Ini kali pertama buatku
datang ke Jakbook yang berada di lantai 3 pasar Kenari Jakarta. Setelah
peresmian, tempat ini sepi pengunjung. Hingga akhirnya ada seorang yang
mengupload bagaimana situasi di Jakbook tersebut yang, ada ruang baca yang
bagus, tempat ngopi, dan buku-buku murah—kemudian mulai banyak orang yang
berdatangan.
Aku datang pada hari
Minggu sekitar jam 3 sore. Ya, ini adalah sebuah pasar, ketika aku masuk, situasi
begitu sepi, semua kios tutup. Menaiki eskalator yang mirip seperti di film
horor, akhirnya aku sampai di lantai 3 dan mencium aroma-aroma kertas yang
khas.
Ruangan ber-ac, ada
petugas kebersihan dan keamanan yang terlihat di sana-sini. Tujuanku kemudian
tertuju pada ruang baca yang berada di samping (semacam) coffee corner. Di sana
tempatnya nyaman dan cocok banget untuk anak-anak muda nongkrong. Setelah
melihat-lihat sekitar, aku tidak bisa menahan napsu untuk berkeliling mencari
buku, yang siapa tahu cocok.
Selamat datang di lantai 3 pasar kenari.. |
Baru pertama mampir, aku sudah dikejutkan begitu saja. Aku melihat buku-buku novel dan nonfiksi terjejer meninggi di tembok-tembok. Mataku mencari-cari di bagian sastra dan akhirnya aku menemukan buku yang sudah lama kuidamkan: One Hundred Years of Solitude, Gabriel Garcia Marquez.
Hal itu semakin
membuatku terkejut ketika penjual berkata: dijual setengah harga aja. Wah,
kebetulan dong! Maka tak kusia-siakan untuk mengobrak-ngabrik lapak jual buku
ini. Dan kutemukan buku lainnya yang tidak kalah menarik karya kepala suku
Mojok: Seorang Pria yang Keluar dari Rumah, Phutut EA.
Yang membuatku agak
sedih adalah, di sini juga menjual buku bajakan, buku ini dijual sangat murah.
Ketika aku bertanya darimana buku-buku ini ia dapat, si penjual menjawab bahwa
ia membeli dari satu orang ke orang lain, jadi tidak hanya dari 1 distributor, ketika aku tanya
apakah orang ini adalah orang dalam di sebuah penerbit, ia jawab tidak tahu.
Kok bisa ya buku bagus ini dijual setengah harga saja! Gila emang.
Jadi, di tempat ini ada
kios-kios yang menjual buku bekas dan baru. Ketika kulihat sekilas, buku-buku
ada yang berbau politik, buku tutorial, panduan membuat apa, dan sebagainya.
Menilik ke bagian lain,
aku menemukan toko semacam Gramedia. Di sini buku-buku sangat lengkap, dari
agama, hobi, fiksi, dan sebagainya. Ini toko buku mengadopsi Gramedia, tapi
bukan Gramedia. Di sini, aku menemukan beberapa buku bagus juga, walau ya.. di
bagian novel bisa dibilang tidak terlalu update.
Ketika menuju kasir,
aku kembali terkejut, bahwa buku-buku yang kubeli ini ternyata mendapat diskon
20%. Aku tidak tahu dari mana diskon itu, tahu-tahu ada saja. Mau nanya ke kasir,
malu.
Di bagian lain, kamu
akan menemukan semacam kantin, katika aku lihat mereka sudah pada tutup, jadi
kita skip aja. Selain kantin, juga ada semacam mini market. Mereka menjual
makanan ringan dan minuman seperti mini market pada umumnya.
Di sampingnya, ada
sebuah tempat yang digunakan untuk semacam kursus atau seminar. Tempatnya bagus
banget, beneran deh. Sebelahnya lagi ada PAUD.
Menghabiskan waktu
kurang lebih 2 jam di tempat ini, membuatku merasa senang. Senang karena
mendapat buku murah, senang karena tempatnya nyaman dan keren.
Melihat bagaimana
pemerintah dapat membangun literasi masyarakatnya dengan langkah seperti ini,
membuatku optimis bahwa ke depan akan ada terobosan lain. Jika membuat tempat
sekeren ini saja bisa, barangkali ke depan akan ada dobrakan baru di sektor
litarasi.