SEMAPHORE ITU APA SIH?

Pernah suatu hari saya disuruh mengajar semaphore, tapi lupa-lupa ingat. Maklum, masa penggalang sudah lewat beberapa tahun yang lalu, setelah saya asah lagi, eh hapal jadinya, hahaha. Nah, untuk mengingat lagi, saya membuat postingan ini nih...
Mungkin di antara kita sudah ada yang hapal, namun apakah kita tahu sejarahnya? Penemunya? Apa saja alat selain bendera dan tongkat sebagai peraganya? Mari kita bahas bersama.. cuss..

Sejarah Semaphore
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirim dan menerima berita dengan menggunakan bendera, dayung, batang, tangan kosong atau dengan sarung tangan. Informasi yang didapat dibaca melalui posisi bendera atau tangan. Namun kini yang umumnya digunakan adalah bendera, yang dinamakan bendera semaphore.

Pencipta Semaphore?
Penemu semaphore ini adalah Claude Chappe. 

Nah, beliau ini pencipta semaphore..


 Chappe lahir di Brûlon, Sarthe , Prancis, cucu seorang baron Prancis. Ia dibesarkan untuk layanan gereja, namun ia kehilangan pekerjaan selama Revolusi Perancis . Ia menjalani pendidikan di Lycée Pierre Corneille di Rouen. Dia dan empat saudaranya yang menganggur memutuskan untuk mengembangkan sebuah sistem praktis stasiun relay semaphore, tugas yang diusulkan di zaman kuno, namun tidak pernah direalisasikan. Kakak Claude, Ignace Chappe (1760-1829) adalah anggota Majelis Legislatif selama Revolusi Perancis . Dengan bantuannya, Majelis mendukung proposal untuk membangun jalur relay dari Paris ke Lille (lima belas stasiun, sekitar 120 mil), untuk membawa berita dari perang.

 
Claude Chappe (25 Desember 1763 - 23 Januari 1805) adalah seorang penemu Perancis yang pada tahun 1792 menunjukkan praktis sistem semaphore yang akhirnya membentang seluruh Perancis . Ini adalah  sistem telekomunikasi praktis pertama pada zaman industri, membuat Chappe sang maestro telekomunikasi pertama dengan "internet mekanis."



Chappe memberikan nama pada penemuannya yang pertama dengan nama "tachygraph", yang berarti penulis cepat. Lalu kemudian seorang teman menyarankan nama yang berarti seorang penulis jauh, telegraph.

Semaphore merupakan salah satu bentuk isyarat menggunakan bendera yang lazim digunakan ketika perang sipil di Amerika Serikat. Ketika itu bendera yang digunakan berwarna putih dan oranye serta hanya terdiri dari satu bendera saja. Orang yang ditugaskan melakukan isyarat bendera ini biasanya berdiri di sebuah tempat yang tinggi atau di lantai yang tingginya sekitar 2-3 meter dari permukaan tanah. Pada awal abad ke 19, semaphore digunakan dalam komunikasi kelautan.
Semaphore juga digunakan sebagai Sinyal Rel Kereta Api
 Hayo, ini bacanya apa..


Semaphore ini merupakan bentuk sinyal kereta api pertama. Sinyal Semaphore diperagakan oleh sebuah tiang yang memiliki lengan yang bisa memutar dan akan menunjukan sinyal kepada masinis. Sinyal ini dipatenkan oleh Joseph James Stevens dan hingga saat ini telah menjadi sinyal mekanis yang paling sering digunakan di berbagai negara.




