Sejauh yang saya tahu,
Kampus Fiksi adalah komunitas
kepenulisan paling konsisten dan terus memberikan kontribusi nyata terhadap
dunia literasi Indonesia. Lebih jauh, penerbit Diva Press yang menaungi Kampus
Fiksi, adalah sebuah penerbit yang tak ada habisnya memberikan bukti cinta nyatanya
terhadap orang-orang yang mencintai baca-tulis di Indonesia.
Bahkan kabar terakhir, Penerbit Diva Prees membuka penerbit
indienya, dan di samping itu, ada juga media online yang memuat karya dengan
honor yang bersaing.
Pak Edi Mulyono adalah orang di balik semua ini. Saya sangat
kagum dengan beliau. Beliau melakukan ini semua didasari cintanya terhadap
dunia literasi. Ia berani merugi, dan mungkin tak terlalu berharap keuntungan.
Selama ini juga saya memantau komunitas, penerbit, media
online dan orang di balik semua itu, lewat internet. Maka ketika ada info bahwa
ada roadshow kampus fiksi di Jakarta, saya langsung girang. Apalagi acaranya
digelar di Gramedia Matraman, toko buku paling besar dan yang paling sering
saya kunjungi.
Acara ini digelar pada Minggu 6 November pagi sampai sore,
saya merasakan atmosfer hangat ketika sampai di ruangan acara. Saya melihat
orang-orang di sini kebanyakan mereka anak kuliahan, dan mereka begitu antusias
dalam mengikuti acara, bahkan ada yang datang dari luar daerah.
Dan Pak Edi, selaku pemateri bilang bahwa orang yang datang
ke acara ini (setidaknya) adalah orang yang ingin belajar indah dalam
berbahasa, dan itu tepat sekali. Berbahasa dengan indah adalah idaman banyak
orang. Dan untuk mendapatkan keahlian itu, saya kira sangat sulit, butuh
latihan dan menghadiri acara seperti ini, tentu saja.
Ada banyak hal yang disampaikan oleh Pak Edi dalam
presentasinya yang panjang. Dan yang paling melekat di kepala saya adalah
pernyataannya tentang kedalaman batin seseorang sangat berpengaruh dalam
karyanya. Dan itu membuat saya berpikir, sedalam apa saya bisa merasakan batin
saya sendiri?
sepatu, sandal para peserta yang hadir. ramai~ |
Orang-orang yang mencapai kedalaman batin yang baik, adalah
orang-orang yang memilik waktu untuk merenung, bergaul, membaca, dan menulis
dengan porsi yang baik pula. Dan untuk mengatur itu semua bukanlah hal mudah.
Saya percaya karya yang baik diciptakan dengan kedalaman batin yang baik pula.
Tanpa itu, sebuah karya akan terasa hambar.
Karena menurut saya, ketika seseorang sudah mengenal dengan
batinnya sendiri, semua yang dilakukan orang itu akan berjalan dengan baik dan
mulus. Karena ketika ia melakukan sesuatu, ia mengerti kata batinnya. Ia tidak
bisa berbohong.
Dan orang yang belum bisa mengenal batinnya sendiri, akan
kesulitan dalam melakukan apa saja, terlebih menulis yang memerlukan banyak
imajinasi. Tentu saja hal ini harus diperhatikan, kerena ia adalah kunci dalam
berkarya.
Terkait tekhnik menulis, Pak Edi membocorkan tekhnik
menulis yang sering dipakai SGA. Iya, SGA, penulis favorit saya yang sering saya
baca karyanya, tapi saya sampai sekarang belum terlalu mengerti tekhnik apa
yang dipakai SGA dalam menulis.
Ternyata, SGA menulis sebuah diskripsi kadang memasukan hal
yang tidak ada kaitannya dengan hal sebelumnya. Dan itu malah membuat diskripsi
lebih hidup. Saya harap kamu paham maksud saya di sini. Dan silakan kamu coba.
Sebenarnya, apa-apa yang disampaikan Pak Edi di roadhow kemarin
itu ada yang pernah saya baca di blog dan bukunya. Tapi tentu saja, diberi tahu
langsung dengan membaca tanpa langsung bertemu penulisnya akan berbeda. Lebih
menyenangkan.
Saya melihat bahwa inti dari presentasi Pak Edi adalah
ajakan melakukan hal baik. Yang mana beliau katakan jika hidup kita terlalu
menoton, maka akan kesulitan dalam menulis. Cobalah bergaul, jangan hanya
menulis. Ada sesi jalan-jalan, ngobrol-ngobrol, dan melakukan hal lain selain
menulis. Karena sebenarnya menulis membutuhkan banyak pengetahuan. Bahkan
penulis dituntut untuk berpengetahuan di atas rata-rata. Dan tentu saja, untuk
memperoleh itu kita harus berteman dengan banyak orang dan melakukan banyak
hal. Hal itu tidak bisa didapat hanya dengan mendekam di kamar dan seharian
menulis.
“Jika siklus hidupmu hanya
kost-kampus, kamu akan kesulitan menulis tentang potongan rambut yang bisa
membuat seseorang putus cinta.”
Jadi, dengan banyaknya kita jalan-jalan, bergaul dengan
banyak orang, akan memperkaya sudut pandang kita terhadap sesuatu. Yang mana
sudut pandang ini sangat berarti dalam menulis. Sudut pandang yang unik dalam
sebuah tulisan, sangat memuaskan pembaca, menurut saya begitu.
Dan sebenarnya, ide tau gagasan itu tidak ada yang baru,
semuanya sudah ada sebelumnya. Yang baru hanyalah sudut pandang kita terhadap
sesuatu. Tugas penulis adalah mengungkapkan hal-hal yang sulit diungkapkan oleh
orang-orang pada umumnya. Yang ketika dilihat dari sudut pandang yang baru,
akan membuat orang-orang itu semakin mengerti apa yang selama ini ia rasakan
atau pertanyakan.***
Di bawah ini beberapa twit saya yang mungkin ada baiknya kamu baca :)
Foto:
saya bersama mz reza nufa, alumni kapus fiksi 1, saya menulis tentangnya secara khusus di sini |