisi lain ada orang yang menginginkan sebuah tulisan
berita yang lebih mendalam dan tentu saja, lebih panjang.
Mungkin yang panjang itu adalah karya jurnalistik sastra
dan yang sebaliknya adalah jurnalistik naratif. Tapi menurutku pribadi, aku
lebih suka membaca tulisan berita yang panjang dan setelah baca berita itu,
langsung selesai, tidak ada link lagi dengan berita yang semacamnya: dengan
link berita yang hanya berbeda di penutupnya saja.
Disediain tempat yang nyaman.. |
Aku sering membaca berita di internet, dan hal yang paling
aku kesali adalah ketika aku membacanya, ada beberapa link yang harus diklik
jika aku ingin lebih lanjut bisa tahu berita secara keseluruhan. Dan, mungkin
hanya butuh dua paragraf di akhir berita, kita bisa tahu isi semua berita itu.
Zaman sekarang memang orang-orang lebih memilih untuk
membaca berita media online ketimbang cetak, karena itulah banyak koran yang
gulung tikar dan hanya terbit di internet. Banyaknya pilihan media berita di
internet, membuat mereka yang berkelut di dunia ini saling bersaing mencari
iklan, karena dari situ uang lahir, dan terus bisa membuat situs itu terus
eksis.
Karena adanya tuntutan itulah, ada tindakan tidak sehat
lahir dari beberapa orang. Dan aku selaku warga negara biasa, ya bisa apa,
paling aku cuma bisa memilih situs mana yang bisa dipercaya dan kredibel, dan
situs mana yang seharusnya tidak aku jadikan referensi.
Tapi malangnya, tidak semua bisa berpikir seperti itu.
Kadang aku merasa sedih ketika ada seorang teman facebook membagikan sebuah
link dengan judul yang bombastis, dan dengan jumawa ia kasih caption bahwa
berita yang ia bagikan barusan sungguh benar 100%.
***
Beberapa kali aku terlibat
dalam pelatihan menulis dan pelatihan jurnalistik. Dari beberapa yang aku
ikuti, aku setidaknya semakin paham kedua dunia ini, kedua dunia yang sangat
aku cintai. Karena cita-citaku menjadi jurnalis. Dan entah kenapa, ketika ada
seseorang menyebut kata jurnalis dan penulis, seketika tubuhku mendidih dan
seperti terpancing yang entah apa.
Belum lama ini aku ikut pelatihan jurnlistik bencara
berbasis data. Peserta pelatihan ini ada dari Universitas Pertahanan, Karang
Taruna, lembaga zakat, dan sebagainya. Dan pemateri di sini ada dari jurnalis,
aktivis dan panelis. Semuanya memberikan ilmu sangat bermanfaat untukku.
Pelatihan ini digelar atas kerja sama dari perkumpulan
Skala dan Desarterchanel (sebuah media online pertama di Indonesia yang hanya
fokus kepada bencana). Pelatihan diberikan selama 2 hari, kami di sini
ditekankan untuk belajar menulis berita berdasarkan data. Sebelumnya kami juga
belajar tantang data dan dari mana saja kami dapat mendapatkan data-data
tersebut.
Dari sekian pemateri, aku tidak menyangka di antara mereka
ada Mas Damar Juniarto, dan beliau duduk tepat di sampingku. Sungguhlah beliau
orang yang pemurah, bahkan dia mau folbeck twitterku yang sudah mengikutinya
sejak lama.
eaaaa. |