Alat yang digunakan untuk menyampaikan isyarat semaphore yaitu:
1.   Bendera Semaphore
Berbentuk persegi yang merupakan penggabungan dua buah segitiga sama kaki yang berbeda warna
Berukuran 45 cm x 45 cm
Warna yang lazim digunakan warna merah dan kuning.
Berjumlah 2 buah
2.   Tongkat bendera
Lazimnya terbuat dari kayu
Berukuran panjang 60 cm
Teknik penyampaian isyarat semaphore yaitu :
1.   Bendera semaphore dipasang pada tongkat dengan warna merah dekat dengan tangkainya.
2.   Badan berdiri tegak
3.   Memegang 2 buah tongkat semaphore dengan posisi lengan tangan harus menyentuh tongkat semaphore (sehingga tongkatnya seperti sambungan tangan) yang bergunakan untuk meluruskan tongkat semaphore sehingga tongkatnya tidak miring ataupun jatuh
4.   Semua pergerakan menggunakan bahu, sehingga kedua tangan tetap lurus.
5.   Menyampaikan isyarat semaphore dengan huruf demi huruf yang sudah di tentukan dengan kecepatan yang sesuai
Bentuk Isyarat semaphore :

Ingat ya... membacanya ini membelakangi..




Kalau yang di bawah ini, semaphore kanji jepang.

 
 Aduh pusing pala jaenab xD

Sip deh, sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat ya.. ^_^


Sumber bacaan:
pramuka.web.id
pramukaria.blogspot.co.id
wikipedia


KETIKA BAPER DIKETEMUKAN DI MUKA BUMI

Gue akan mencoba membahas satu hal ini, satu hal yang setelah ia diketemukan di muka bumi, kehidupan seketika berubah. Satu hal yang membuat gue menjalani hari harus berhati-hati, satu hal yang membuat gue menulis ini, tidak lain gue menulis karena resah.
            Oke, ia adalah BAPER a.k Bawa perasaan, gampangnya, baper adalah suatu sikap seseorang yang menyikapi suatu yang tidak serius dianggapnya serius sehingga perasaanya ikut peran di sana. Sehingga, apa-apa yang tidak serius tadi, menyakiti hatinya, menyentuh hatinya, trenyuhlah ia. Padahal tidak ada maksud seperti itu, yang ada adalah hanya bercanda saja, kelekar saja.
            Baper, yups, bagi gue, ia sungguh berperan penting dalam suatu pergaulan. Janganlah terlalu baper menghadapi teman lu yang ngomongnya ndak pake diayak, jangan, cobalah jangan dimasukan hati kata-katanya, tertawa sajalah.



            Ketika gue ndak tahu apa itu BAPER, sering gue mengalami sakit hati. Di mana perkataan orang gue masukan ke hati, padahal dia ngomongnya ndak pake hati. Coba deh, kalau orang ngomong ndak pake hati ngapain dimasukan hati? cekeppp..
            Nah, sekarang gue tahu apa itu BAPER dan cara menyikapinya. Yang penting, jangan terlalu seriuslah menjalani hidup, hidupmu terlalu berharga hanya untuk serius. Tertawalah. Nikmatilah hidup ini, lakukan hal-hal yang membuat hidupmu lebih hidup.
            Orang yang mudah BAPER, memang kadang ngeselin. Dia bisa aja ngambek, keluar dari kelompok dan menangis di pojokan. Jangan BAPER kalau ada cowok bercanda sama lu, jangan BAPER kalau cewek merespon say hay lu.
            Sip deh, pada intinya sih kita jangan terlalu bawa perasaanlah menjalani hari… nikmatilah saja. Namun semua ada batasan-batasannya, ingat, boleh kita berbicara seenaknya, tapi cobalah tengok situasi dan kondisi disingkat SIKON! #begitulah

            Mulutmu adalah pedang yang sangat tajam. Luka di tangan bisa disembuhkan dengan mudah, jangan ditanya jika seseorang luka karena mulutmu, hatinya akan membekas penuh luka yang untuk menyembuhkannya butuh waktu yang tidak sedikit.***

