Lebih Dekat
Dengan Penerbit
Apasih
penerbit itu sebenarnya? Penerbit atau penerbitan adalah industri yang
berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak sebuah literatur, informasi atau
sebuah aktivitas membuat informasi yang dapat dinikmati publik. Penerbit dari
sistem penerbitannya dibedakan menjadi: penerbitan umum (konvensional) dan juga
penerbitan dengan sistem indie atau self
publish. Secara tradisional, istilah ini mengacu kepada usaha
pendistribusian dari usaha percetakan seperti buku dan surat kabar. Dengan
perkembangan sistem teknologi informasi, istilah penerbitan mengalami perluasan
makna, dimana memasukkan unsur-unsur buku elektronik, seperti e-book dalam
sebuah website ataupun blog.
Jika
ingin naskah Anda diterbitkan, maka kenali dulu penerbit itu, apa yang penerbit
itu mau. Misal, calon penulis bisa
mendatangi toko-toko buku yang ada di sekitarnya lalu mempelajari ciri khas
dari masing-masing penerbit. Dengan mengenal para penerbit, calon penulis akan tahu
apa keinginan para penerbit itu nantinya. Dan ingat! Jangan berpikir bahwa
semua tulisan yang ada di toko buku itu, perjalanannya mulus. Mereka pasti
melewati berbagai proses dan revisi.
Yang terpenting, jangan pernah pesimis jika tulisan karya Anda ditolak
penerbit.
Perbedaan Penerbit Mayor dan Indie
Perbedaan yang mencolok dari penerbit mayor dan indie, adalah jumlah pencetakan buku.
Untuk menyebar sebuah buku ke seluruh toko buku besar di Indonesia, dibutuhkan
sekitar 4000 eksemplar. 4000 eksemplar itu bukan jumlah yang sedikit. Butuh
biaya yang besar untuk mencetak itu. Dan penerbit mayor unggul di aspek ini.
Menerbitkan buku di penerbit mayor akan membuat buku Anda mejeng di banyak toko buku. Peluang
untuk mendapat pembaca pun jadi lebih besar. Memang, ada pula penerbit indie yang bisa mencetak banyak buku sekaligus, tapi
Anda harus membayar ongkos produksinya sendiri. Anggaplah Anda mencetak 1000
eksemplar buku lewat penerbit indie, lalu Anda mau menyebarkan itu ke toko buku,
Anda harus bayar jasa distributor.
Misal, Dee yang menerbitkan Perahu Kertas
dengan metode indie. Tapi, buku Perahu Kertas memang sudah tenar terlebih dulu
sebelum dicetak. Buku itu juga sudah punya jaminan akan ada yang membeli. Wajar kalau Dee
berani mengeluarkan biaya sendiri. Bayangkan jika penulis yang belum tenar,
belum punya pembaca setia, memutuskan pakai metode itu? Apa yang terjadi?
Bangkrut.
Bayar biaya layouting, editing, kaver,
biaya cetak, distribusi, dan sebagainya yang bisa puluhan juta karenanya.
Lalu, bukunya tidak laku.
|
|
Display di toko buku saat ini tidak lama. Dalam tiga bulan, sebuah buku bisa kembali ke gudang. Harus laku kalau mau bertahan. Jika tidak? Buku Anda akan masuk gudang.
Penerbit indie tidak terlalu memikirkan laku tidaknya
sebuah buku, karena mereka tidak mengeluarkan modal banyak. Jadi jangan heran
kalau naskah Anda sering ditolak penerbit mayor. Naskah Anda
mungkin jelek atau tidak cocok
dengan kondisi pasar.
Di penerbit indie, naskah tidak akan ditolak. Penerbit indie
lebih cocok untuk buku yang sebetulnya bagus, tapi pembacanya tidak terlalu
banyak. Misalnya buku kumpulan puisi.
Royalti
Di penerbit, penulis
bisa mengatur sendiri berapa keuntungan yang mau dia ambil dari tiap bukunya.
Di penerbit mayor, pemasukan untuk penulis bisa dari
royalti, jual oplah, atau jual putus. Royalti itu berupa persentase dari harga buku, lazimnya 10%.
Dalam jual oplah, penulis mendapat
uang dari jumlah buku yang dicetak. Misal, tiap cetak 3000 eks penulis dapat 2
juta. Lalu, jual putus, penulis menjual naskahnya dengan harga tertentu. Naskah
itu jadi milik penerbit, ini sebetulnya merugikan. Di penerbit indie, biasanya penulis bisa mengatur sendiri berapa
keuntungan yang mau dia ambil dari tiap bukunya. Keuntungan lain di penerbit indie adalah prosesnya yang cepat. Dalam satu bulan, buku
Anda bisa selesai dicetak.
Di penerbit mayor,
penulis membutuhkan kesabaran lebih. Untuk proses seleksinya saja bisa memakan
waktu tiga bulan. Naskah Anda di penerbit indie tidak terikat dalam kontrak berdurasi waktu tertentu.
Penerbit indie lebih seperti penyedia jasa saja.
Penerbit
Rasibook
Baru-baru ini, adalah
penerbit Rasibook yang menawarkan paket penerbitan terjangkau, atau bahkan bisa
gratis. Rasibook juga akan menerima semua naskah Anda dengan ketentuan naskah:
tidak mengandung penghinaan; SARA; dan hal-hal lain yang tidak melanggar
norma-norma dan syarat-syarat, apalagi naskah Anda bermanfaat bagi khalayak.
Maka naskah Anda layak terbitkan dengan cepat, dengan biaya murah hingga
GRATIS.
Rasibook merupakan
penerbit buku yang menerima kiriman naskah Anda untuk dibukukan. Rasibook menyadari
bahwa untuk menerbitkan di penerbit mayor tidaklah mudah. Penyebabnya bukan
hanya kualitas naskah, namun penerbit punya penilaian sendiri dalam menyeleksi
naskah. Banyak para penulis yang tidak mampu atau belum mampu menerbitkan
karyanya karena selalu ditolak penerbit. Di satu sisi, proses penerbitan
pun butuh waktu yang cukup lama. Jangankan untuk menunggu royalti, untuk
menunggu giliran terbit pun (jika naskah diterima) cukup lama.
Untuk itu, penerbit
Rasibook hadir sebagai penerbit yang tidak menolak naskah (Self Publishing atau bisa disebut juga
penerbit indie). Setiap naskah yang
dikirimkan penulis akan tampil di website www.rasibook.com
dan juga akan dipromosikan melalui fanpage Rasibook, juga melalui twitter di
@rasibook.
Selain itu, penerbit
Rasi book juga akan menjual karya Anda melalui beberapa media aplikasi buku
digital seperti Scoop, Indobooks, Mahoni, Scanie, dll yang menjual buku
digitalnya di Appstore, Windowstore, Google Play, dll. Sehingga kemungkinan
buku Anda laku semakin tinggi.
Setiap buku yang
terjual, penulis akan mendapatkan royalti sebesar 15% dari harga buku. Tentu
ini lebih tinggi dibandingkan penerbit pada umumnya yang memberikan royalti
hanya sekitar 10%. Ini salah satu keunggulan penerbitan Rasibook.
Jika Anda ingin lebih
kenal dengan penerbit Rasibook yang banyak keunggulannya ini, Anda bisa klik http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html
disana Anda bisa mengenal lebih dalam mengenai Rasibook, atau Anda berminat
menerbitkan naskah di penerbit Rasibook?