Gambir, 03 September 2015

PEMBAHASAN RINGAN TENTANG TANDA TINGKATAN PRAMUKA


Dokumen Pribadi


Sebagai anggota Pramuka, pernahkah kita bertanya apa arti tingkatan yang pernah kita miliki? Macam tingkatan Penggalang Ramu, Rakit dan Terap? Jika ada yang belum tahu apa artinya tingkatan tersebut, yuk mari kita bahas bareng-bareng..
            Dari berbagai sumber saya mengolah, yang disebut dengan tingkatan Ramu dalam Pramuka penggalang adalah: meramu, mengumpulkan, atau mempelajari ilmu-ilmu kepramukaan guna mempersiapkan diri di tingkatan selanjutnya. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pada tingkatan ini yang kebanyakan mereka adalah Pramuka yang masih SMP, adalah sedang dalam proses ramu-meramu bahan-bahan yang ada pada materi pramuka. Macam pionering, sandi, mendirikan tenda, dan sebagainya. Iya, pada tingkatan ini, kita akan mendapatkan banyak materi yang berguna pada kehidupan kita dengan harapan berguna pada masyarakat umum dan khususnya bagi diri sendiri.
            Lalu tingkatan Rakit, Penggalang rakit artinya mulai merakit atau menyusun hal-hal yang sudah dikumpulkannya pada tingkatan sebelumnya untuk memantapkan diri di tingkatan selanjutnya.
Terap, Penggalang terap merupakan tingkatan tertinggi yang dicapai dalam penggalang, diharapkan yang sudah mencapai tingkatan ini dapat menerapkan atau mengamalkan ilmunya yang selama ini telah dikumpul dan disusun di kehidupan masyarakat. Sehingga ia menjadi Pramuka yang benar-benar Pramuka. Pramuka yang berguna bagi lingkungannya.

Dokumen Pribadi


Pernahkah kita bertanya, kenapa tanda tingkatan siaga dan penggalang ada di lengan tangan? Bukan di pundak seperti tingkatan penegak bantara, laksana atau seperti Pembina yang dikalungkan di leher?
Jadi begini penjelasannya, arti dari tingkatan yang berada di lengan tangan adalah bermaksud di mana pada tingkatan itu kita sedang dalam proses mempersiapkan diri. Iya, pada tingkatan siaga dan penggalang masih bisa dikatakan anggota pramuka rata-rata berumur kurang dari 17 tahun. Pada masa itu, mereka masih merupakan remaja yang pada umumnya sedang dalam semangat-semangatnya menjani hidup.
Lalu tingkatan penegak yang tanda tingkatannya ada di pundak. Ini maksudnya bahwa pramuka penegak sudah sepatutnya turun langsung ke masyarat. Hal ini dengan jelas dapat kita lihat pada tri satya pramuka siaga, penggalang dan penegak. Di mana pada tingkatan penegak trisatyanya adalah: ….”membangun masyarakat.” Bukan seperti siaga dan penggalang, “… mempersiapkan diri mambangun masyarat.”
Kemudian Pembina, dalam tingkatan ini, ditandai dengan pita sebagai tingkatannya. Yang pada penggunaanya, pita ini digantungkan di leher dan ‘bergelayutan’ di dada. Artinya, pada tingkatan Pembina, Pramuka itu sudah ada di hati, sudah menjadi tanggung jawab mereka membangun masyarat. Jangan ditanyakan lagi rasa cintanya pada pramuka dan Negara. Pramuka sudah mendarah daging baginya.***

Gambir, 2 September 2015




Penggalang terap merupakan tingkatan tertinggi yang dicapai dalam penggalang, diharapkan yang sudah mencapai tingkatan ini dapat menerapkan atau mengamalkan ilmunya yang selama ini telah dikumpul dan disusun di kehidupan masyarakat. Sehingga ia menjadi Pramuka yang benar-benar Pramuka. Pramuka yang berguna bagi lingkungannya. - See more at: http://scouthr.blogspot.com/2014/06/arti-kiasan-penggalang-ramu-rakit-terap.html?showComment=1441159750384#c5894530821281217349

BAPAK YANG HANYA BERANI DENGAN ANAKNYA



          Suasana petang menyusup ke dalam hati Seno, kepala keluarga yang memiliki anak satu dan kebetulan istrinya yang tengah hamil sedang di kampung halaman. Kini ia tinggal berdua dengan anaknya di sebuah kamar kontrakan ibu kota. Kamar yang tidak terlalu lebar, lebih dekat pada kata sempit.
            Suasana petang membuat hari Seno semakin tak beraturan. Uangnya yang telah dikumpulkannya belakangan ini habis untuk keperluan istrinya. Belakangan ini pun ia semakin mudah termakan emosi. Itu ia lampiaskan ke anaknya, Khalif yang masih berumur sembilan tahun.
            Hari ini mestinya Khalif mengaji ke mushola dekat kontrakan, Khalif berangkat lalu berpamitan pada Bapaknya setelah dijemput oleh teman-temannya dengan sepada.
            Khalif tak melengos barang sejenak ke belakang pun ke arah Bapaknya. Ia dengan senyum-penuhnya menuju mushola tempat mengaji seperti biasa dengan mengontel sepeda besar milik Bapaknya.
            Esoknya, suasana petang kembali menyelimuti hati Seno. Kali ini ia baru saja pulang dari kerja, ia adalah seorang montir di bengkel yang tidak besar-besar amat. Isinya hanya beberapa montir saja, dalam sehari, hanya beberapa kendaraan bisa dihitung jari singgah di bengkel itu.
            Khalif berpamitan untuk mengaji. Seperti biasa, dengan senyum-penuhnya dan tanpa ada niat melengos ke belakang ia meninggalkan Bapaknya sendiri di kontrakan.
            “Khalif, kemarin kamu kemana? Tidak mengaji kan?!” teriak Bapaknya pada Khalif, matanya melotot, merah padam. Khalif ketakutan, merinding.
            “Ngaji, Pak,” jawab Khalif sarau.
            “Kata siapa? Tadi ada temanmu datang ke sini, katanya kamu tidak mengaji setiap ingin berangkat mengaji, kamu hanya bermain-main saja di lapangan. Dasar anak tak tau diuntung!”
            Seno semakin murka. Dibukanya pengikat pinggang di celana levis kotor miliknya. Disabetlah anaknya sekuat tenaga sampai memar dengan ikat pinggang itu yang kepalanya sebesar kepalan orang dewasa, Khalif menangis meraung-raung, sedang Seno masih teguh pendiriannya menyabet Khalif terus-menerus.
            Khalif tidak boleh lagi diizinkan untuk mengaji di mushola itu. Ia dikurung oleh Bapaknya di kontrakan yang sempit itu. Tak ada teman selian televisi, tak ada pandangan selain tembok-tembok kontrakan yang kokoh, bagi Khalif.
            Seno terkenal sebagai pria yang amat pendiam bagi teman-temannya sesama montir, dan terpandang sebagai pria yang tidak banyak berbicara. Jarang menyapa, dan hanya tersenyum kecil ketika berpapasan dengan orang di jalan yang dia kenal.
            Namun, sifatnya itu akan berbalik drastis jika sudah marah kepada anakya. Bukan hanya kali ini saja ia murka dengan anaknya, namun sering. Masalah kecil seperti anaknya yang belum mandi menjelang malam, tidak mau menyuci piring, handuk tidak ditempatkan pada tempatnya dan masalah-masalah kecil lainnya, Seno pasti marah. Tak hanya Khalif, istrinya pun begitu, selalu mendapat semprot dari Seno jika ada hal kecil menyulut emosinya.
            Bapak yang hanya berani pada anaknya, Bapak yang hanya berani pada istrinya itu, kini sedang tercenung di pojokan kontrakannya. Ia diam dalam sepi, dingin tubuhnya, dan siap sebilah pisau di tangan kanannya. Ditancapnya perut itu dengan brutal, keluarlah semua isinya. Bak kesetanan, Seno meninggal dalam pada itu. Di suatu petang yang menyulut emosinya sendiri, dan menyusup hatinya yang tidak beraturan.***
Gambir, 1 September 2015